Sabtu, 29 September 2018

Pengertian, Objek dan Metode Filsafat Pendidikan Islam


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Berbicara Filsafat maka kita akan lantas teringat dengan kata kritis, radikal, reflektif, integral, universal. Karena inilah kerangka awal berfikir filsafat,berfikir filsafat berartikita memaknai hakikat dari sesuatu yang ada, bukan hanya berfikirsemata, tapi pemikiran yang mendalam, dimana akal menjadi mesin dalam berfikir Logis rasional empiris. Kemudian kata pendidikan yang seringkita maknai sebagai proses terus menerus secara sistematis untuk mendewasakan manusia atau memanusiakan manusia. Dan islam merupakan dasar pemikiran filsafatnya, bahwa pola berfikir filsafat yang radikal, integral, universal, itu di dasari dengan dasar-dasar keislaman, islam menjadi ruh dalam berfikir filsafat, hal ini untukmewujudkan pengoftimalisasian potensi yang telah diberikan Tuhan (Akal), untuk di gunakan sebaikmungkin untuk kemaslahatan umat manusia.
Dewasa ini pada umumnya filsafat pendidikan Islam adalah bagian dari ilmu filsafat. Adapun ruang lingkup filsafat pendidikan Islam mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan Islam telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil penelitian tentang filsafat pendidikan Islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau filsafat pendidikan islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai bidang kajiannya atau cakupan pembahasannya.
Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan Islam memasuki area pemikiran yang mendasar, sistematis, logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, yang tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama saja, melainkan menurut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Artinya persoalan-persoalan yang difikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tigkat kenyataan yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik di masa sekarang maupun di masa mendatang.[1]
Berdasarkan kebutuhan karena setiap disiplinilmu itumempunyai filsafatnya sendiri, pun dengan pendidikan islam harus memiliki filsafatnya sendiri, untuk mengkaji secara mendalam dan menyeluruh mengenai pendidikan islam, sehingga pendidikan islambukan hanya pengetahuan semata yang di ajarkan secara turun temurun, tapi pendidikan islam menjadi suatu disiplin ilmu yang secara formal justice mampu dijadikan sandaran dalamkhasanah keilmuan secara formal. 

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah diantaranya:
1.         Apa definisi Filsafat pendidikan Islam ?
2.         Apa  objek filsafat pendidikan islam ?
3.         Bagaimana Metode Filsafat pendidikan Islam ?
4.         Apa kegunaan filsafat pendidikan islam ?

C.      Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penyusunan makalah ini bertujuan untuk:
1.      Untuk mengetahui definisi Filsafat pendidikan Islam.
2.      Untuk mengetahui objek filsafat pendidikan islam.
3.      Untuk mengetahui  Metode Filsafat pendidikan Islam.
4.      Untuk mengetahui kegunaan filsafat pendidikan islam.









BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Sebelum kita masuk dalam pembahasan filsafat pendidikan Islam, terlebih dahulu mesti kita fahami apa itu filsafat minimal dua Tipologi Etimologi dan terminologi atau sering kita dengar secara bahsa atau istilah.
 Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata Filhos yang berarti cinta dalamarti yang Luas yakni mencintai atau menginginkan, dan Sophia yang berarti kebijaksanaan atau kebenaran. Maka secara etimologi filsafat berarti mencintai kebenaran atau mencintai kebijaksanaan.[2]
Pelaku filsafat berarti filosof, berarti: a lover of wisdom. Orang berfilsafat dapat dikatakan sebagai pelaku aktifitas yang menempatkan pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya. Ariestoteles (filosof Yunani kuno) mengatakan filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan, kadang-kadang disamakan dengan pengetahuan tentang wujud (ontologi). Adapun pengertian filsafat mengalami perkembangan sesuai era yang berkembang pula. Pada abad modern (Herbert) filsafat berarti suatu pekerjaan yang timbul dari pemikiran. Terbagi atas 3 bagian: logika, metafisika dan estetika (termasuk di dalamnya etika).
Selanjutnya Harun Nasution berpendapat bahwa kata Falsafah berasal dari bahasa Arab falsafa dengan wazan (timbangan) fa’lala, fa’lalah, fi’lah. Menurut Harun Nasution bahwa kata benda falsafa adalah falsafah dan filsaf. Dalam bahasa Indonesia banyak menggunakan kata filsafat, padahal bukan berasal dari bahsa arab maupun bahsa inggris, dalam halini Harun Nasution menggunakan istilah filsafat karena mengambil dari bahasa arab, maka dia menggunakan kata falsafat dalam setiap karyanya.dan menurut amsat Bakhtiar kata filsafat selain dapat di terima dari bahsa Arab (Falsafat), ini dapat di terima dalam bahasa Indonesia, karena kata arab yang di Indonesaiakan sering mengalami perubahan di hurup fokalnya, contoh Masjid jadi Mesjid, pun dengan kata Falsafat menjadi Filsafat itu dapat di Tolelir ada perubahan di hurup Fokalnya.[3].
Selain secara Etimologi kita ketahui filsafat secara terminologi yang mempunyai makna beragam, Mohammad Hatta dan Langeveld berpendapat, bahwa devinisi filsafat tidak perlu di berikan karena setiap orang mempunyai titik tekan dan definisi sendiri mengenai filsafat.[4] Tapi disini penulis suguhkan beberapa pengertian filsafat menurut beberapa Ahli atau Filosof.
Plato mengatakan bahwa filsafat adalah pengeahuan tentang segala yang ada. Adapun Aristoteles mengungkapkan tentang filsafat yaitu filsafat adalah sesuatu yang menyelidiki tentang sebab dan asas segala benda,oleh karena itu Aristo menamakan filsafat “ Teologi”atau Filsafat Agama.
Selain filsuf yunani, definisi filsafat di sampaikan juga oleh filsuf Muslim yang sangan populer dikalangan umat muslim, yaitu Al-Farabi ia mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang alam yang,maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya. [5] 
Sidi Gazalba berpendapat, bahwa dalam filsafat setidaknya ada beberapa ciri pokok yang biasa kita ketahui, pertama, bahwa dalam filsafat adanya unsur berfikir dalam hal ini menggunakan akal, kedua ada unsur-unsur yang ingin di capai dari proses berfikir itu, yaitu sebuah pencarian hakikat atau inti dari segala sesuatu, dan yang terakhir adanya ciri khusus yang terdapat dalam pola berfikir,yaitu mendalam, sistematik dan universal dalam rangka mencari kebenaran.[6]
Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa filsafat baik secara kajian bahasa yunani maupun Arab adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai akan kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana.
Setelah kita memahami definisi filsafat secara bahasa maupun istilah maka perlu kiita kaji terlebih dahulu apa itu pendidikan dan hubungannya dengan Filsafat, baru kita kontruksikan menjadi filsafat pendidikan.
Kata pendidikan menurut para ulama dapat di uraikan menjadi tiga pendapat diantaranya:
Pertama,Al-Tarbiyah berasal dari kata Rabaa yarbuu, dengan arti zaada wa namaa, yang artinya bertambah dan berkembangan. Pengertian al-tarbiyah demikiandi dasarkan pada Ayat Al-Quran.





“ Dan sesuatu riba (Tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada harta manusia maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah (QS Al-Rum30:39)
Kedua kata tarbiyah berasal dari kata rabiya, yarba atas wazan (timbangan) atau persamaannya dari kata khafiya, yakhhfa, dengan arti nasya’ayang berarti tumbuh, subur dan berkembang. Hal ini sejalan dengan firman Allah Swt,




“ Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah, dan Allah tidak menyukai seseorang yang tetapdalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. (Qs Al-Baqarah 2:276)
Ketiga,Al-Tarbiyah berasal dari kata Rabba yarubbu yang berarti memperbaiki dengan kasih sayang,cinta, dan sebagainya, sehingga menjadilebih baik setahap demi setahap. Halini sejalan dengan Firman Tuhan




“ Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua, (kedua orangtua), dengan penuh kaksih sayang dan ucapkanlah : Wahai Tuhanku Kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telahmendidikkudi waktu kecil.(Qs Al-Isra 17:24)
Dari ketiga akar kata al-tarbiyah dengan penggunaannya dalam Al-Quran sebagai mana di ungkpakan diatas, maka al-tarbiyah atau pendidikan secara kebahasaan mengandung arti mengembangkan,menumbuhkan, memelihara dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. [7]
Pengertian al-tarbiyah secara lebih luas dijumpai dalam mu’jam al-lugah al-Arabiyah al-Mua’sirah (A Dictionary of Modern Written Arabic),karangan hans Wher. Dalamkamusini kata Al-Tarbiyah diartikan sebagi Education (pendiikan), upbringing (Pengembangan), teaching (Pengajaran), instruktions (Perintah), Pedagogy (Pembinaan kepribadian), Breading (Memberi makan), dan raising (pertumbuhan).[8] Selain itu beberapa ahlipun mengungkapkan tentang pendidikan diantaranya:
John Dewey, memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya fikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju tabiat manusia dan manusia biasa. Maka menurut John Dewey pendidikan dapat diartikan juga sebagai teoriumum pendidikan.[9]  
John Dewey juga menadang bahwa ada hubungan yang erat antara filsafat dan pendidika, oleh karena itu tugas filsafat dan pendidikan seiring, yaitu sama-sama memajukan kehidupan manusia. Ahli Filsafat lebih memperhatikan tugas yang berkaitan dengan strategi pembentukan manusia, sedangkan ahli pendidikan bertugas untuk lebih memperhatikan taktik (cara) agar strategi itu menjadi terwujud dalam kehidupan sehari-sehari melaluli proses pendidikan.
Ali Khalil Abu Al-Ainain mengemukakan bahwa filsafat pendidikan adalah upaya  berpikir filosofis tentang realitas kependidikan dalam segala lini, sehingga melahirkan teori-teori pendidikan yang berguna bagi kemajuan aktivitas pendidikan itu sendiri
Van Cleve Morris menyatakan, “ Secara ringkas dia mengatakan pendidikan adalah study Filosopis, karena ia pada dasanya bukan alat sosial semata untuk mengalihkan cara hidup secara menyeluruh kepada setiap generasi, tapi ia menjadi agen yang melayani hati nurani masyarakat dalam perjuangan mencapai hari depan lebih baik.
Al-Syaibany mengartikan bahwa filsafat pendidikan ialah aktifitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan. Artinya, bahwa filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya, maka filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusian merupakan faktor yang integral atau satu kesatuan. Sementara itu, filsafat juga didefinisikan sebagai pelaksana pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan, falsafah tersebut menggambarkan satu aspek dari aspek-aspek pelaksana falsafah umum dan menitik beratkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis.
Barnadib mempunyai versi pengertian atas filsafat pendidikan, yakni ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Karenanya, dengan bersifat filosofis, bermakna bahwa filsafat pendidikan merupakan aplikasi sesuatu analisa filosofis terhadap bidang pendidikan.
Dari berbagai pendapat dari beberapa ahli diatas, maka dapat dikatakan bahwa filsafat pendidikan adalah filsafat yang memikirkan masalah pendidikan. Oleh karena filsafat ada kaitannya dengan pendidikan filsafat diartikan sebagai teori pendidikan segala tingkat, karena dalam filsafat mengkaji dan memikirkan tentang hakikat segala sesuatu secara menyeluruh, sistematis,terpadu,universal, dan radikal, yang nantihasilnya menjadi pedoman dan arah dari perkembangan ilmu-ilmu yang bersangkutan salah satunya dalam pendidikan.
Setelah kita mengetahui definisi filsafat, filsafat pendidikan,maka para pemikir islampun mengungkapkan Definisi filsafat Pendidikan Islam, seperti berikut:
1.Menurut Ahmad Fuad al-Ahwani: Filsafat Islam adalah pembahasan tentang alam dan manusia yang disinari ajaran Islam. Dan menurut Mustofa Abdur Razik: Filsafat Islam adalah filsafat yang tumbuh di negeri Islam dan di bawah naungan negara Islam, tanpa memandang agama dan bahasa-bahasa pemiliknya.[10]
2.Muzayyin Arifin berpendapat tentang filsafat pendidikan Islam adalah konsep berfikir tentang kependidikan yang bersumberkan atau berlandaskan ajaran agama Islam hakekat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh agama Islam.
Definisi ini memberi kesan bahwa filsafat pendidikan Islam sama dengan filsafat pada umumnya. Dalam arti bahwa filsafat Islam mengkaji tentang masalah yang ada hubungannya dengan pendidikan seperti manusia sebagai subyek dan objek pendidikan, kurikulum, metode, lingkungan dan guru. Bedanya dengan filsafat pendidikan pada umumnya adalah bahwa didalam filsafat pendidikan Islam, semua masalah kependidikan tersebut selalu didasarkan pada ajaran Islam yang bersumberkan al-Quran dan al-Hadist. Dengan kata lain bahwa kata Islam yang mengiringi kata filsafat pendidikan itu menjadi sifat, yakni sifat dari filsafat pendidikan tersebut.
3. Menurut Zuhairini, dkk (1955) Filsafat Pendidikan Islam adalah studi tentang pandangan filosofis dan sistem dan aliran filsafat dalam Islam terhadap masalah kependidikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia muslim dan umat Islam. Selain itu Filsafat Pendidikan Islam mereka artikan pula sebagai penggunaan dan penerapan metode dan sistem filsafat Islam dalam memecahkan problematika pendidikan umat Islam yang selanjutnya memberikan arah dan tujuan yang jelas terhadap pelaksanaan pendidikan umat Islam.
4. Sedangkan Abuddin Nata (1997) mendefinisikan Filsafat Pendidikan Islam sebagai suatu kajian filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadis sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli khususnya filosof muslim sebagai sumber sekunder. Selain itu, Filsafat Pendidikan Islam dikatakan Abuddin Nata suatu upaya menggunakan jasa filosofis, yakni berfikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal tentang masalah-masalah pendidikan, seperti masalah manusia (anak didik), guru, kurikulum, metode dan lingkungan dengan menggunakan al-Qur’an dan al-Hadis sebagai dasar acuannya.
5. Adapun pendapat Omar Muhammad Al-Tomy Al-Saibany: menurutnya bahwa filsafat pendidikan Islm tidak lain ialah pelaksanaan pandangan filsafat dari kaidah filsafat Islam dalam bidang pendidikan yang  didasarkan dalam ajaran Islam.[11]




