BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya pemberdayaan
manusia untuk mengembangkan potensinya secara optimal, baik itu potensi jasmani
rohani dan akal yang pelaksanaannya sangat bergantung pada berbagai komponen
dalam pendidikan. Sehingga dalam menentukan komponen-komponen dalam pendidikan
perlu pemikiran dan perenungan secara mendalam supaya dalam pelaksanaannya bisa
sesuai dengan apa yang di cita-citakan.
Pendidikan Islam dalam pelaksanaan
pengembangan potensi peserta didik (pembelajaran) membutuhkan kurikulum, metode,
dan pendekatan yang tepat untuk
menghantarkan kegiatan pendidikannya ke arah tujan yang dicita-citakan.
Bagaimanapun, baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan Islam, ia tidak
akan berarti apa-apa, manakala tidak memiliki pendekatan dan metode yang tepat
dalam mentransformasikan nilai-nilai kepada peserta didik.
Hal ini mengindikasikan bahawa ketiga komponen
tersebut merupakan sesuatu yang mesti di rencanakan
secara matang-matang dalam pendidikan. Bahkan ketidaktepatan dalam penerapan kurikulum,
metode dan pendekatan secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar
yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga secara percuma. Karenanya
kurikulum, metode dan pendekatan merupakan pedoman untuk menuju pembelajaran
yang efektif dan menyenangkan. Tanpa ketiga komponen tersebut, suatu materi
pelajaran tidak akan dapat diproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan
belajar mengajar menuju tujuan pendidikan.
Untuk itu makalah ini akan mengupas tentang
Hakikat Kurikulum, Metode, dan pendekatna Pendidikan Islam. Untuk mengembangkan
kemampun dasar jasmaniah rohaniah yang diberikan Allah (fitrah), pendidikan
merupakan sarana yang menentukan sampai titik optimal kemampuan-kemampuan
tersebut dapat dicapai
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana hakikat kurikulum pendidikan?
2. Bagaimana hakikat pendekatan pendidikan ?
3. Bagaimana hakikat metode pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana hakikat
kurikulum pendidikan.
2. Untuk mengetahui bagaimana hakikat pendekatan pendidikan.
3. Untuk mengetahui hakikat metode pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
HAKIKAT KURIKULUM PENDIDIKAN
1. Pengertian Kurikulum dalam Pendidikan Islam
Istilah
kurikulum yang berasal dari bahasa latin
curriculum semula bararti a running
course, or race course, especially a
chariot race course dan terdapat
pula dalam bahasa perancis courier artinya, to run, berlari. Kemudian istilah
itu digunakan untuk sejumlah courses atau mata pelajaran yang harus ditempuh
untuk mencapai suatu gelar atau ijazah.
Di dalam
buku Hasan Basri disebutkan bahwa kurikulum bukan
sekadar mata pelajaran atau mata kuliah. Kurikulum adalah
semua rencana yang terdapat dalam proses pembelajaran. Kurikulum dapat
diartikan pula sebagai semua usaha lembaga pendidikan yang direncanakan untuk mencapai
tujuan yang disepakati.
Apabila
aktivitas sekolah berkaitan dengan tiga pendekatan sekaligus tiga tujuan yang
hendak dicapai dari ranah kognitif, yakni upaya pencerdasan anak didik, ranah
afektif sebagai upaya pencerdasan emosional, dan ranah psiko-motorik, sebagai
upaya percerdasan perilaku keterampilan, kurikulum yang dimaksudkan adalah
semua aspek yang direncanakan dalam pendidikan yang bertujuan mencapai tiga
ranah tersebut.
Kurikulum
perspektif pendidikan Islam bukan semata-mata berbicara mata pelajaran, tetapi
semua aspek yang terdapat dalam lingkungan sekolah, terutama berkaitan
dengan mata pelajaran, sistem dan metode pembelajaran, hubungan
interaktif antara pendidik dan anak didik, pengawasan perkembangan mental
anak didik, sistem evaluasi, dan sebagainya.
Dengan demikian kurikulum itu merupakan landasan yang digunakan
pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan yang
diingikan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap
mental.
2. Hakikat Kurikulum
Dalam Pendidikan Islam
Secara filosofis, hakikat kurikulum
adalah model yang diacu oleh pendidikan dalam upaya membentuk citra sekolah
dengan mewujudkan tujuan pendidikan yang disepakati. Kurikulum dengan
pengertian di atas memberikan indikasi bahwa pedoman rencana pembelajaran tidak
bersifat kaku. Kurikulum yang baik adalah yang dinamis, aktual, teoretis, dan
aplikatif.
a.
Asas – asas Kurikulum pendidikan
Suatu kurikulum pendidikan, termasuk pendidikan islam, hendaknya mengandung
beberapa unsur utama seperti tujuan,isi mata pelajaran,metode mengajar dan
metode penilaian, kesemuanya harus tersusun dan mengaju pada suatu sumber
kekuatan yang menjadi landasan dalam
pembentukannya.
Muhammad
al-thoumy al-syaibany, mengemukakan bahwa asas –asas umum yang menjadi landasan
pembentukan kurikulum dalam pendidikan islam itu adalah;
1)
Asas
agama
Seluruh
system yang ada dalam masyarakat islam, termasuk system pendidikannya harus meletakan dasar falsafah,
tujuan,dan kurikulumnya pada ajaran islam yang meliputi aqidah,ibadah,mu,amalat
dan hubungan-hubugan yang berlaku didalam masyarakat . hal ini bermakna bahwa
semua itu pada akhirnya harus mengacu pada dua sumber utama syari’at islam
yaitu al-qur’an an sunnah.
2)
Asas
falsafah
Dasar ini
memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan islam, dengan dasar filosoffis
sehingga susunan kurikulum pendidikan islam menggandung suatu kebenaran,
terutama dan sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini
kebenarannya.
3)
Asas
psikologis
Asas ini
member arti bahwa pendidikan islam
hendaknya disusun dengan mempertimbangkan tahapan-tahapan pertumbuhan dan
perkembangan yang dilalui anak didik. Kurikulum pendidikan islam harus
dirancang sejalan dengan cici-ciri perkembangan anak didik, tahap kematangan
bakat-bakat jasmani, intelektual, bahasa, emosi dan social, kebutuhan dan
keinginan, minat, kecakapan, perbadaan individual dan lain sebagainya yang
berhubgan dengan aspek-aspek psikoogis.
4)
Asas social
Pembentukan
kurikulum pendidikan islam harus mengaju kearah realisasi individu dalam
masyarakat. Pola yang demikian ini berarti bahwa semua kecendrungan dan
perubahan yang telah dan bekal terjadi dalam perkembangan masyarakat manusia
sebagai makluk social harus mendapat tempat daam kurikulum pendidikan islam.
Keempat asas tersebut diatas harus
dijadikan landasan dalam pembentukan kurikulum pendidikan islam. Perlu
ditekankan bahwa antara satu asas dengan asas lainnya tidak lah berdiri sendiri-sendiri, tetapi harus merupakan
suatu kesatuan yang utuh sehingga dapat membentuk kurikulum pendidikan islam
yang terpadu, yaitu kurikuum yang relevan dengan kebutuhan pengembangan anaak
didik dalam unsure ketauhidan,keagamaan,pengembagan potensinya sebagai
khalifah, pengembangan pribadinya sebagai individu dan pengembangannya dalam
kehidupan social.
Dari paparan diatas, terlihat bahwa
eksistensi kurikuum idealnya disamping parameter operasionalisasi proses
belajar mengajar, sekaligus terutama sebagai alat mendeteksi [meramal]
menjadikan kurikulum pendidikan sebagai
alat yang efektif alam menyiapakan bentuk pendidikan yang aplikatif dan
apresiatif terhadap perkembangan kebudayaan, ilmu dan pengetahuan dalam hal
ini, eksistensi kurikulum memainkan
peraanan cukup stategis dalam menganalisis persoalan yang terjadi , sehingga
pula pendidikanakan lebih mengarah pada usaha preventif bukan curative
sebagaimana yang terjadi saat ini.
b. Prinsip-prinsip kurikulum pendidikan
islam.
Salah komponen pendidikan sebagai
suatu system adalah materi. Materi pendidikan ialah semua bahan system
institusional disampaikan kepada peserta didik dalam suatu system institusional
pendidikan. Materi pendidikan ini lebih dikenal dengan istilah kurikulum.
Sedangkan kurikulum menunjuk pada materi yang sebelumnya telah disusun secara
sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islam
yaitu;
1) Berorientasi pada Islam termasuk
ajaran dan nilai-nilainya.
Maka setiap yang berkaitan dengan kurikuum, termasuk filsafah, tujuan,
kandungan, metode mengajar,cara-cara perlakuan, dan hubungan yang berlaku dalam
lembaga pendidikan harus berdasarkan islam, keutamaan, cita-citanya yang
tinggi, dan bertujuan untuk membina pribadi yang mungkin kemauan yang baik, dan
hati murni yang selalu waspada.
2)
Prinsip menyeluruh
(universal) pada tujuan dan kandungan kurikulum. Kalau tujuannya harus meliputi
semua aspek priadi pelajar, maka kandungannya pun harus meliputi semua yang berguna untuk membina pribadi
pelajar yang berpadu dan membina akidah, akal dan jasmaninya.
3)
Prinsip Keseimbangan yang relative antara tujuan dan kandungan kurikulum.
Kalau perhatian pada aspek spiritual dan ilmu syariat lebih besar, maka
aspeknspiritual tidak boleh melampaui aspek penting yang lain dalam kehidupan,
juga tidak boleh melampaui ilmu, seni dan kegiatan yang harus diadakan untuk
individu dan masyarakat.
4)
Berkaitan dengan bakat, minat,kemampuan, dan kebutuhan pelajar, begitu juga
dengan alam sekitar fisik dan social tempat pelajar itu hidup dan berinteraksi
untuk memperoleh pengetahuan, kemahiran pengalaman dan sikapnya.
5)
Prinsip Pemeliharaan perbedaan individual antara pelajar dalam bakat,
minat, kemampuan, kebutuhan dan masalahnya, dan juga pemeliharaan perbedaan dan
kelainan di antara alam sekitar dan masyarakat.
6)
Prinsip Perkembangan dan perubahan islam yang menjadi sumber pengambilan
falsafah, prinsip, asar kurikulum.
7)
Prinsip pertautan ( Integritas) antara mata pelajaran, pengalaman dan aktiva yang
terkandung dalam kurikulum.
Menurut Zakiyah
Darajat prinsip-prinsip kurikulum
sebagai berikut
1)
Prinsip relevansi dalam arti kesesuaian pendidikan dalam lingkungan hidup
peserta didik, relevansi dengan kehidupan masa sekarang dan akan datang, dan
tuntutan pekerjaan.
2)
Prinsip efektifitas baik dalam mengajar peserta didik ataupun belajar
peseta didik
3)
Prinsip efisiensi baik dalam segi waktu, tenaga, dan biyaya.
4)
Prinsip fleksibelitas artinya ada semacam ruang gerak yang memberikan
sedikit kebebasan dalam bertindak.
3. Karakteristik kurikulum pendidikan islam
Secara umum karakteristik
kurikulum pendidikan islam adalah pencerminan nilai-nilai islam yang dihasilkan
dari pamikiran kefilsafatan dan termanifestasi dalam seluruh aktivitas dan
kegiatan pendidikan dalam prakteknya. Dalam konteks ini harus difahami bahwa
karakteristik kurikulum pendidikan islam senantiasa memiliki keterkaitan yang
tidak dapat dipisahkan dengan prinsip-prinsip yang telah diletakkan Allah swt
dan rasulnya, muhammad saw . konsep inilah yang membedakan kurikulum pendidikan
islam dengan kurikulum pendidikan pada umumnya.
Menurut al
–syaibany ,diantara ciri-ciri kurikulum pendidikan islam itu adalah :
a.
Mementingkan tujuan agama dan akhlak
dalam berbagai hal seperti tujuan dan
kandunggan,kaedah, alat dan tekniknya.
b.
Meluaskan perhatian daan kandungan
hingga mencakup perhatian,pengembangan serta bimbingan terhadap segala aspek
pribadi pelajar ari segi intelektual, psikologi,social, dan spiritual. Begitu
juga cakupan kanungannya termasuk bidang ilmu, tugas dan kegiatan yang
bermacam-macam.
c.
Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan
seni, pengalaman dan kegiatan pengajaran yang bermacam-macam.
d.
Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya yang tidak
hanya terbatas pada ilmu-ilmu teoritis, baik yang bersifat aqli maupun naqli,
tetapi juga meliputi seni halus,aktivitas pendidikan jasmani, latihan
militer,tenik,pertukangan, bahasa asing an lain-lain.
e.
Keterkaitan antara kurikuum pendidikan islam dengan minat, kemampuan,
keperluan, dan perbedaan individu antara siswa. Disamping itu juga keterkaitannya
dengan alam sekitar budaya dan social dimana kurikulum itu terlaksana.
Karakteristik
kurikulum sebagai program pendidikan islam sebagaimana dikemukakan diatas
selanjutnya tidak hanya menepatkan anak didik sebagai objek didik, melainkan
juga sebagai subjek didik yang sedang mengembangkan diri menuju kedewasaan
sesuai dengan konsepsi islam.
Dalam Al-Qur’an
disebutkan bahwa manusia menduduki posisi khalifah di muka bumi seperti
tercermin pada Q.S. Al-Baqarah: 30, Yang artinya “Ingatlah ketika Tuhanmu
berkata kepada malaikat: Aku akan menciptakan khalifah di atas bumi”. Manusia akan
mampu mempertahankan kekhalifahannya jika ia dibekali dengan potensi-potensi
yang membolehkannya berbuat demikian. Tujuan hidup manusia ialah memperoleh
keridhaan Allah. Jika demikian, tujuan akhir pendidikan Islam ialah manusia
yang diridhai Allah SWT, yaitu manusia yang menjalankan peranan idealnya
sebagai hamba dan khalifah Allah secara sempurna.
Ahli didik
Islam semuanya menyadari bahwa kurikulum pendidikan Islam harus mencerminkan
idealitas Al-Qur’an yang tidak memilah-milah jenis disiplin Ilmu secara
taksonomis dikotomik, menjadi ilmu agama terpisah dari ilmu-ilmu duniawi (ilmu
pengetahuan umum).
Dengan demikian, kurikulum yang
dipandang baik untuk mencapai tujuan pendidikan Islam adalah yang bersifat integrated
dan komprehensif, mencakup ilmu agama dan umum. Karena kesempurnaan
manusia tidak akan tercapai kecuali dengan menserasikan antara agama dan
ilmu pengetahuan. Demikian pandangan Ibnu Sina dan Ikhwanussofa juga Al-Farabi.
Kurikulum pendidikan agama islam
harus terkandung unsure-unsur:
1. Ketauhidan,
2. Keagamaan,
3. Pengembangan
potensi manusia sebagai khalifah allah,
4. Mengembangkan
hubungan antar manusia,
5. Pengembangan
diri sebagai individu.
B.
HAKIKAT PENDEKATAN PENDIDIKAN ISLAM
Pendekatan ( approach) merupakan pandangan falsafi terhadap subjec matter
yang harus di ajarkan dan selanjutnya melahirkan metode mengajar. dalam
pelaksanaannya metode dalam pendidikan di jabarkan dalam bentuk teknik
penyajian bahan pelajaran
Beberapa
pendekatan yang dapat digunakan pendidikan islam dalam pelaksanaan proses
pembelajaran
1.
Pendekatan
pengalaman
Pendekatan pengalaman Yaitu pemberiann pengalaman keagamaan kepada
peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan kepada peserta didik
dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Dengan pendekatan ini peserta
didik di beri kesaempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan baik secara
individual maupun kelompok.
2.
Pendekatan
pembiasaan
Pembiasaan
adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan
terlebih dahulu dan berlaku begitu saja yang kadang kala tanpa dipikirkan.
Pendekatan pembiasaan dalam pendidikan berarti memberikan kesempatan kepada
peserta didik terbiasa mengamalkan ajaran agamanya baik secara individual
maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari berawal kepada pembiasaan itulah
peserta didik membisakan dirinya menuruti dan patuh kepada aturan-aturan yang
berlaku ditengah kehidupan masyarakat menanamkan tumbuhnya kebiasaan yang baik
tidaklah mudah dan memerlukan waktu yang sangat panjang tetapi apabila sudah
jadi kebiasaan maka akan sulit juga merubahnya.
3.
Pendekatan
emosional
Pendekatan emosional Ialah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi
peserta didik dalam meyakini ajaran islam serta dapat merasakan mana yang baik
dan yang buruk. Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang.
Emosi berhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang mempunyai perasaan
pasti dapat merasakan sesuatu baik perasaan jasmaniah maupun rohaniah. Di dalam
perasaan rohaniah tercakup perasaan intelektual. Perasaan estetis dan perasaan
etis, perasaan sosial dan perasaan harga diri.
4.
Pendekatan
rasional
Pendekatan rasional Adalah suatu pendekatan mempergunakan rasio ( akal ) dalam memahami
dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah. Manusia adalah mahluk ciptaan Allah
yang di ciptakannya dengan sempurna dan berbeda dengan ciptaannya yang lain.
Perbedaannya dengan mahluk lain adalah pada akal. Manusia mempunyai akal
sedangkan mahluk yang lain tidak memilikinya.
5.
Pendekatan
fungsional
Pengertian fungsional adalah usaha memberiakan materi agama dengan
menekankan kepada segi kemanfaatan dan peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya.
6.
Pendekatan
ketauladanan
Pendekatan ketauladanan dalah
meperhatikan ketauladanan baik yang berlangsung melalui penciptaan kondisi
pergaulan yang akrab antara personal sekolah. Perilaku pendidikan dan perilaku
pendidik yang mencerminkan akhlak terpuji maupun yang tidak langsung melalui
suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah ketauladanan.
C.
HAKIKAT METODE PENDIDIKAN ISLAM
1.
Pengertian Metode Hakikat Pendidikan Islam
Metode berasal
dari bahasa Yunani “metodos”, kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha”
yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Sehingga
metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Selain itu, ada
pula yang mengatakan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji,
dan menyusun, data yang diperluakan bagi pengembangan disiplin ilmu tersebut.
Dalam bahasa Arab, metode dikenal
dengan istilah thariqah yang berarti jalan atau langkah-langkah strategis yang
dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Selanjutnya jika kata metode
tersebut dikaitkan dengan Pendidikan Islam, dapat membawa arti metode sebagai
jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat
dalam pribadi obyek sasaran, yaitu pribadi islami.
Metode
pendidikan dalam tinjauan Filsafat Pendidikan Islam, adalah pemikiran yang
melatar belakangi suatu cara yang digunakan dalam menyampaikan materi dalam
proses pendidikan. Dalam pendidikan Islam metode yang digunakan digali dari
berbagai sumber ajaran Islam, yakni Al-Quran, Hadis, atau riwayat-riwayat para
Nabi dalam menjalankan da’wahnya. Dalam Al-Quran misalnya terdapat banyak kisah
para nabi dan orang-orang mukmin yang dapat dijadikan sebagai metode kisah
Qur’an.
2.
Landasan
Metode Pendidikan Islam
Dalam penerapannya, metode
pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau social peserta didik
dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam menggunakan metode seorang pendidik
harus memperhatikan dasar-dasar umummetode pendidikan Islam. Sebab metode
pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga
segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada
dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu
diantaranya adalah dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis.
a.
Dasar Agamis, maksudnya
bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada
Agama. Sementara Agama Islam merujuk pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk itu,
dalam pelaksanannya berbagai metode yang digunakan oleh pendidik hendaknya
disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan efesien yang
dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan Hadits.
b.
Dasar Biologis, Perkembangan
biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin
dinamis perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat
pula daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan Islam
seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
c.
Dasar Psikologis. Perkembangan
dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan pengaruh yang sangat besar
terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam
kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan
berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh Karenanya Metode pendidikan
Islam baru dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan
dan kondisi psikologis peserta didiknya. Untuk itu seorang pendidik dituntut
untuk mengembangkan potensi psikologis yang tumbuh pada peserta didik. Sebab
dalam konsep Islam akal termasuk dalam tataran rohani.
d.
Dasar sosiologis. Saat
pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara pesrta didik dengan peserta
didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal
ini maka pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan
atau dasar ini. Jangan sampai terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak
sesuai dengan kondisi sosiologis peserta didik, jika hal ini terjadi bukan
mustahil tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.
Keempat dasar di atas merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus diperhatikan oleh para pengguna
metode pendidikan Islam agar dalam mencapai tujuan tidak mengunakan metode yang
tidak tepat dan tidak cocok kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi
psikologis, dan kondisi sosiologis peserta didik.
3. Prinsip Metode Pendidikan Islam
Dalam menggunakan metode pendidikan
islam seorang pendidik hendaknya memperhatikan enam prinsip utama, yaitu:
a. Prinsip
pembisaaan.
b. Prinsif kemudahan
c. Prinsip
berangsur-angsur
d. Prinsip flexibel
e. Prinsip
kontinuitas.
f. Prinsip
memperhatikan bakat dan kemampuan peserta didik.
g. Prinsip
menghindari kekerasan dalam mengajar.
4. Macam-macam Metode Pendidikan Islam
Sebagai ummat yang telah dianugerahi
Allah Kitab AlQuran yang lengkap dengan petunjuk yang meliputi seluruh aspek
kehidupan dan bersifat universal sebaiknya menggunakan metode mengajar dalam
pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari Al Qur’an dan Hadits. Diantara
metode-metode tersebut adalah.
a.
Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian
informasi melalui penuturan secara lisan oleh pendidik
kepada peserta didik. Prinsip dasar metode ini
terdapat di dalam Al Qur’an surat Yunus ayat 23.
b.
Metode Tanya jawab
Metode Tanya
jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa
pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau
bacaan yang telah mereka baca. Prinsip dasar metode ini terdapat dalam hadits
Tanya jawab antara Jibril dan Nabi Muhammad tentang iman, islam, dan ihsan.
c.
Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara
penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan
kepada peserta didik/ membicarakan dan menganalisis secara ilmiyah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternative pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman Anahlawimenyebut metode
ini dengan sebutan hiwar (dialog).
Prinsip dasar metode ini terdapat
dalam Al Qur’an Surat Assafat : 20-23
Selain itu terdapat juga dalam
hadits yang berbunyi :
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ
وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا
الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ
فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ
وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ
هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ
وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا
عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ.
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sâ’id dan Ali ibn Hujr,
katanya hadis Ismail dan dia ibn Ja’far dari ‘Alâ’ dari ayahnya dari Abu
Hurairah ra. bahwasnya Rasulullah saw. bersabda: Tahukah kalian
siapa orang yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka;
orang yang tidak memiliki dirham dan harta.Rasul bersabda; Sesungguhnya orang
yang muflis dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat
dengan (pahala) salat, puasa dan zakat,. Dia datang tapi telah mencaci
ini, menuduh ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah (membunuh)
ini dan memukul orang ini. Maka orang itu diberi pahala miliknya. Jika
kebaikannya telah habis sebelum ia bisa menebus kesalahannya, maka
dosa-dosa mereka diambil dan dicampakkan kepadanya, kemudian ia
dicampakkan ke neraka.(Muslim, t.t, IV: 1997)
d.
Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu
cara mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada
murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh gur dan murid harus
mempertanggung jawabkannya.
Prinsip dasar metode ini terdapat
dalam Al Qur’an surat al-Mudatsir ayat 1- 7
e.
Metode Demontrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara
mengajar dimana guru mempertunjukan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan
sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.
Prinsip dasarnya terdapat dalam
hadits yang menceritakan pemuda yang sebaya. Yang tinggal bersama Rasulallah selama (dua
puluh malam) 20 malam. Rasulullah saw adalah seorang yang penyayang dan
memiliki sifat lembut. Ketika beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada
keluarga, beliau menanyakan tentang orang-orang yang kami
tinggalkan dan kami memberitahukannya. Beliau bersabda; kembalilah bersama
keluargamu dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka.
Beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal. Dan
salatlah sebagaimana kalian melihat aku salat. (al-Bukhari)
f.
Metode eksperimen
Suatu cara mengajar dengan menyuruh
murid melakukan suatu percobaan, dan setiap proses dan hasil percobaan
itu diamati oleh setiap murid, sedangkan guru memperhatikan
yang dilakukan oleh murid sambil memberikan arahan.
Prinsip dasar metode ini ada dalam
hadits :
حَدَّثَنَا
آدَمُ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا الْحَكَمُ عَنْ ذَرٍّ عَنْ سَعِيدِ
بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى عَنْ أَبِيهِ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى
عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ إِنِّي أَجْنَبْتُ فَلَمْ أُصِبْ الْمَاءَ
فَقَالَ عَمَّارُ بْنُ يَاسِرٍ لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ أَمَا تَذْكُرُ أَنَّا
كُنَّا فِي سَفَرٍ أَنَا وَأَنْتَ فَأَمَّا أَنْتَ فَلَمْ تُصَلِّ وَأَمَّا أَنَا
فَتَمَعَّكْتُ فَصَلَّيْتُ فَذَكَرْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا كَانَ
يَكْفِيكَ هَكَذَا فَضَرَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بِكَفَّيْهِ الْأَرْضَ وَنَفَخَ فِيهِمَا ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ
….
Artinya: Hadis Adam, katanya hadis Syu’bah ibn
Abdurrahmân ibn Abzâ dari ayahnya, katanya seorang laki-laki datang kepada Umar
ibn Khattâb, maka katanya saya sedang janabat dan tidak menemukan air, kata
Ammar ibn Yasir kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah anda ingat ketika saya dan
anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum salat, sedangkan saya
berguling-guling di tanah, kemudian saya salat. Saya menceritakannya kepada
Rasul saw. kemudian Rasulullah saw. bersabda: ”Sebenarnya anda cukup begini”.
Rasul memukulkan kedua telapak tangannya ke tanah dan meniupnya kemudian
mengusapkan keduanya pada wajah.(al-Bukhari, I: 129)
g.
Metode Amsal/perumpamaan
Yaitu cara mengajar dimana guru
menyampaikan materi pembelajaran melalui contoh atau perumpamaan.
Prinsip metode ini terdapat dalam Al
Qur’an
مَثَلُهُمْ
كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّآ أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ
اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لاَّ يُبْصِرُونَ
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang
menyalakan api Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah
hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam
kegelapan, tidak dapat melihat. (Q.S. Albaqarah : 17)
h.
Metode Targhib dan Tarhib
Yaitu cara mengajar dimana guru
memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran terhadap kebaikan
dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan kebaikan dan
menjauhi keburukan.
i.
Metode pengulangan (tikror)
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan
materi ajar dengan cara mengulang-ngulang materi tersebut dengan harapan siswa
bisa mengingat lebih lama materi yang disampaikan.
Prinsip dasarnya terdapat dalam
hadits berikut :
حَدَّثَنَا
مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ قَالَ
حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ
الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ.
Artinya: Hadis Musaddad ibn Musarhad hadis Yahya dari
Bahzâ ibn Hâkim, katanya hadis dari ayahnya katanya ia mendengar Rasulullah saw
bersabda: Celakalah bagi orang yang berbicara dan berdusta agar orang-orang
tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan baginya. (As-Sijistani, t.t, II: 716).
Rasulullah saw. mengulang tiga kali
perkataan ”celakalah”, ini menunjukkan bahwa pembelajaran harus dilaksanakan
dengan baik dan benar, sehingga materi pelajaran dapat dipahami dan tidak tergolong
pada orang yang merugi.
Dalam konteks itu, An-Nahlawi,
mengemukakan beberapa metode yang paling penting dalam pendidikan Islam yaitu
- Metode
Hiwar (Percakapan) Qur’ani dan Nabawi
- Mendidik
dengan Kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi
- Mendidik
dengan amsal(Perumpamaan)
- Mendidik
dengan memberi tauladan
- Mendidik
dengan pembiasaan dan pengalaman
- Mendidik
dengan mengambil Ibrah (Pelajaran) dan muaidhah (Peringatan)
- Mendidik
dengan targhib (Membuat senang) dan tarhib (Membuat takut)
Pendapat lain yang lebih diarahkan
kepada penggunaan metode pendidikan Islam secara formal adalah sebagaimana yang
dikemukakan Al-Syaebany, yaitu:
1.
Metode indiksi (pengambilan
kesimpulan) - Metode Perbandingan
2.
Metode Kuliah - Metode Halaqah
3.
Metode Dialog dan perbincangan -
Metode Riwayat
4.
Metode Mendengar - Metode Membaca
5.
Metode Imla’ - Metode Hafalan
6.
Metode Pemahaman
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah proses demi proses yang
kian panjang maka dalam pendidikan Islam diperlukan adanya komponen- komponen yang bisa menghantarkan peserta didik untuk
mengembangkan potensinya sesuai tujunan hidupnya sebagai hamba Allah dan
Khalifatullah. Kurikulum, hakekat kurikulum dalam pendidikan
Islam yang sebenarnya adalah eksistensi kurikulum sebagai parameter
operasionalisasi proses belajar mengajar. Oleh karenanya kurikulum tidak
mempunyai makna apabila tidak dilaksanakan dalam suatu institusi, dan tidak ada
imbal balik antara pendidik disuatu sisi dengan peserta didik di sisi lain.
Dalam kaitan metode pendidikan
Islam yang mempunyai peran penting dalam pendidikan Islam pada hakekatnya
metode adalah suatu penerapan yang dilakukan oleh pendidik. Pada prinsipnya
tidak ada metode yang paling ideal untuk semua tujuan pendidikan,semua ilmu dan
mata pelajaran, semua pertumbuhan, semua tahap kematangan, semua pendidik, dan
semua keadaan,yang meliputi proses pendidikan.
Oleh karena itu tidak bisa
dihindarkan pendidik hendaknya mengkombinasikan lebih dari satu metode
pendidikan dalam prakteknya dilapangan. Untuk itu sangat penting menerapkan
metode yang relevan dengan semua situasi sehingga tujuan dapat tercapai dengan
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem dan
Metode, Yogyakarta : Yayasan Penerbitan IKIP Yogyakarta , 1990.
Ramayulis dan Nizar, Samsu, 2009, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia
Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Falsafah
Pendidikan Islam, Terjemahan Hasan Lalunggung, (Jakarta:Bulan Bintang,
1979),
H. M. Arifin, Ilmu Pendidkan Islam: Suatu Tinjauan
Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisiplin,
Jakarta : Bumi Aksara,1991.
http://binaaku.blogspot.co.id/2013/12/makalah-hakikat-kurikulum-dalam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar