A.
Judul Penelitian
Penggunaan Metode Kisah Berbasis
Aktivitas Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Materi Kisah dan Keteladanan
Nabi Ibrahim as
pada Siswa Kelas IV SDN Cikudayasa
B.
Latar
Belakang Masalah
Belajar
adalah sebuah proses penambahan bagian demi bagian informasi baru terhadap
informasi yang telah mereka ketahui dan kuasai sebelumnya. Proses belajar
terjadi ketika siswa dapat menghubungkan apa yang telah mereka ketahui dengan
apa yang mereka temukan dalam pengalaman belajar yang terjadi melalui interaksi
yang bermakna antara siswa dengan siswa, guru, bahan pelajaran, dan lingkungan
belajarnya.[1]
Interaksi itu akan terjadi apabila siswa yang belajar benar-benar berperan
aktif dalam belajar.
Sedangkan fakta dilapangan menunjukkan bahwa
banyak siswa kelas IV SDN Cikudayasa bersikap pasif ketika berlangsung pembelajaran
dikelas. Selama pembelajaran berlangsung siswa menjadi pendengar yang baik.
Ketika guru mejelaskan materi pelajaran kebanyakan mereka diam. Demikianpun
ketika guru memberikan pertanyaan, sebagian besar siswa diam tanpa komentar. Dan ketika guru meminta agar siswa
bertanya, merekapun diam. Hal ini terjadi karena siswa kurang diberikan metode pembelajaran yang efektif. Oleh sebab itu dalam proses
pembelajaran di sekolah dibutuhkan kreativitas dan keaktifan guru dalam menggunakan
metode belajar mengajar semenarik mungkin sehingga menimbulkan motivasi belajar
siswa khususnya materi Pendidikan Agama Islam.
Seorang guru harus mampu mendorong
siswanya untuk berpikir, menganalisa, membentuk opini, praktik, dan
mengaplikasikan pembelajaran mereka dan bukan hanya sekedar menjadi pendengar
pasif atas apa yang disampaikan guru, tetapi guru benar-benar mengarahkan
suasana pembelajaran itu agar siswa benar-benar ikut menikmati suguhan
pembelajaran[2], hal ini diharapkan mampu
meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya akan menghasilkan prestasi
belajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Hasil
penelitian Rofi’uddin (1990) tentang interaksi kelas di sekolah dasar
menunjukkan bahwa 95% interaksi kelas dikuasai oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan
yang digunakan oleh guru dalam interaksi kelas berupa pertanyaan-pertanyaan
dalam kategori kognisi rendah[3]. Fakta ini menunjukkan bahwa proses
pembelajaran dengan menekankan pada aktivitas siswa perlu dilaksanakan secara
terus menerus. Untuk membantu strategi pembelajaran yang aktif ini,
guru dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran serta model pembelajaran
yang relevan, yang dengannya akan membuat proses belajar mengajar menjadi
menyenangkan dan materi dapat tersampaikan dengan baik.
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti akan melakukan sebuah
penelitian tindakan kelas dengan berfokus pada peningkatan motivasi belajar
siswa dalam bidang Pendidikan Agama Islam melalui metode kisah berbasis aktivitas
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini peneliti merumuskan fokus penelitian yaitu : “Apakah dengan menggunakan metode
kisah berbasis aktivitas dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam materi
Kisah dan Keteladanan Nabi Ibrahim as pada siswa Kelas IV SDN Cikudayasa pada semester 2 tahun
pelajaran 2015/2016 ?”
D. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah seperti yang telah
diungkapkan diatas, peneliti mengunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan menggunakan model PTK kolaboratif, adapun yang terlibat dalam penelitian
ini, yaitu:
1.
Kepala Sekolah
Kepala Sekolah SDN
Cikudayasa yaitu Otoy Permana, S.Pd, MM.Pd, beliau adalah pemberi izin
dilakukannya penelitian ini.
2.
Guru mata pelajaran PAI
Penelitian ini berjalan
dengan bantuan guru mata pelajaran PAI yaitu Ade Mulyana S.Pd, yang telah
meluangkan waktunya untuk melakukan wawancara dan memberikan izin untuk
melakukan penelitian dikelasnya.
3.
Siswa kelas IV B
Siswa merupakan focus utama penelitian ini, tanpa
adanya mereka, penelitian ini tidak akan terjadi, mereka terlibat dalam
kegiatan proses belajar mengajar.
E.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang diharapkan dalam
Penelitian Tindakan Kelas ini adalah : “Untuk
mengetahui sejauh mana penggunaan metode kisah berbasis aktivitas ini dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam materi Kisah dan Keteladanan Nabi Ibrahim
as pada siswa Kelas IV SDN
Cikudayasa pada semester
2 tahun pelajaran 2015/2016”
F. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi khazanah keilmuan :
1.
Secara teoritis, penelitian tindakan
kelas ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru mengenai metode
pembelajaran dengan menggunakan metode kisah berbasis aktivitas untuk meningkatkan motivasi siswa
2. Secara
praktis, penelitian tindakan kelas ini bisa bermanfaat bagi :
a. Guru
Menambah wawasan dan pengetahuan
dalam meningkatkan kualitas pendidikan bidang Sejarah Kebudayaan Islam pada
siswa kelas IV semester 2 SDN Cikudayasa melalui implementasi strategi pembelajaran
dengan menggunakan metode kisah berbasis aktivitas, dan pada SD umumnya.
b. Siswa
Untuk meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa dengan menggunakan metode kisah berbasis aktivitas khususnya materi Kisah
dan Keteladanan Nabi Ibrahim as.
c. Lembaga
SDN
Cikudayasa
Sebagai satu masukan atau solusi
untuk mengetahui hambatan dan kelemahan penyelenggaraan pembelajaran serta
sebagai upaya untuk memperbaiki dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang
dihadapi di kelas, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dengan
harapan akan diperoleh hasil prestasi yang optimal demi kemajuan lembaga
sekolah.
d.
Peneliti
Menambah
pengetahuan dan wawasan dalam penggunaan metode kisah berbasis aktivitas ini, sehingga nantinya
dapat dijadikan sebagai bahan, latihan dan pengembangan dalam proses belajar
mengajar.
G.
Kajian Teori
1.
Metode Kisah Berbasis Aktivitas
Menurut kamus Ibn Manzur (1200 H), kisah
berasal dari kata qashsha-yaqushshu-qishshatan, mengandung arti potongan
berita yang diikuti dan pelacak jejak. Menurut
al-Razzi (1985:87) kisah merupakan penelusuran terhadap kejadian masa lalu.
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, kisah sebagai metode
pendukung pelaksanaan pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, karena
dalam kisah-kisah terdapat keteladanan dan edukasi. Hal ini karena terdapat
beberapa alasan yang mendukungnya[4]:
a. Kisah senantiasa memikat karena mengundang pembaca
atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya, merenungkan maknanya. Selanjutnya
makna-makna itu akan menimbulkan kesan dalam hati pembaca atau pendengar
tersebut.
b. Kisah dapat menyentuh hati manusia,
karena kisah itu menampilkan tokoh dalam konteksnya yang menyeluruh, sehingga
pembaca atau pendengar dapat menghayati dan merasakan isi kisah tersebut,
seolah-olah dia sendiri yang menjadi tokohnya.
c. Kisah qurani mendidik keimanan dengan
cara: membangkitkan berbagai perasaan, seperti khauf, ridho dan cinta (hub),
mengarahkan seluruh perasaan sehingga bertumpuk pada suatu puncak, yaitu
kesimpulan kisah, melibatkan pembaca atau pendengar kedalam kisah itu sehingga
ia terlibat secara emosional.
Kisah qurani
merupakan suatu cara dalam mendidik anak agar beriman kepada Allah. Menurut
An-Nahlawi (1996) dengan mengutip pendapat Syayid Qutb (tt: 117-128) terdapat
beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Mengungkapkan kemantapan wahyu dan risalah. Mewujudkan
rasa mantap dalam menerima al-Quran dan keutusan Rasul. Kisah-kisah tersebut
menjadi salah satu bukti kebenaran wahyu dan kebenaran Rasul-Nya.
2. Menjelaskan bahwa secara keseluruhan, al-din itu
datangnya dari Allah
3. Menjelaskan bahwa Allah menolong dan mencintai
Rasul-Nya. Menjelaskan bahwa kaum mukminin adalah umat yang satu dan Allah
adalah Rabb nya
4. Kisah-kisah itu bertujuan menguatkan keimanan kepada
kaum Muslimin, menghibur mereka dari kesedihan atas musibah yang menimpa mereka
5. Mengingatkan bahwa musuh orang mukmin adalah syaitan;
menunjukkan permusuhan abadi itu lewat kisah akan tampak lebih hidup dan jelas.
Metode kisah berbasis aktivitas adalah
metode pembelajaran yang mengkombinasikan metode kisah dengan metode kisah
sebagai metode utama dengan metode lainnya, seperti metode diskusi, demonstrasi
dan penugasan untuk mengaktifkan siswa yang diarahkan pada pencapaian
kompetensi.
Upaya untuk menjadikan pembelajaran
menjadi aktif, dalam panduan DBE2
melalui program ALIS beberapa hal yang perlu dilakukan guru meliputi:
1.
Membuat rencana secara hati-hati dengan memperhatikan detail berdasarkan
atas sejumlah tujuan yang jelas yang dapat dicapai
2.
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar secara aktif dan
mengaplikasikan pembelajaran mereka dengan metode yang beragam sesuai dengan
konteks kehidupan nyata siswa.
3.
Secara aktif mengelola lingkungan belajar agar tercipta suasana yang
nyaman, tidak bersifat mengancam, berfokus pada pembelajaran serta dapat
membangkitkan ide yang pada gilirannya dapat memaksimalkan waktu, sumber-sumber
yang menjamin pembelajaran aktif berjalan
4.
Menilai siswa dengan cara-cara yang dapat mendorong siswa untuk
menggunakan apa yang telah mereka pelajari dikehidupan nyata.
Sebagaimana yang
dikemukakan oleh teori Gestalt bahwa manusia dianggap sebagai makhluk organisme
yang melakukan hubungan timbal balik dengan lingkungan secara keseluruhan
melalui stimulus dan respons. Menurut teori ini stimulus yang hadir diseleksi
menurut tujuannya, kemudian individu melakukan interaksi dengannya, dan
seterusnya terjadi perbuatan belajar. Disini guru berperan sebagai pembimbing
bukan penyampai pengetahuan sedangkan siswa sebagai pengelola bahan pelajaran[5].
Maka dalam penggunaanya, metode kisah berbasis aktivitas ini akan terfokus pada
aktivitas siswa, sehingga akan terciptanya stimulus-respons antara siswa dengan
guru, materi pelajaran, maupun lingkungan.
Oleh karena itu
maka penggunaaan metode kisah berbasis aktivitas ini akan sangat baik digunakan
pada materi Sejarah Kebudayaan Islam, karena selain siswa akan mengetahui
kisah-kisah sejarah, siswa juga akan berperan aktif dalam proses pembelajara,
mengemukakan pendapat, memberikan kesimpulan serta mengambil hikmah dan
pelajaran dari setiap kejadian masa lalu.
1. Kegiatan-kegiatan Visual, yaitu membaca,
melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan
mengamati orang lain bekerja dan bermain.
2. Kegiatan-kegiatan Lisan (oral),
yaitu mengemukakan suatu fakta
atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi
saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.
3. Kegiatan-kegiatan Mendengarkan, yaitu mendengarkan
penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan
suatu permainan, mendengarkan radio.
4. Kegiatan-kegiatan Menulis, diantaranya menulis
cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat
rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan Menggambar, yaitu menggambar,
membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan Metrik, yaitu melakukan
percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model,
menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan Mental, yaitu merenung,
mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat
hubungan-hubungan dan membuat keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan Emosional, yaitu minat,
membedakan, berani, tenang dan lain-lain.
Adapun terdapat beberapa
indikator aktivitas siswa dapat yang diamati, diantaranya:
a. Mengajukan pertanyaan
b. Menjawab pertanyaan siswa maupun guru
c. Memberi saran
d. Mengemukakan pendapat
e. Menyelesaikan tugas kelompok
f. Mempresentasikan
hasil kerja kelompok
Selain itu belajar akan lebih berhasil jika
dihubungkan dengan minat, perhatian dan kebutuhan siswa. Dengan kata lain,
keberhasilan belajar tidak seluruhnya ditentukan oleh kemampuan siswa, tetapi
juga oleh minat, perhatian, dan kebutuhannya. Dalam kaitannya dengan hal ini,
maka factor motivasi sangat menentukan[7].
- Motivasi Belajar
a. Hakikat Motivasi Belajar
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), motivasi adalah dorongan yang timbul pada
diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu[8]. Sedangkan
pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun
hewa yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi
berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkahlaku secara terarah (Gleitman,
1986; Reber 1988)[9]
Sedangkan
motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri
seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan
belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu
tujuan.
b.
Macam-Macam
Motivasi
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu[10]:
1.
Motivasi
Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah hal dan keadaan yang
berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan
tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi instrinsik siswa adalah perasaan
menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk
kehidupan siswa yang bersangkutan.
2.
Motivasi
ekstrinsik
Motivasi
ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang
juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah,
peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orangtua, guru dan seterusnya
merupakan contoh-contoh kongkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa
untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal
maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa
dalam melakukan proses belajar materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun
di rumah.
c.
Fungsi
Motivasi
Tugas seorang guru bukan hanya menyampaikan materi
pelajaran saja, melainkan seorang guru dituntut untuk bisa membuat siswanya
mau belajar, oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Ada
beberapa fungsi motivasi dalam proses pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik
(1995) ada tiga fungsi motivasi[11].
1.
Mendorong tingkah laku atau perbuatan
Perilaku
setiap orang disebabkan karena dorongan yang muncul dari dalam diri orang
tersebut, yang disebut dengan motivasi
2.
Motivasi berfungsi sebagai pengarah
Tingkahlaku
yang ditunjukkan setiap individu pada dasarnya diarahkan untuk memenuhi
kebutuhannya atau untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
3.
Motivasi berfungsi sebagai
penggerak
Besar kecilnya motivasi seseorang
akan menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu
meningkatkan motivasi belajar merupakan salah satu tugas guru yang cukup
penting.
d.
Motivasi Belajar SKI
Dalam belajar SKI maka motivasi itu dapat dilihat dari bagaimana
antusias siswa menerima materi pelajaran, bagaimana siswa mengerjakan tugas dan
menyenangi setiap materi yang disampaikan oleh guru, karena jika siswa kurang
motivasinya terhadap materi SKI, maka dia akan bersikap cuek bahkan tidak
peduli ketika guru sedang menerangkan materi pelajaran.
Ada beberapa ciri siswa yang mempunyai
motivasi belajar yang tinggi. Ini dapat dikenali melalui proses belajar
mengajar dikelas, sebagaimana dikemukakan Brown, sebagai berikut[12]:
a)
Tertarik
kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh.
b)
Tertarik
pada mata pelajaran yang diajarkan.
c)
Mempunyai
antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru.
d)
Ingin
selalu bergabung dalam kelompok kelas.
e)
Ingin
identitas dirinya diakui oleh orang lain.
f)
Tindakan,
kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri.
g)
Selalu
mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan
h)
Selalu
terkontrol oleh lingkungan.
Jadi apabila
seseorang memiliki ciri-ciri diatas berarti orang itu memiliki motivasi yang
kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar
mengajar.
3.
Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Menurut Kurikulum PAI, Pendidikan
Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak
mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci
Al-Quran dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman, disertai dengan tuntutan untuk menghormati penganut
agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Sejalan dengan itu
menurut Zakiyah Darajat (1987:87) Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha
untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami
kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup [13].
Adapun secara umum tujuan dari
Pendidikan Agama Islam itu adalah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt, serta berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (GBPP
PAI, 1994)[14]
Untuk mencapai tujuan tersebut maka
ruang lingkup materi PAI (kurikulum 1994) pada dasarnya mencakup beberapa unsur
pokok, yaitu[15]:
1.
Al-Quran-hadits, yang merupakan
sumber utama ajaran Islam, dalam arti merupakan sumber akidah (keimanan),
syariah, ibadah, muamalah, dan akhlak, sehingga kajiannya berada disetiap unsur
tersebut
2.
Akidah (Ushuluddin) atau
keimanan yang merupakan akar atau pokok agama. Ibadah, muamalah, dan akhlak,
bertitik tolak dari akidah, dalam arti sebagai manifestasi dan konsekuensi dari
akidah (keimanan dan keyakinan hidup)
3.
Syariah, merupakan system norma
(aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia dan
dengan makhluk lainnya. Dalam hubungannya dengan Allah diatur dalam ibadah
dalam arti khas (thaharah, shalat, zakat, puasa, dana haji) dan dalam
hubungannya dengan sesama manusia dan lainnya diatur dalam muamalah dalam arti
luas
4.
Akhlak merupakan aspek sikap hidup
atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana system norma yang mengatur
hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia dan lainnya,
itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalani system
kehidupannya.
5.
Tarikh/Sejarah Kebudayaan Islam
merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam
usaha bersyariah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan
system kehidupannya yang dilandasi oleh akidah.
A.
Mata
Pelajaran SKI
Mata pelajaran SKI merupakan bagian dari materi pelajaran Pendidikan
Agama Islam, yang mana SKI sendiri merupakan mata pelajaran yang diarahkan untuk menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan
Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life)
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman,
pembiasaan dan keteladanan.
Adapun tujuan pembelajaran
SKI adalah sebagai berikut :
1.
Memberikan
pengetahuan tentang sejarah Islam dan kebudayaan Islam kepada para peserta
didik, agar ia memberikan konsep yang objektif dan sistematis dalam perspektif
sejarah.
2.
Mengambil
i’tibar, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah.
3.
Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk
mengamalkan ajaran Islam berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang ada.
4.
Membekali peserta didik untuk membentuk kepribadiannya berdasarkan
tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur.
Sedangkan fungsi
pembelajaran SKI setidaknya memiliki tiga
fungsi yaitu sebagai berikut:
1.
Fungsi
edukatif
Sejarah menegaskan kepada
peserta didik tentang keharusan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup
yang luhur dan Islami dalam menghadapi kehidupan sehari-hari
2.
Fungsi
keilmuan
Melalui sejarah, peserta
didik memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam dan
kebudayaannya
3.
Fungsi
transformasi
Sejarah merupakan salah satu
sumber yang sangat penting dalam proses transformasi masyarakat
H.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
pada kajian teori
dan permasalahan
dalam penelitian tindakan kelas yang berjudul "Penggunaan Metode Kisah Berbasis
Aktivitas Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dalam Meteri Kisah dan
Keteladanan Nabi Ibrahim as
pada Siswa
Kelas IV Semester 2 SDN Cikudayasa” yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis
tindakan sebagai berikut : “Metode kisah berbasis aktivitas yang
diimplementasikan dalam proses pembelajaram dapat meningkatan motivasi belajar siswa dalam
pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pokok bahasan Kisah dan Keteladanan
Nabi Ibrahim as”.
I.
Rencana dan Prosedur Penelitian
a.
Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas IV SDN Cikudayasa tahun ajaran 2015/2016
b.
Waktu
Penelitian ini direncanakan selama kurang lebih satu
bulan
c.
Lama Penelitian
Lama penelitian kurang lebih selama dua
minggu dimulai
dari tanggal 23
Maret sampai tanggal 4 April 2016.
d.
Lokasi
Lokasi
penelitian tindakan kelas dilakukan di SDN Cikudayasa, JL. Cikuda
No. 85 RT 04 RW IX Pasirbiru Kecamatan Cibiru Kota Bandung, kelas IV B semester 2 terdiri dari 20 siswa dan 16 siswi. Kondisi kelas ukuran ruangan
7m x 8m, dengan fentilasi pencahayaan ruangan cukup standard.
e.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis
penelitian tindakan kelas yang ingin mengungkap seberapa tinggi tingkat
efektifitas metode kisah berbasis aktivitas dalam menumbuhkan motivasi
belajar Pendidikan Agama Islam dengan
pokak bahasan Kisah dan Keteladana Nabi Ibrahim as, pada siswa kelas IV.
Penelitian ini dilakukan satu siklus yang terdiri dari empat kegiatan pokok, yakni :
a. Perencanaan
Meliputi penyampaian materi Kisah
dan Keteladanan Nabi Ibrahim as, menonton video ketika Nabi Ibrahim dibakar
oleh kaum kafir, tanya jawab, latihan dengan mengerjakan beberapa soal,
pembahasan latihan soal, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dan motivasi
siswa.
b. Tindakan
(action) kegiatan
Dimulai dari refleksi awal, kemudian
dilanjutkan dengan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi akhir
c.
Observasi (pengamatan)
Pada tahap ini peneliti akan
mengadakan pengamatan hasil belajar siswa dari keaktifan siswa yaitu :
1.
Keaktifan siswa dalam mengemukakan
pendapat
2.
Banyaknya siswa yang bertanya
3.
Banyaknya siswa yang menjawab
pertanyaan guru/siswa lain
d.
Refleksi
Pada kegiatan akhir adanya
pembahasan dengan melakukan diskusi dengan guru dan mitra PTK untuk dapat menentukan kesimpulan
atau hasil penelitian
J.
Jadwal
Penelitian
Adapun
penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan sesuai dengan jadwal dibawah ini:
No
|
Jenis
kegiatan
|
Bulan
Maret Tanggal
|
Bulan
April Tanggal
|
||||
23
|
24
|
30
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Persiapan
|
√
|
|||||
2.
|
Menyusun
konsep pelaksanaan
|
√
|
|||||
3.
|
Menyusun
instrumen
|
√
|
|||||
4.
|
Pelaksanaan
|
√
|
|||||
5.
|
Menyusun
laporan
|
√
|
|||||
6.
|
Menyempurnakan
draf laporan
|
√
|
DAFTAR PUSTAKA
Ali Imron,1996. “Belajar
dan Pembelajaran”,
Jakarta: Pustaka Jaya
Hamalik, Oemar. 2001. “Proses Belajar Mengajar”. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Mahmud dkk,
2013. “Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga”. Jakarta: Akademia
Majid,
Abdul. 2014. “Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Muhaimin. 2012. “Paradigma Pendidikan islam”. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Sanjaya,
Wina. 2009. “Penelitian Tindakan Kelas”. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Goup
Syah, Muhibin. 2013. “Psikologi Pendidikan”. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Uno. B.
Hamzah dan Nurdin Mohamad.2015. ”Belajar dengan Pendekatan PAILKEM”. Jakarta:
PT Bumi Aksara
[1] Abdul
Majid. “Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”. (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 107
[2] Hamzah
B.Uno dan Nurdin Mohamad. ”Belajar
dengan Pendekatan PAILKEM”. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015), hlm. 78
[11] Wina
Sanjaya, “Penelitian Tindakan Kelas”, (Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2013), hlm150-151
Tidak ada komentar:
Posting Komentar