B.     Objek filsafat pendidikan islam
Karena filsafat pendidikan islam memadukan dua hal pokok, yang didasarkan ajaran islam, yaknifilsafat dan pendiidkan, maka objek kajian filsafat pendidikan islam adalah objekkajian filsafat dan objek kajian pendidikan. 
Objek filsafat ada dua yaitu Objek Materia dan Objek Forma, tentang objek materia ini banyak yang sama dengan objek materia sains. Sains memiliki objek materia yang empiris; filsafat menyelidiki objek itu juga, tetapi bukan bagian yang empiris melainkan bagian yang abstrak. Sedang objek forma filsafat tiada lain ialah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang objek materi filsafat (yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada). Dari uraian tertera di atas jelaslah, bahwa:
Objek materia filsafat ialah Sesuatu yang ada, seperti berikut:
Ø  Hakekat Tuhan (metafisik)
Ø  Hakekat Alam dan (kosmologi)
Ø  Hakekat Manusia (Jiwa dan raga)
Objek forma filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek materi filsafat (sarwa-yang-ada).
Dalam buku Filsafat Agama; Titik Temu Akal dengan Wahyu karangan Dr. H. Hamzah Ya’qub dikatakan bahwa objek filsafat ialah mencari keterangan sedalam-dalamnya. Di sinilah diketahui bahwa sesuatu yang ada atau yang berwujud inilah yang menjadi penyelidikan dan menjadi pembagian filsafat menurut objeknya ialah:
1. Ada Umum yakni menyelidiki apa yang ditinjau secara umum. Dalam realitanya terdapat bermacam-macam yang kesemuanya mungkin adanya. Dalam bahasa Eropa, ADA UMUM ini disebut “Ontologia” yang berasal dari perkataan Yunani “Onontos” yang berarti “ada”, dalam Bahasa Arab sering menggunakan Untulujia dan Ilmu Kainat.
2. Ada Mutlak, sesuatu yang ada secara mutlak yakni zat yang wajib adanya, tidak tergantung kepada apa dan siapapun juga. Adanya tidak berpermulaan dan tidak berpenghabisan ia harus terus menerus ada, karena adanya dengan pasti. Ia merupakan asal adanya segala sesuatu. Ini disebut orang “Tuhan” dalam Bahasa Yunani disebut “Theodicea” dan dalam Bahasa Arab disebut “Ilah” atau “Allah”.
3. Comologia, yaitu filsafat yang mencari hakekat alam dipelajari apakah sebenarnya alam dan bagaimanakah hubungannya dengan Ada Mutlak. Cosmologia ini ialah filsafat alam yang menerangkan bahwa adanya alam adalah tidak mutlak, alam dan isinya adanya itu karena dimungkinkan Allah. “Ada tidak mutlak”, mungkin “ada” dan mungkin “lenyep sewaktu-waktu” pada suatu masa.

