Sabtu, 29 September 2018

Pengertian Kurikulum, Pendekatan dan Metode Pendidikan Islam


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
            Pendidikan merupakan upaya pemberdayaan manusia untuk mengembangkan potensinya secara optimal, baik itu potensi jasmani rohani dan akal yang pelaksanaannya sangat bergantung pada berbagai komponen dalam pendidikan. Sehingga dalam menentukan komponen-komponen dalam pendidikan perlu pemikiran dan perenungan secara mendalam supaya dalam pelaksanaannya bisa sesuai dengan apa yang di cita-citakan.
            Pendidikan Islam dalam pelaksanaan pengembangan potensi peserta didik (pembelajaran) membutuhkan kurikulum, metode, dan pendekatan  yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikannya ke arah tujan yang dicita-citakan. Bagaimanapun, baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa, manakala tidak memiliki pendekatan dan metode yang tepat dalam mentransformasikan nilai-nilai kepada peserta didik.
            Hal ini mengindikasikan bahawa ketiga komponen tersebut   merupakan sesuatu yang mesti di rencanakan secara matang-matang dalam pendidikan. Bahkan ketidaktepatan dalam penerapan kurikulum, metode dan pendekatan secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga secara percuma. Karenanya kurikulum, metode dan pendekatan merupakan pedoman untuk menuju pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Tanpa ketiga komponen tersebut, suatu materi pelajaran tidak akan dapat diproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan.
            Untuk itu makalah ini akan mengupas tentang Hakikat Kurikulum, Metode, dan pendekatna Pendidikan Islam. Untuk mengembangkan kemampun dasar jasmaniah rohaniah yang diberikan Allah (fitrah), pendidikan merupakan sarana yang menentukan sampai titik optimal kemampuan-kemampuan tersebut dapat dicapai



B.     Rumusan Masalah
1.         Bagaimana hakikat kurikulum pendidikan?
2.      Bagaimana hakikat pendekatan pendidikan ?
3.      Bagaimana hakikat metode pendidikan?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk  mengetahui bagaimana hakikat kurikulum pendidikan.
2.      Untuk mengetahui bagaimana hakikat pendekatan pendidikan.
3.      Untuk mengetahui hakikat metode pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN

    A.            HAKIKAT KURIKULUM PENDIDIKAN
1.      Pengertian Kurikulum dalam Pendidikan Islam
Istilah kurikulum yang berasal dari bahasa latin curriculum semula bararti a running course, or race course, especially a chariot race course  dan terdapat pula dalam bahasa perancis courier  artinya, to run, berlari. Kemudian istilah itu digunakan untuk sejumlah courses atau mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah.
Di dalam buku  Hasan Basri disebutkan bahwa kurikulum bukan sekadar mata pelajaran atau mata kuliah. Kurikulum adalah semua rencana yang terdapat dalam proses pembelajaran. Kurikulum dapat diartikan pula sebagai semua usaha lembaga pendidikan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang disepakati.
Apabila aktivitas sekolah berkaitan dengan tiga pendekatan sekaligus tiga tujuan yang hendak dicapai dari ranah kognitif, yakni upaya pencerdasan anak didik, ranah afektif sebagai upaya pencerdasan emosional, dan ranah psiko-motorik, sebagai upaya percerdasan perilaku keterampilan, kurikulum yang dimaksudkan adalah semua aspek yang direncanakan dalam pendidikan yang bertujuan mencapai tiga ranah tersebut. 
Kurikulum perspektif pendidikan Islam bukan semata-mata berbicara mata pelajaran, tetapi semua aspek yang terdapat dalam lingkungan sekolah, terutama berkaitan dengan mata pelajaran, sistem dan metode pembelajaran, hubungan interaktif antara pendidik dan anak didik, pengawasan perkembangan mental anak didik, sistem evaluasi, dan sebagainya.
Dengan demikian kurikulum itu merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan yang diingikan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap mental.

2.      Hakikat Kurikulum Dalam Pendidikan Islam
Secara filosofis, hakikat kurikulum adalah model yang diacu oleh pendidikan dalam upaya membentuk citra sekolah dengan mewujudkan tujuan pendidikan yang disepakati. Kurikulum dengan pengertian di atas memberikan indikasi bahwa pedoman rencana pembelajaran tidak bersifat kaku. Kurikulum yang baik adalah yang dinamis, aktual, teoretis, dan aplikatif.
a.      Asas – asas Kurikulum pendidikan
Suatu kurikulum pendidikan, termasuk pendidikan islam, hendaknya mengandung beberapa unsur utama seperti tujuan,isi mata pelajaran,metode mengajar dan metode penilaian, kesemuanya harus tersusun dan mengaju pada suatu sumber kekuatan yang menjadi landasan  dalam pembentukannya.
Muhammad al-thoumy al-syaibany, mengemukakan bahwa asas –asas umum yang menjadi landasan pembentukan kurikulum dalam pendidikan islam itu adalah;
1)      Asas agama        
Seluruh system yang ada dalam masyarakat islam, termasuk system pendidikannya      harus meletakan dasar falsafah, tujuan,dan kurikulumnya pada ajaran islam yang meliputi aqidah,ibadah,mu,amalat dan hubungan-hubugan yang berlaku didalam masyarakat . hal ini bermakna bahwa semua itu pada akhirnya harus mengacu pada dua sumber utama syari’at islam yaitu al-qur’an an sunnah.
2)      Asas falsafah
Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan islam, dengan dasar filosoffis sehingga susunan kurikulum pendidikan islam menggandung suatu kebenaran, terutama dan sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini kebenarannya.
3)      Asas psikologis
Asas ini member arti  bahwa pendidikan islam hendaknya disusun dengan mempertimbangkan tahapan-tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui anak didik. Kurikulum pendidikan islam harus dirancang sejalan dengan cici-ciri perkembangan anak didik, tahap kematangan bakat-bakat jasmani, intelektual, bahasa, emosi dan social, kebutuhan dan keinginan, minat, kecakapan, perbadaan individual dan lain sebagainya yang berhubgan dengan aspek-aspek psikoogis.
4)      Asas social
Pembentukan kurikulum pendidikan islam harus mengaju kearah realisasi individu dalam masyarakat. Pola yang demikian ini berarti bahwa semua kecendrungan dan perubahan yang telah dan bekal terjadi dalam perkembangan masyarakat manusia sebagai makluk social harus mendapat tempat daam kurikulum pendidikan islam.

Keempat asas tersebut diatas harus dijadikan landasan dalam pembentukan kurikulum pendidikan islam. Perlu ditekankan bahwa antara satu asas dengan asas lainnya tidak lah berdiri sendiri-sendiri, tetapi harus merupakan suatu kesatuan yang utuh sehingga dapat membentuk kurikulum pendidikan islam yang terpadu, yaitu kurikuum yang relevan dengan kebutuhan pengembangan anaak didik dalam unsure ketauhidan,keagamaan,pengembagan potensinya sebagai khalifah, pengembangan pribadinya sebagai individu dan pengembangannya dalam kehidupan social.
Dari paparan diatas, terlihat bahwa eksistensi kurikuum idealnya disamping parameter operasionalisasi proses belajar mengajar, sekaligus terutama sebagai alat mendeteksi [meramal] menjadikan  kurikulum pendidikan sebagai alat yang efektif alam menyiapakan bentuk pendidikan yang aplikatif dan apresiatif terhadap perkembangan kebudayaan, ilmu dan pengetahuan dalam hal ini, eksistensi  kurikulum memainkan peraanan cukup stategis dalam menganalisis persoalan yang terjadi , sehingga pula pendidikanakan lebih mengarah pada usaha preventif bukan curative sebagaimana yang terjadi saat  ini.

b.      Prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islam.
Salah komponen pendidikan sebagai suatu system adalah materi. Materi pendidikan ialah semua bahan system institusional disampaikan kepada peserta didik dalam suatu system institusional pendidikan. Materi pendidikan ini lebih dikenal dengan istilah kurikulum. Sedangkan kurikulum menunjuk pada materi yang sebelumnya telah disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.  Prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islam yaitu;
1)      Berorientasi pada Islam termasuk ajaran dan nilai-nilainya.
Maka setiap yang berkaitan dengan kurikuum, termasuk filsafah, tujuan, kandungan, metode mengajar,cara-cara perlakuan, dan hubungan yang berlaku dalam lembaga pendidikan harus berdasarkan islam, keutamaan, cita-citanya yang tinggi, dan bertujuan untuk membina pribadi yang mungkin kemauan yang baik, dan hati murni yang selalu waspada.
2)      Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan dan kandungan kurikulum. Kalau tujuannya harus meliputi semua aspek priadi pelajar, maka kandungannya pun harus meliputi  semua yang berguna untuk membina pribadi pelajar yang berpadu dan membina akidah, akal dan jasmaninya.
3)      Prinsip Keseimbangan yang relative antara tujuan dan kandungan kurikulum. Kalau perhatian pada aspek spiritual dan ilmu syariat lebih besar, maka aspeknspiritual tidak boleh melampaui aspek penting yang lain dalam kehidupan, juga tidak boleh melampaui ilmu, seni dan kegiatan yang harus diadakan untuk individu dan masyarakat.
4)      Berkaitan dengan bakat, minat,kemampuan, dan kebutuhan pelajar, begitu juga dengan alam sekitar fisik dan social tempat pelajar itu hidup dan berinteraksi untuk memperoleh pengetahuan, kemahiran pengalaman dan sikapnya.
5)      Prinsip Pemeliharaan perbedaan individual antara pelajar dalam bakat, minat, kemampuan, kebutuhan dan masalahnya, dan juga pemeliharaan perbedaan dan kelainan di antara alam sekitar dan masyarakat.
6)      Prinsip Perkembangan dan perubahan islam yang menjadi sumber pengambilan falsafah, prinsip, asar kurikulum.
7)      Prinsip pertautan ( Integritas) antara mata pelajaran, pengalaman dan aktiva yang terkandung dalam kurikulum.

Menurut Zakiyah Darajat prinsip-prinsip  kurikulum sebagai berikut
1)      Prinsip relevansi dalam arti kesesuaian pendidikan dalam lingkungan hidup peserta didik, relevansi dengan kehidupan masa sekarang dan akan datang, dan tuntutan pekerjaan.
2)      Prinsip efektifitas baik dalam mengajar peserta didik ataupun belajar peseta didik
3)      Prinsip efisiensi baik dalam segi waktu, tenaga, dan biyaya.
4)      Prinsip fleksibelitas artinya ada semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak.

3.      Karakteristik kurikulum pendidikan islam
Secara umum karakteristik kurikulum pendidikan islam adalah pencerminan nilai-nilai islam yang dihasilkan dari pamikiran kefilsafatan dan termanifestasi dalam seluruh aktivitas dan kegiatan pendidikan dalam prakteknya. Dalam konteks ini harus difahami bahwa karakteristik kurikulum pendidikan islam senantiasa memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan dengan prinsip-prinsip yang telah diletakkan Allah swt dan rasulnya, muhammad saw . konsep inilah yang membedakan kurikulum pendidikan islam dengan kurikulum pendidikan pada umumnya.
Menurut al –syaibany ,diantara ciri-ciri kurikulum pendidikan islam itu adalah :
a.       Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai  hal seperti tujuan dan kandunggan,kaedah, alat dan tekniknya.
b.      Meluaskan perhatian daan kandungan hingga mencakup perhatian,pengembangan serta bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar ari segi intelektual, psikologi,social, dan spiritual. Begitu juga cakupan kanungannya termasuk bidang ilmu, tugas dan kegiatan yang bermacam-macam.
c.       Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni, pengalaman dan kegiatan pengajaran yang bermacam-macam.
d.      Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya yang tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu teoritis, baik yang bersifat aqli maupun naqli, tetapi juga meliputi seni halus,aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer,tenik,pertukangan, bahasa asing an lain-lain.
e.       Keterkaitan antara kurikuum pendidikan islam dengan minat, kemampuan, keperluan, dan perbedaan individu antara siswa. Disamping itu juga keterkaitannya dengan alam sekitar budaya dan social dimana kurikulum itu terlaksana.

Karakteristik kurikulum sebagai program pendidikan islam sebagaimana dikemukakan diatas selanjutnya tidak hanya menepatkan anak didik sebagai objek didik, melainkan juga sebagai subjek didik yang sedang mengembangkan diri menuju kedewasaan sesuai dengan konsepsi islam.
Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa manusia menduduki posisi khalifah di muka bumi seperti tercermin pada Q.S. Al-Baqarah: 30, Yang artinya “Ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat: Aku akan menciptakan khalifah di atas bumi”. Manusia akan mampu mempertahankan kekhalifahannya jika ia dibekali dengan potensi-potensi yang membolehkannya berbuat demikian. Tujuan hidup manusia ialah memperoleh keridhaan Allah. Jika demikian, tujuan akhir pendidikan Islam ialah manusia yang diridhai Allah SWT, yaitu manusia yang menjalankan peranan idealnya sebagai hamba dan khalifah Allah secara sempurna.
Ahli didik Islam semuanya menyadari bahwa kurikulum pendidikan Islam harus mencerminkan idealitas Al-Qur’an yang tidak memilah-milah jenis disiplin Ilmu secara taksonomis dikotomik, menjadi ilmu agama terpisah dari ilmu-ilmu duniawi (ilmu pengetahuan umum).
Dengan demikian, kurikulum yang dipandang baik untuk mencapai tujuan pendidikan Islam adalah yang bersifat integrated dan komprehensif, mencakup ilmu agama dan umum. Karena kesempurnaan manusia tidak akan tercapai kecuali dengan menserasikan antara  agama dan ilmu pengetahuan. Demikian pandangan Ibnu Sina dan Ikhwanussofa juga Al-Farabi.
Kurikulum pendidikan agama islam harus terkandung unsure-unsur:
1.      Ketauhidan,
2.      Keagamaan,
3.      Pengembangan potensi manusia sebagai khalifah allah,
4.      Mengembangkan hubungan antar manusia,
5.      Pengembangan diri sebagai individu.

     B.            HAKIKAT PENDEKATAN PENDIDIKAN ISLAM
Pendekatan ( approach) merupakan pandangan falsafi terhadap subjec matter yang harus di ajarkan dan selanjutnya melahirkan metode mengajar. dalam pelaksanaannya metode dalam pendidikan di jabarkan dalam bentuk teknik penyajian bahan pelajaran
Beberapa pendekatan yang dapat digunakan pendidikan islam dalam pelaksanaan proses pembelajaran
1.      Pendekatan pengalaman
Pendekatan pengalaman Yaitu pemberiann pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Dengan pendekatan ini peserta didik di beri kesaempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan baik secara individual maupun kelompok.
2.      Pendekatan pembiasaan
Pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja yang kadang kala tanpa dipikirkan. Pendekatan pembiasaan dalam pendidikan berarti memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan ajaran agamanya baik secara individual maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari berawal kepada pembiasaan itulah peserta didik membisakan dirinya menuruti dan patuh kepada aturan-aturan yang berlaku ditengah kehidupan masyarakat menanamkan tumbuhnya kebiasaan yang baik tidaklah mudah dan memerlukan waktu yang sangat panjang tetapi apabila sudah jadi kebiasaan maka akan sulit juga merubahnya.


3.      Pendekatan emosional
Pendekatan emosional Ialah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran islam serta dapat merasakan mana yang baik dan yang buruk. Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang. Emosi berhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang mempunyai perasaan pasti dapat merasakan sesuatu baik perasaan jasmaniah maupun rohaniah. Di dalam perasaan rohaniah tercakup perasaan intelektual. Perasaan estetis dan perasaan etis, perasaan sosial dan perasaan harga diri. 
4.      Pendekatan rasional
Pendekatan rasional Adalah suatu pendekatan mempergunakan rasio ( akal ) dalam memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah. Manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang di ciptakannya dengan sempurna dan berbeda dengan ciptaannya yang lain. Perbedaannya dengan mahluk lain adalah pada akal. Manusia mempunyai akal sedangkan mahluk yang lain tidak memilikinya.
5.      Pendekatan fungsional
Pengertian fungsional adalah usaha memberiakan materi agama dengan menekankan kepada segi kemanfaatan dan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya.
6.      Pendekatan ketauladanan
Pendekatan ketauladanan dalah meperhatikan ketauladanan baik yang berlangsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara personal sekolah. Perilaku pendidikan dan perilaku pendidik yang mencerminkan akhlak terpuji maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah ketauladanan.

    C.            HAKIKAT METODE PENDIDIKAN ISLAM
1.      Pengertian Metode Hakikat Pendidikan Islam
Metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”, kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Sehingga metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun, data yang diperluakan bagi pengembangan disiplin ilmu tersebut.
Dalam bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti jalan atau langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan Pendidikan Islam, dapat membawa arti metode sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi obyek sasaran, yaitu pribadi islami.
Metode pendidikan dalam tinjauan Filsafat Pendidikan Islam, adalah pemikiran yang melatar belakangi suatu cara yang digunakan dalam menyampaikan materi dalam proses pendidikan. Dalam pendidikan Islam metode yang digunakan digali dari berbagai sumber ajaran Islam, yakni Al-Quran, Hadis, atau riwayat-riwayat para Nabi dalam menjalankan da’wahnya. Dalam Al-Quran misalnya terdapat banyak kisah para nabi dan orang-orang mukmin yang dapat dijadikan sebagai metode kisah Qur’an.

2.      Landasan Metode Pendidikan Islam
Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau social peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umummetode pendidikan Islam. Sebab  metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis.
a.         Dasar Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam merujuk pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk itu, dalam pelaksanannya berbagai metode yang digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan Hadits.
b.         Dasar Biologis, Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan Islam seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
c.         Dasar Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh Karenanya Metode pendidikan Islam baru dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didiknya. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam konsep Islam akal termasuk dalam tataran rohani.
d.        Dasar sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara pesrta didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan sampai terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis peserta didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.
Keempat dasar di atas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus diperhatikan oleh para pengguna metode pendidikan Islam agar dalam mencapai tujuan tidak mengunakan metode yang tidak tepat dan tidak cocok kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi psikologis, dan kondisi sosiologis peserta didik.

3.      Prinsip Metode Pendidikan Islam
Dalam menggunakan metode pendidikan islam seorang pendidik hendaknya memperhatikan enam prinsip utama, yaitu:
a.       Prinsip pembisaaan.
b.      Prinsif kemudahan
c.       Prinsip berangsur-angsur
d.      Prinsip flexibel
e.       Prinsip kontinuitas.
f.       Prinsip memperhatikan bakat dan kemampuan peserta didik.
g.      Prinsip menghindari kekerasan dalam mengajar.

4.      Macam-macam Metode Pendidikan Islam
Sebagai ummat yang telah dianugerahi Allah Kitab AlQuran yang lengkap dengan petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal sebaiknya menggunakan metode mengajar dalam pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari Al Qur’an dan Hadits. Diantara metode-metode tersebut adalah.
a.       Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik. Prinsip dasar metode ini terdapat di dalam Al Qur’an surat  Yunus ayat 23.

b.      Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca. Prinsip dasar metode ini terdapat dalam hadits Tanya jawab antara Jibril dan Nabi Muhammad tentang iman, islam, dan ihsan.
c.       Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik/ membicarakan dan menganalisis secara ilmiyah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun   berbagai alternative pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman Anahlawimenyebut metode ini dengan sebutan hiwar (dialog).
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Al Qur’an Surat Assafat : 20-23
Selain itu terdapat juga dalam hadits yang berbunyi :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ.
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sâ’id dan Ali ibn Hujr, katanya hadis Ismail dan dia ibn Ja’far dari ‘Alâ’ dari ayahnya dari Abu   Hurairah ra. bahwasnya Rasulullah saw. bersabda: Tahukah kalian      siapa orang yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka; orang yang tidak memiliki dirham dan harta.Rasul bersabda; Sesungguhnya orang   yang muflis dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat   dengan (pahala) salat, puasa dan zakat,. Dia datang tapi telah mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah   (membunuh) ini dan memukul orang ini. Maka orang itu diberi pahala miliknya. Jika kebaikannya telah habis  sebelum ia bisa menebus kesalahannya, maka dosa-dosa mereka diambil dan dicampakkan   kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke neraka.(Muslim, t.t, IV: 1997)


d.      Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh gur dan murid harus mempertanggung jawabkannya.
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Al Qur’an surat al-Mudatsir ayat 1- 7
e.       Metode Demontrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits yang menceritakan  pemuda yang sebaya. Yang tinggal bersama Rasulallah selama (dua puluh malam) 20 malam. Rasulullah saw  adalah seorang yang penyayang dan memiliki sifat lembut. Ketika beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau menanyakan tentang orang-orang yang kami tinggalkan dan kami memberitahukannya. Beliau bersabda; kembalilah bersama keluargamu dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka. Beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal. Dan salatlah sebagaimana kalian melihat aku salat. (al-Bukhari)
f.       Metode eksperimen
Suatu cara mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu   percobaan, dan setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap murid, sedangkan guru memperhatikan yang dilakukan oleh murid sambil memberikan arahan.
Prinsip dasar metode ini ada dalam hadits :
حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا الْحَكَمُ عَنْ ذَرٍّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى عَنْ أَبِيهِ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ إِنِّي أَجْنَبْتُ فَلَمْ أُصِبْ الْمَاءَ فَقَالَ عَمَّارُ بْنُ يَاسِرٍ لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ أَمَا تَذْكُرُ أَنَّا كُنَّا فِي سَفَرٍ أَنَا وَأَنْتَ فَأَمَّا أَنْتَ فَلَمْ تُصَلِّ وَأَمَّا أَنَا فَتَمَعَّكْتُ فَصَلَّيْتُ فَذَكَرْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ هَكَذَا فَضَرَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَفَّيْهِ الْأَرْضَ وَنَفَخَ فِيهِمَا ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ ….
Artinya: Hadis Adam, katanya hadis Syu’bah ibn Abdurrahmân ibn Abzâ dari ayahnya, katanya seorang laki-laki datang kepada Umar ibn Khattâb, maka katanya saya sedang janabat dan tidak menemukan air, kata Ammar ibn Yasir kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah anda ingat ketika saya dan anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum salat, sedangkan saya berguling-guling di tanah, kemudian saya salat. Saya menceritakannya kepada Rasul saw. kemudian Rasulullah saw. bersabda: ”Sebenarnya anda cukup begini”. Rasul memukulkan kedua telapak tangannya ke tanah dan meniupnya kemudian mengusapkan keduanya pada wajah.(al-Bukhari, I: 129)
g.      Metode Amsal/perumpamaan
Yaitu cara mengajar dimana guru menyampaikan materi pembelajaran melalui contoh atau perumpamaan.
Prinsip metode ini terdapat dalam Al Qur’an
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّآ أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لاَّ يُبْصِرُونَ
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api  Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. (Q.S. Albaqarah : 17)
h.      Metode Targhib dan Tarhib
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.
i.        Metode pengulangan (tikror)
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi ajar dengan cara mengulang-ngulang materi tersebut dengan harapan siswa bisa mengingat lebih lama materi yang disampaikan.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits berikut :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ.
Artinya: Hadis Musaddad ibn Musarhad hadis Yahya dari Bahzâ ibn Hâkim, katanya hadis dari ayahnya katanya ia mendengar Rasulullah saw bersabda: Celakalah bagi orang yang berbicara dan berdusta agar orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan baginya. (As-Sijistani, t.t, II: 716).
Rasulullah saw. mengulang tiga kali perkataan ”celakalah”, ini menunjukkan bahwa pembelajaran harus dilaksanakan dengan baik dan benar, sehingga materi pelajaran dapat dipahami dan tidak tergolong pada orang yang merugi.
Dalam konteks itu, An-Nahlawi, mengemukakan beberapa metode yang paling penting dalam pendidikan Islam yaitu
  1. Metode Hiwar (Percakapan) Qur’ani dan Nabawi
  2. Mendidik dengan Kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi
  3. Mendidik dengan amsal(Perumpamaan)
  4. Mendidik dengan memberi tauladan
  5. Mendidik dengan pembiasaan dan pengalaman
  6. Mendidik dengan mengambil Ibrah (Pelajaran) dan muaidhah (Peringatan)
  7. Mendidik dengan targhib (Membuat senang) dan tarhib (Membuat takut)
Pendapat lain yang lebih diarahkan kepada penggunaan metode pendidikan Islam secara formal adalah sebagaimana yang dikemukakan Al-Syaebany, yaitu:
1.      Metode indiksi (pengambilan kesimpulan) - Metode Perbandingan
2.      Metode Kuliah - Metode Halaqah
3.      Metode Dialog dan perbincangan - Metode Riwayat
4.      Metode Mendengar - Metode Membaca
5.      Metode Imla’ - Metode Hafalan
6.      Metode Pemahaman



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Setelah proses demi proses yang kian panjang maka dalam pendidikan Islam diperlukan adanya komponen- komponen yang bisa menghantarkan peserta didik untuk mengembangkan potensinya sesuai tujunan hidupnya sebagai hamba Allah dan Khalifatullah. Kurikulum, hakekat kurikulum dalam pendidikan Islam yang sebenarnya adalah eksistensi kurikulum sebagai parameter operasionalisasi proses belajar mengajar. Oleh karenanya kurikulum tidak mempunyai makna apabila tidak dilaksanakan dalam suatu institusi, dan tidak ada imbal balik antara pendidik disuatu sisi dengan peserta didik di sisi lain.
Dalam kaitan metode pendidikan Islam yang mempunyai peran penting dalam pendidikan Islam pada hakekatnya metode adalah suatu penerapan yang dilakukan oleh pendidik. Pada prinsipnya tidak ada metode yang paling ideal untuk semua tujuan pendidikan,semua ilmu dan mata pelajaran, semua pertumbuhan, semua tahap kematangan, semua pendidik, dan semua keadaan,yang meliputi proses pendidikan.
Oleh karena itu tidak bisa dihindarkan pendidik hendaknya mengkombinasikan lebih dari satu metode pendidikan dalam prakteknya dilapangan. Untuk itu sangat penting menerapkan metode yang relevan dengan semua situasi sehingga tujuan dapat tercapai dengan maksimal.



DAFTAR PUSTAKA

Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode, Yogyakarta : Yayasan Penerbitan IKIP Yogyakarta , 1990.
Ramayulis dan Nizar, Samsu, 2009, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam       Mulia
Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terjemahan Hasan Lalunggung, (Jakarta:Bulan Bintang, 1979),
H. M. Arifin, Ilmu Pendidkan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan   Interdisiplin, Jakarta : Bumi Aksara,1991.
http://binaaku.blogspot.co.id/2013/12/makalah-hakikat-kurikulum-dalam.html




Tidak ada komentar:

Posting Komentar