4. Antropologia (Filsafat Manusia), karena manusia termasuk “ada yang tidak mutlak” maka juga menjadi objek pembahasan. Apakah manusia itu sebenarnya, apakah kemampuan-kemampuannya dan apakah pendorong tindakannya? Semua ini diselidiki dan dibahas dalam Antropologia.
5. Etika: filsafat yang menyelidiki tingkah laku manusia. Betapakah tingkah laku manusia yang dipandang baik dan buruk serta tingkah laku manusia mana yang membedakannya dengan lain-lain makhluk.
6. Logika: filsafat akal budi dan biasanya juga disebut mantiq. Akal budi adalah akal yang terpenting dalam penyelidikan manusia untuk mengetahui kebenaran. Tanpa kepastian tentang logika, maka semua penyelidikan tidak mempunyai kekuatan dasar. Tegasnya tanpa akal budi takkan ada penyelidikan. Oleh karena itu dipersoalkan adakah manusia mempunyai akal budi dan dapatkah akal budi itu mencari kebenaran? Dengan segera timbul pula soal, apakah kebenaran itu dan sampai dimanakah kebenaran dapat ditangkap oleh akal budi manusia. Maka penyelidikan tentang akal budi itu disebut Filsafat Akal Budi atau Logika. Penyelidikan tentang bahan dan aturan berpikir disebut logica minor, adapun yang menyelidiki isi berpikir disebut logica mayor. Filsafat akal budi ini disebut Epistimologi dan adapula yang menyebut Critica, sebab akal yang menyelidiki akal.[12]
            Kemudian objek kajian pendidikan adalah tentang visi misi, tujuan, proses belajar mengajar, tenaga kependidikan, karakter murid dan mutu lulusan, sarana prasarana, pembiyayaan, pengelolaan, lingkunga, kerja sama dan evaluasi.[13]
            Secara makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah juga obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi secara mikro (khusus) yang menjadi obyek filsafat pendidikan meliputi:
a. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature of Education).
b. Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subyek dan obyek pendidikan (The Nature Of Man).
c. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan.
d. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan.
e. Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan).
f. Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.
Dengan demikian dari uraian tersebut diproleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi obyek filsafat pendidikan ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.[14]

C.     METODE-METODE FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Filsafat Islam dalam memecahkan berbagai problematika pendidikan Islam ada beberapa metode yang digunakan. Adapun metode-metode yang digunakan, yaitu:
  1. Metode Kontemplasi dan Spekulasi
Metode kontemplasi dan spekulasi terbagi menjadi 3 pokok persoalan yaitu : kontemplasi dari segi tasawuf, kontemplasi dari segi epistemologi dan spekulasi,
  1. Menurut Dagobert D. Runes, kontemplasi dari segi tasawuf (mistik) disebut meditasi, sebagai ilmu yang lebih tinggi karena intuisi dalam memecahkan satu persoalan. Sedangkan menurut Dr. Harun Nasution, kontemplasi secara sufisme adalah proses perenungan yang berlangsung lama sehingga apa yang direnungkan merefleksi dan menyatu dengan diri sendiri sebagaimana intisari dari sufisme, yaitu kesadaaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan, dengan cara mengasingkan diri dan kontemplasi.
  2. Menurut M. Noor Syam, kontemplasi dari segi epistemology adalah perenungan artinya memikirkan sesuatu hal yang bersifat abstrak tanpa keharusan adanya kontak langsung dengan objeknya. Objek perenungan bisa berupa apa saja, misalnya makna hidup, mati, kebenaran, keadilan, dan lain sebagainya.
  3. Menurut M. Noor Syam, spekulasi adalah perenungan dengan pikiran yang tenang, kritik dan reflektif thinking (pikiran murni), cenderung menganalisa, menghubungkan antar masalah, berulang-ulang sampai mantap.
  1. Pendekatan Normatif
Arti umum dari norma adalah suatu ketentuan yang didasarkan kepada baik buruknya suatu perbuatan di dalam masyarakat tertentu, atau disebut juga aturan-aturan hukum yang berlaku dalam masyarakat, mengenai baik buruk sesuatu perbuatan. Jika didasarkan kepada Normatif Islam, maka disebut pendekatan syari’ah yaitu mencari ketentuan-ketentuan dan menetapkan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh menurut syari’at Islam. Obyeknya adalah tingkah laku dan perbuatan. Metode ijtihadnya adalah istihsan, maslahah mursalah, al ‘adah muhkamah, adalah merupakan contoh-contoh dari metode-metode Normatif dalam Sistem Filsafat Islam.[15]
  1. Pendekatan Analisa Konsep dan Analisa Bahasa
Analisa konsep adalah suatu analisa mengenai istilah-istilah yang memuat gagasan, ide dan konsep. Atau dapat juga dikatakan bahwa konsep adalah tangkapan atau pengertian seseorang terhadap sesuatu obyek. Analisa konsep dan bahasa adalah saling interdipandensi karena analisa bahasa (linguistik) adalah berusaha untuk menginterpretasikan terhadap arti dan makna suatu konsep atau ide yang dimiliki. Makna suatu ide hanya dapat dipahami dan dimengerti jika dituangkan dalam bahasa yang baku dan baik.
  1. Historical Philosophy Approach (Metode Pendekatan History)
Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam Depag, Pendekatan Historis artinya sejarah, yaitu mengambil pelajaran dari peristiwa dan kejadian masa lalu. Suatu kejadian atau peristiwa dalam pandangan kesejarahan terjadi karena sebab akibat, dan terjadi dalam suatu setting situasi, kondisi dan waktunya sendiri. Dalam system pwmiliran filsafat, pengulangan sejarah (peristiwa sejarah) yang sesungguhnya tidak mungkin terjadi. Peristiwa sejarah berguna untuk memberikan petunjuk dalam membina masa depan.



  1. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan Ilmiah terhadap masalah aktual, yang pada hakikatnya merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari pola berfikir rasional, empiris dan eksperimental yang telah berkembang pada masa jayanya filsafat dalam islam. Pendekatan ini tidak lain adalah merupakan realisasi dari ayat al-Qur’an dalam Q.S Ar Ra’d ayat 11, diterangkan:



Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”[16]
  1. Pendekatan Komprehensif
Dalam system filsafat Islam pendekatan komprehensif ini pernah berkembang yang sifatnya terpadu antara sumber-sumber naqli, aqli dan imani, sebagaimana yang Nampak dikembangkan oleh Imam Al-Ghozaly. Menurutnya, kebenaran yang hakiki adalah kebenaran yang diyakini betul-betul sebagai kebenaran. Kebenaran yang mendatangkan keamanan dalam jiwa, bukan kebenaran yang mendatangkan keragu-raguan. Untuk mencapai itu kebenaran yang benar-benar diyakini harus melalui pengalaman dan merasakan. Pendekatan ini lebih mendekati pola berpikir yang empiris dan intuitif.[17]

D.    KEGUNAAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Kegunaan filsafat secara umum ialah untuk memperoleh pengertian (makna) dan untuk menjelaskan gejala atau peristiwa alam dan sosial. Itu berarti orang yang berfilsafat harus berpikir obyektif atas hal-hal yang obyektif, bukan menghayal.
Dari situlah para ahli dibidang tersebut telah banyak meneliti secara teoritis mengenai kegunaan Filsafat Pendidikan Islam. Umar Muhammad Al-Tomi Al-Saidany misalnya mengemukakan tiga manfaat dari mempelajari Filsafat Pendidikan Islam tersebut sebagai berikut:
1)         Filsafat pendidikan itu dapat menolong para perancang pendidikan dan orang-orang yang melaksanakannya dalam suatu Negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap proses pendidikan. Disamping itu dia dapat menolong terhadap tujuan-tujuan dan fungsi-fungsinya serta meningkatkan mutu penyelesaian masalah pendidikan dan peningkatan tindakan dan keputusan termasuk rancangan-rancangan pendidikan mereka. Selain itu ia juga berguna untuk memperbaikia peningkatan pelaksanaan pendidikan serta faedah dan cara mereka mengajar yang mencangkup penilaian, pembimbingan dan penyuluhan.
2)         Filsafat pendidikan dapat menjadi asas yang terbaik untuk penilaian pendidikan dalam arti yang menyeluruh. Penilaian pendidikan itu dianggap persoalan yang perlu bagi setiap pengajaran yang baik. Dalam pengertian yang terbaru penilaian pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, institusi pendidikan secara umum untuk mendidik angkatan baru dan warga Negara dan segala yang berkaitan dengan filsafat.
3)         Filsafat pendidikan akan menolong dalam memberikan pendalaman pemikiran bagi faktor-faktor spiritual, kebudayaan, social, ekonomi, dan politik dinegara kita.
Sedangkan kegunaan Filsafat Pendidikan Islam menurut Prof. Mohammad Athiyah Abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam “At Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha“ yaitu:
1)         Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.
2)         Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus.
3)         Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya.
4)  Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan.
5)  Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan.
Al-Syaibany khusus menjelaskan bahwa mempelajari filsafat pandidikan Islam memiliki beberapa kegunaan sebagai berikut:
a) Filsafat pendidikan Islam dapat membantu para perencana dan para pelaksana pendidikan untuk membentuk suatu pemikiran yang sehat tentang pendidikan.
b) Filsafat pendidikan Islam merupakan asas bagi upaya menentukan berbagai kebijakan pendidikan.
c) Filsafat pendidikan dapat dijadikan asas bagi upaya menilai keberhasilan pendidikan.
d) Filsafat pendidikan dapat dijadikan sandaran intelektual bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia praksis pendidikan. Sandaran ini digunakan sebagai bimbingan ditengah-tengah maraknya berbagai aliran atau system pendidikan yang ada.
e) Filsafat pendidikan Islam dapat dijadikan dasar bagi upaya pemberian pemikiran pendidikan dalam hubungannya dengan masalah spiritual, kebudayaan, social, ekonomi, dan politik.
Berdasar pada kutipan diatas timbul kesan bahwa kegunaan dan fungsi filsafat pendidikan Islam ternyata sangat strategis dia seolah-olah menjadi acuan dalam memecahkan permasalahan dalam pendidikan. Hal ini disebabkan karena yang diselesaikan filsafat pendidikan Islam itu adalah bidang filosofinya yang menjadi akar dari setiap permasalahan kependidikan. Dalam berpedoman pada filsafat pendidikan setiap masalah pendidikan akan dapat dipecahkan secara komprehensif integrated, dan tidak parsial, tambal sulam atau sepotong-sepotong. Melihat demikian besar jasa yang dimainkan oleh filsafat,tidak mengherankan jika Al-Saibany lebih lanjut mengatakan seharusnya filsafat pendidikan, amaliah pendidikan, dan pengajaran mendapat penghargaan dan penghormatan dari pihak-pihak pelajar, para guru, dan orang-orang yang berkiprah dalam bidang pendidikan. Dengan penghargaan dalam arti memanfaatkan jasa filsafat pendidikan sebaik-baiknya, mereka akan memiliki sandaran dan rujukan intelektual yang berguna untuk membela tindakan-tindakannya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Namun demikian, uraian tentang fungsi filsafat pendidikan Islam tersebut member kesan terlalu umum dan abstrak. Fungsi filsafat pendidikan lebih konkrit lagi dijelaskan oleh Ahmad D. Marimba. Menurutnya bahwa filsafat pendidikan dapat menjadi pegangan pelaksanaan pendidikan yang menghasilkan generasi-generasi baru yang berkepribadian Muslim. Generasi-generasi baru ini selanjutnya akan mengembangkan usaha-usaha pendidikan dan mungkin mengadakan penyempurnaan atau penyusunan kembali filsafat yang mendasari usaha-usaha pendidikan itu sehingga membawa hasil yang lebih besar. Pendapat yang terakhir ini memberi petunjuk bahwa filsafat pendidikan Islam selain menjadi acuan bagi pendidikan dalam menghasilkan generasi yang Islami, dihasrapkan juga dapat mendukung pengembangan konsep filsafat pendidikan Islam itu sendiri. Dengan demikian pendapat yang terakhir ini Nampak lebih mengorientasikan filsafat pendidikan pada upaya mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini tidak terlalu salah, mengingat bahwa dari seluruh kegiatan dan aspek pendidikan yang ada, pada akhirnya memang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Jadi seseorang boleh saja mengorbankan atau merubah cara, tetapi tidak boleh begitu saja merubah atau mengorbankan tujuan pendidikan.
Selanjutnya Muzayyin Arifin yang pendapatnya banyak dikutip dalam pembahasan bab ini mengatakan, bila dilihat dari fungsinya, maka filsafat pendidikan Islam merupan pemikiran mendasar yang melandasi dan mengarahkan proses pelaksanaan pendidikan Islam. Oleh karena itu filsafat itu juga memberikan gambaran tentang sampai dimana proses tersebut dapat direncanakan dan dalam ruang lingkup serta dimensi bagaimana proses tersebut dilaksanakan selain itu dia juga mengatakan bahwa filsafat pendidikan Islam juga bertugas melakukan kritik-kritik tentang metode-metode yang digunakan dalam proses pendidikan Islam itu serta sekaligus memberikan pengarahan mendasar tentang bagaimana metode tersebut harus didaya gunakan atau diciptakan agar efektif untuk mencapai tujuan. Dari uarainya ini Muzayyain Arifin menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan Islam itu seharusnya bertugas dalam tiga (3) dimensi yakni:
1) Memberikan landasan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanan pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam.
2) Melakukan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan.
3) Melakukan evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan.
Dengan memperhatikan uraian tersebut dapat diketahui ternyata filsafat pendidikan Islam berfungsi mengarahkan dan memberi landasan pemikiran yang sistematik, mendalam, logis universal, dan radikal terhadap berbagai masalah yang beroperasi dalam bidang pendidikan dengan menempatkan Al-Quran sebagai dasar acuannya. Dengan demikian, jika dijumpai permasalahanyang terdapat dalam bidang pendidikan, maka cara penyelesaiannya yang ideal dan komprehensif harus dimulai dari tinjauan filosofisnya, karena pemecahan yang ditawarkan filsafat pendidikan ini sifatnya menyeluruh, komprehensif, mendasar dan sistematis, sebagaimana hal itu menjadi ciri khas dari pemikiran filsafat.



BAB III
PENUTUP
A.    SIMPULAN

Islam dengan sumber ajarannya al Qur’an dan al Hadist yang diperkaya oleh penafsiran para ulama ternyata telah menunjukkan dengan jelas dan tinggi terhadap berbagai masalah yang terdapat dalam bidang pendidikan. Karenanya tidak heran untuk kita katakan bahwa secara epistimologis Islam memilki konsep yang khas tentang pendidikan, yakni pendidikan Islam.
Terbukti dengan pemaparan di sampaikan di pembahasan, bahwa dengan filsafat pendidikanislambukanhanya semata-mata pengetahuan tradisional biasa, tapi mampu menjadi pendidikan yang mampu mewujudkan manusia kepada tujuanyang sesungguhnya, mencapai ridho Allah dengan menggaktualisasikan pemkirannya secara mendalamdan menyeluruh.
Demikian pula pemikiran filsafat Islam yang diwariskan para filosof Muslim sangat kaya dengan bahan-bahan yang dijadikan rujukan guna membangun filsafat pendidikan Islam. Konsep ini segera akan memberikan warna tersendiri terhadap dunia pendidikan jika diterapkan secara konsisten.
Namun demikian adanya pandangan tersebut bukan berarti Islam bersikap ekslusif. Rumusan, ide dan gagasan mengenai kependidikan yang dari luar dapat saja diterima oleh Islam apabila mengandung persamaan dalam hal prinsip, atau paling kurang tidak bertentangan.
Tugas kita selanjutnya adalah melanjutkan penggalian secara intensif terhadap apa yang telah dilakukan oleh para ahli, karena apa yang dirumuskan para ahli tidak lebih sebagai bahan perbangdingan, zaman sekarang berbeda dengan zaman mereka dahulu. Karena itu upaya penggalian masalah kependidikan ini tidak boleh terhenti, jika kita sepakat bahwa pendidikan Islam ingin eksis ditengah-tengah percaturan global.





DAFTAR PUSTAKA
Abkhtiar, Amstal, Tema-tema filsafat islam (Jakarta:UIN Jakarta Press 2005)
Amad, Abu, Filsafat Islam,(Semarang:Tohaputra,1988)
Arifin ,  Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam (revisi),( Jakarta: Bumi Aksara, 2005).
Daradjat,Zakiah, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,1984)
http://kumpulanmakalahkuliah.blogspot.com.
Nata ,Abuddin, pemikiran pendidikan islam dan Barat, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,2012)
Saifullahi, Ali, Antara Filsafat dan Pendidikan, (Jakarta:Usaha Nasional,)
Supriyadi, Dedi, Pengantar Filsafat Islam,( Bandung :Pustaka Setia, 2010)
Siregar, Marasudin, Filsafat Pendidikan Islam, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang , 2003)
Tafsir,Ahmad, Filsafat Umum, (Bandung: RemajaRosdakarya, 1990)











































[1] Muzayyin Arifin. Filsafat Pendidikan Islam (revisi). Bumi Aksara. Jakarta. 2005. hal 7.
[2] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: RemajaRosdakarya, 1990) hlm 8
[3] AmstalAbkhtiar, Tema-tema filsafat islam (Jakarta:UIN Jakarta Press 2005)  hlm 1-8
[4] Ahmad Tafsir,Filsafat Umum, hlm 8
[5] Abu Amad, Filsafat Islam,(Semarang:Tohaputra,1988)hlm 9
[6] Abuddin nata, pemikiran pendidikan islam dan Barat, Rajagrafindo Persada, hlm12
[7] Abuddin nata, pemikiran islam dan barat, rajagrafindo persada, halm19
[8] Hans Wehr, A dictionary of modern Written Arabic, hlm 324
[9] John Dewey,Democracy and education,hlm 383
[10] Supriyadi, Dedi, 2010, Pengantar Filsafat Islam, Pustaka Setia, Bandung, hal.28.
[11] http://kumpulanmakalahkuliah.blogspot.com.
[12] Dr. H. Hamzah Ya’qub, op. cit., h. 7-8
[13] Abuddin nata, pemikiran islam dan barat, rajagrafindo persada, halm 40
[14] Ali Saifullahi, Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional,

[15] Marasudin Siregar, Filsafat Pendidikan Islam, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang , 2003), hlm. 11-13
                           
[16] Zakiah Daradjat, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,1984), hlm. 125
[17] Marasudin Siregar, Filsafat Pendidikan Islam, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang , 2003), hlm. 15
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar