Kamis, 14 April 2016

Contoh Laporan PTK SKI SD


A.      Judul Penelitian
Penggunaan Metode Kisah Berbasis Aktivitas Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Materi Kisah dan Keteladanan Nabi Ibrahim as pada Siswa Kelas IV SDN Cikudayasa
B.       Latar Belakang Masalah
Belajar adalah sebuah proses penambahan bagian demi bagian informasi baru terhadap informasi yang telah mereka ketahui dan kuasai sebelumnya. Proses belajar terjadi ketika siswa dapat menghubungkan apa yang telah mereka ketahui dengan apa yang mereka temukan dalam pengalaman belajar yang terjadi melalui interaksi yang bermakna antara siswa dengan siswa, guru, bahan pelajaran, dan lingkungan belajarnya.[1] Interaksi itu akan terjadi apabila siswa yang belajar benar-benar berperan aktif dalam belajar.
Sedangkan fakta dilapangan menunjukkan bahwa banyak siswa kelas IV SDN Cikudayasa bersikap pasif ketika berlangsung pembelajaran dikelas. Selama pembelajaran berlangsung siswa menjadi pendengar yang baik. Ketika guru mejelaskan materi pelajaran kebanyakan mereka diam. Demikianpun ketika guru memberikan pertanyaan, sebagian besar siswa diam tanpa komentar. Dan ketika guru meminta agar siswa bertanya, merekapun diam. Hal ini terjadi karena siswa kurang diberikan metode pembelajaran yang efektif. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran di sekolah dibutuhkan kreativitas dan keaktifan guru dalam menggunakan metode belajar mengajar semenarik mungkin sehingga menimbulkan motivasi belajar siswa khususnya materi Pendidikan Agama Islam.
Seorang guru harus mampu mendorong siswanya untuk berpikir, menganalisa, membentuk opini, praktik, dan mengaplikasikan pembelajaran mereka dan bukan hanya sekedar menjadi pendengar pasif atas apa yang disampaikan guru, tetapi guru benar-benar mengarahkan suasana pembelajaran itu agar siswa benar-benar ikut menikmati suguhan pembelajaran[2], hal ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya akan menghasilkan prestasi belajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Hasil penelitian Rofi’uddin (1990) tentang interaksi kelas di sekolah dasar menunjukkan bahwa 95% interaksi kelas dikuasai oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan oleh guru dalam interaksi kelas berupa pertanyaan-pertanyaan dalam kategori kognisi rendah[3]. Fakta ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menekankan pada aktivitas siswa perlu dilaksanakan secara terus menerus. Untuk membantu strategi pembelajaran yang aktif ini, guru dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran serta model pembelajaran yang relevan, yang dengannya akan membuat proses belajar mengajar menjadi menyenangkan dan materi dapat tersampaikan dengan baik.
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti akan melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan berfokus pada peningkatan motivasi belajar siswa dalam bidang Pendidikan Agama Islam melalui metode kisah berbasis aktivitas

C.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang  diatas, maka dalam penelitian ini peneliti merumuskan fokus penelitian yaitu :Apakah dengan menggunakan metode kisah berbasis aktivitas dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam materi Kisah dan Keteladanan Nabi Ibrahim as pada siswa Kelas IV SDN Cikudayasa pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 ?
D.      Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah seperti yang telah diungkapkan diatas, peneliti mengunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model PTK kolaboratif, adapun yang terlibat dalam penelitian ini, yaitu:
1.    Kepala Sekolah
Kepala Sekolah SDN Cikudayasa yaitu Otoy Permana, S.Pd, MM.Pd, beliau adalah pemberi izin dilakukannya penelitian ini.
2.    Guru mata pelajaran PAI
Penelitian ini berjalan dengan bantuan guru mata pelajaran PAI yaitu Ade Mulyana S.Pd, yang telah meluangkan waktunya untuk melakukan wawancara dan memberikan izin untuk melakukan penelitian dikelasnya.
3.    Siswa kelas IV B
Siswa merupakan focus utama penelitian ini, tanpa adanya mereka, penelitian ini tidak akan terjadi, mereka terlibat dalam kegiatan proses belajar mengajar.

E.       Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang diharapkan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah : “Untuk mengetahui sejauh mana penggunaan metode kisah berbasis aktivitas ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam materi Kisah dan Keteladanan Nabi Ibrahim as pada siswa Kelas IV SDN Cikudayasa pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016”

F.       Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khazanah keilmuan :
1.    Secara teoritis, penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru mengenai metode pembelajaran dengan menggunakan metode kisah berbasis aktivitas untuk meningkatkan motivasi siswa 
2.    Secara praktis, penelitian tindakan kelas ini bisa bermanfaat bagi :
a.    Guru
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan bidang Sejarah Kebudayaan Islam pada siswa kelas IV semester 2 SDN Cikudayasa melalui implementasi strategi pembelajaran dengan menggunakan metode kisah berbasis aktivitas, dan pada SD umumnya.
b.    Siswa
Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode kisah berbasis aktivitas khususnya materi Kisah dan Keteladanan Nabi Ibrahim as.
c.    Lembaga SDN Cikudayasa
Sebagai satu masukan atau solusi untuk mengetahui hambatan dan kelemahan penyelenggaraan pembelajaran serta sebagai upaya untuk memperbaiki dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi di kelas, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dengan harapan akan diperoleh hasil prestasi yang optimal demi kemajuan lembaga sekolah.
d.   Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam penggunaan metode kisah berbasis aktivitas ini, sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai bahan, latihan dan pengembangan dalam proses belajar mengajar.
G.      Kajian Teori
1.         Metode Kisah Berbasis Aktivitas
Menurut kamus Ibn Manzur (1200 H), kisah berasal dari kata qashsha-yaqushshu-qishshatan, mengandung arti potongan berita yang diikuti dan pelacak jejak. Menurut al-Razzi (1985:87) kisah merupakan penelusuran terhadap kejadian masa lalu. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, kisah sebagai metode pendukung pelaksanaan pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, karena dalam kisah-kisah terdapat keteladanan dan edukasi. Hal ini karena terdapat beberapa alasan yang mendukungnya[4]:
a.    Kisah senantiasa memikat karena mengundang pembaca atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya, merenungkan maknanya. Selanjutnya makna-makna itu akan menimbulkan kesan dalam hati pembaca atau pendengar tersebut.
b.    Kisah dapat menyentuh hati manusia, karena kisah itu menampilkan tokoh dalam konteksnya yang menyeluruh, sehingga pembaca atau pendengar dapat menghayati dan merasakan isi kisah tersebut, seolah-olah dia sendiri yang menjadi tokohnya.
c.    Kisah qurani mendidik keimanan dengan cara: membangkitkan berbagai perasaan, seperti khauf, ridho dan cinta (hub), mengarahkan seluruh perasaan sehingga bertumpuk pada suatu puncak, yaitu kesimpulan kisah, melibatkan pembaca atau pendengar kedalam kisah itu sehingga ia terlibat secara emosional.
Kisah qurani merupakan suatu cara dalam mendidik anak agar beriman kepada Allah. Menurut An-Nahlawi (1996) dengan mengutip pendapat Syayid Qutb (tt: 117-128) terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1.    Mengungkapkan kemantapan wahyu dan risalah. Mewujudkan rasa mantap dalam menerima al-Quran dan keutusan Rasul. Kisah-kisah tersebut menjadi salah satu bukti kebenaran wahyu dan kebenaran Rasul-Nya.
2.    Menjelaskan bahwa secara keseluruhan, al-din itu datangnya dari Allah
3.    Menjelaskan bahwa Allah menolong dan mencintai Rasul-Nya. Menjelaskan bahwa kaum mukminin adalah umat yang satu dan Allah adalah Rabb nya
4.    Kisah-kisah itu bertujuan menguatkan keimanan kepada kaum Muslimin, menghibur mereka dari kesedihan atas musibah yang menimpa mereka
5.    Mengingatkan bahwa musuh orang mukmin adalah syaitan; menunjukkan permusuhan abadi itu lewat kisah akan tampak lebih hidup dan jelas.
Metode kisah berbasis aktivitas adalah metode pembelajaran yang mengkombinasikan metode kisah dengan metode kisah sebagai metode utama dengan metode lainnya, seperti metode diskusi, demonstrasi dan penugasan untuk mengaktifkan siswa yang diarahkan pada pencapaian kompetensi.
Upaya untuk menjadikan pembelajaran menjadi aktif, dalam panduan DBE2 melalui program ALIS beberapa hal yang perlu dilakukan guru meliputi:
1.    Membuat rencana secara hati-hati dengan memperhatikan detail berdasarkan atas sejumlah tujuan yang jelas yang dapat dicapai
2.    Memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar secara aktif dan mengaplikasikan pembelajaran mereka dengan metode yang beragam sesuai dengan konteks kehidupan nyata siswa.
3.    Secara aktif mengelola lingkungan belajar agar tercipta suasana yang nyaman, tidak bersifat mengancam, berfokus pada pembelajaran serta dapat membangkitkan ide yang pada gilirannya dapat memaksimalkan waktu, sumber-sumber yang menjamin pembelajaran aktif berjalan
4.    Menilai siswa dengan cara-cara yang dapat mendorong siswa untuk menggunakan apa yang telah mereka pelajari dikehidupan nyata.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh teori Gestalt bahwa manusia dianggap sebagai makhluk organisme yang melakukan hubungan timbal balik dengan lingkungan secara keseluruhan melalui stimulus dan respons. Menurut teori ini stimulus yang hadir diseleksi menurut tujuannya, kemudian individu melakukan interaksi dengannya, dan seterusnya terjadi perbuatan belajar. Disini guru berperan sebagai pembimbing bukan penyampai pengetahuan sedangkan siswa sebagai pengelola bahan pelajaran[5]. Maka dalam penggunaanya, metode kisah berbasis aktivitas ini akan terfokus pada aktivitas siswa, sehingga akan terciptanya stimulus-respons antara siswa dengan guru, materi pelajaran, maupun lingkungan.
Oleh karena itu maka penggunaaan metode kisah berbasis aktivitas ini akan sangat baik digunakan pada materi Sejarah Kebudayaan Islam, karena selain siswa akan mengetahui kisah-kisah sejarah, siswa juga akan berperan aktif dalam proses pembelajara, mengemukakan pendapat, memberikan kesimpulan serta mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap kejadian masa lalu.
Ada beberapa aktivitas belajar yang dapat diklasifikasikan menjadi delapan kelompok, yaitu[6]:
1.    Kegiatan-kegiatan Visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.
2.    Kegiatan-kegiatan Lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.
3.    Kegiatan-kegiatan Mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
4.    Kegiatan-kegiatan Menulis, diantaranya menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
5.    Kegiatan-kegiatan Menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola.
6.    Kegiatan-kegiatan Metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.
7.    Kegiatan-kegiatan Mental, yaitu merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.
8.    Kegiatan-kegiatan Emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.
Adapun terdapat beberapa indikator aktivitas siswa dapat yang diamati, diantaranya:
a.    Mengajukan pertanyaan
b.    Menjawab pertanyaan siswa maupun guru
c.    Memberi saran
d.   Mengemukakan pendapat
e.    Menyelesaikan tugas kelompok
f.         Mempresentasikan hasil kerja kelompok
Selain itu belajar akan lebih berhasil jika dihubungkan dengan minat, perhatian dan kebutuhan siswa. Dengan kata lain, keberhasilan belajar tidak seluruhnya ditentukan oleh kemampuan siswa, tetapi juga oleh minat, perhatian, dan kebutuhannya. Dalam kaitannya dengan hal ini, maka  factor motivasi sangat menentukan[7].
  1. Motivasi Belajar
a.    Hakikat Motivasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu[8]. Sedangkan pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewa yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkahlaku secara terarah (Gleitman, 1986; Reber 1988)[9]
Sedangkan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.
b.   Macam-Macam Motivasi
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu[10]:
1.    Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi instrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan siswa yang bersangkutan.
2.    Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orangtua, guru dan seterusnya merupakan contoh-contoh kongkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses belajar materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah.
c.         Fungsi Motivasi
Tugas seorang guru bukan hanya menyampaikan materi pelajaran saja, melainkan seorang guru dituntut untuk bisa membuat siswanya mau belajar, oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Ada beberapa fungsi motivasi dalam proses pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik (1995) ada tiga fungsi motivasi[11].
1.    Mendorong tingkah laku atau perbuatan
Perilaku setiap orang disebabkan karena dorongan yang muncul dari dalam diri orang tersebut, yang disebut dengan motivasi
2.      Motivasi berfungsi sebagai pengarah
Tingkahlaku yang ditunjukkan setiap individu pada dasarnya diarahkan untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
3.      Motivasi berfungsi sebagai penggerak
Besar kecilnya motivasi seseorang akan menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu meningkatkan motivasi belajar merupakan salah satu tugas guru yang cukup penting.
d.        Motivasi Belajar SKI
Dalam belajar SKI maka motivasi itu dapat dilihat dari bagaimana antusias siswa menerima materi pelajaran, bagaimana siswa mengerjakan tugas dan menyenangi setiap materi yang disampaikan oleh guru, karena jika siswa kurang motivasinya terhadap materi SKI, maka dia akan bersikap cuek bahkan tidak peduli ketika guru sedang menerangkan materi pelajaran.
Ada beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Ini dapat dikenali melalui proses belajar mengajar dikelas, sebagaimana dikemukakan Brown, sebagai berikut[12]:
a)    Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh.
b)   Tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan.
c)    Mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru.
d)   Ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas.
e)    Ingin identitas dirinya diakui oleh orang lain.
f)    Tindakan, kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri.
g)   Selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan
h)   Selalu terkontrol oleh lingkungan.
Jadi apabila seseorang memiliki ciri-ciri diatas berarti orang itu memiliki motivasi yang kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar.
3.        Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Menurut Kurikulum PAI, Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman, disertai dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Sejalan dengan itu menurut Zakiyah Darajat (1987:87) Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup [13].
Adapun secara umum tujuan dari Pendidikan Agama Islam itu adalah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (GBPP PAI, 1994)[14]
Untuk mencapai tujuan tersebut maka ruang lingkup materi PAI (kurikulum 1994) pada dasarnya mencakup beberapa unsur pokok, yaitu[15]:
1.    Al-Quran-hadits, yang merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti merupakan sumber akidah (keimanan), syariah, ibadah, muamalah, dan akhlak, sehingga kajiannya berada disetiap unsur tersebut
2.    Akidah (Ushuluddin) atau keimanan yang merupakan akar atau pokok agama. Ibadah, muamalah, dan akhlak, bertitik tolak dari akidah, dalam arti sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan hidup)
3.    Syariah, merupakan system norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia dan dengan makhluk lainnya. Dalam hubungannya dengan Allah diatur dalam ibadah dalam arti khas (thaharah, shalat, zakat, puasa, dana haji) dan dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lainnya diatur dalam muamalah dalam arti luas
4.    Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana system norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia dan lainnya, itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalani system kehidupannya.
5.    Tarikh/Sejarah Kebudayaan Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyariah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan system kehidupannya yang dilandasi oleh akidah.
A.      Mata Pelajaran SKI
Mata pelajaran SKI merupakan bagian dari materi pelajaran Pendidikan Agama Islam, yang mana SKI sendiri merupakan mata pelajaran yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal,  memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, pembiasaan dan keteladanan.
Adapun tujuan pembelajaran SKI adalah  sebagai berikut :
1.    Memberikan pengetahuan tentang sejarah Islam dan kebudayaan Islam kepada para peserta didik, agar ia memberikan konsep yang objektif dan sistematis dalam perspektif sejarah.
2.    Mengambil i’tibar, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah.
3.    Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan ajaran Islam berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang ada.
4.    Membekali peserta didik untuk membentuk kepribadiannya berdasarkan tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur.


Sedangkan fungsi pembelajaran SKI setidaknya memiliki tiga fungsi yaitu sebagai berikut:
1.    Fungsi edukatif
Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang keharusan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup  yang luhur dan Islami dalam menghadapi kehidupan sehari-hari
2.    Fungsi keilmuan
Melalui sejarah, peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai  tentang masa lalu Islam dan kebudayaannya
3.    Fungsi  transformasi
Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam proses transformasi masyarakat 
H.      Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada kajian teori dan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas yang berjudul "Penggunaan Metode Kisah Berbasis Aktivitas Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dalam Meteri Kisah dan Keteladanan Nabi Ibrahim as pada Siswa Kelas IV Semester 2 SDN Cikudayasa” yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : “Metode kisah berbasis aktivitas yang diimplementasikan dalam proses pembelajaram dapat meningkatan motivasi belajar siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pokok bahasan Kisah dan Keteladanan Nabi Ibrahim as”.
I.         Rencana dan Prosedur Penelitian
a.         Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Cikudayasa tahun ajaran 2015/2016
b.   Waktu
Penelitian ini direncanakan selama kurang lebih satu bulan

c.    Lama Penelitian
Lama penelitian kurang lebih selama dua minggu dimulai dari tanggal 23 Maret sampai tanggal 4 April 2016.
d.   Lokasi
Lokasi penelitian tindakan kelas dilakukan di SDN Cikudayasa, JL. Cikuda No. 85 RT 04 RW IX Pasirbiru Kecamatan Cibiru Kota Bandung, kelas IV B semester 2 terdiri dari 20 siswa dan 16 siswi. Kondisi kelas ukuran ruangan 7m x 8m, dengan fentilasi pencahayaan ruangan cukup standard.
e.    Prosedur Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas yang ingin mengungkap seberapa tinggi tingkat efektifitas metode kisah berbasis aktivitas dalam menumbuhkan motivasi belajar  Pendidikan Agama Islam dengan pokak bahasan Kisah dan Keteladana Nabi Ibrahim as, pada siswa kelas IV. Penelitian ini dilakukan satu siklus yang terdiri dari empat kegiatan pokok, yakni :
a.    Perencanaan
Meliputi penyampaian materi Kisah dan Keteladanan Nabi Ibrahim as, menonton video ketika Nabi Ibrahim dibakar oleh kaum kafir, tanya jawab, latihan dengan mengerjakan beberapa soal, pembahasan latihan soal, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dan motivasi siswa.
b.    Tindakan (action) kegiatan
Dimulai dari refleksi awal, kemudian dilanjutkan dengan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi akhir
c.    Observasi (pengamatan)
Pada tahap ini peneliti akan mengadakan pengamatan hasil belajar siswa dari keaktifan siswa yaitu :
1.    Keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapat
2.    Banyaknya siswa yang bertanya
3.    Banyaknya siswa yang menjawab pertanyaan guru/siswa lain
d.      Refleksi
Pada kegiatan akhir adanya pembahasan dengan melakukan diskusi dengan guru dan mitra PTK untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil penelitian
J.        Jadwal Penelitian
Adapun penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan sesuai dengan jadwal dibawah ini:
No
Jenis kegiatan
Bulan Maret Tanggal
Bulan April Tanggal
23
24
30
2
3
4
1.
Persiapan





2.
Menyusun konsep pelaksanaan





3.
Menyusun instrumen





4.
Pelaksanaan





5.
Menyusun laporan





6.
Menyempurnakan draf laporan









DAFTAR PUSTAKA
Ali Imron,1996. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Pustaka Jaya
Hamalik, Oemar. 2001. “Proses Belajar Mengajar”. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Mahmud dkk, 2013. “Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga”. Jakarta: Akademia
Majid, Abdul. 2014. “Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”. Bandung: Remaja Rosdakarya
Muhaimin. 2012. “Paradigma Pendidikan islam”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sanjaya, Wina. 2009. “Penelitian Tindakan Kelas”. Jakarta: Kencana Prenadamedia Goup
Syah, Muhibin. 2013. “Psikologi Pendidikan”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Uno. B. Hamzah dan Nurdin Mohamad.2015. ”Belajar dengan Pendekatan PAILKEM”. Jakarta: PT Bumi Aksara





[1] Abdul Majid. “Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 107
[2] Hamzah B.Uno  dan Nurdin Mohamad. ”Belajar dengan Pendekatan PAILKEM”. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015), hlm. 78
[3] Ibid, hlm. 220
[4] Mahmud dkk, “Pendidikan Agama  Islam dalam Keluarga”. (Jakarta: Akademia, 2013) hlm. 159-160
[5] Abdul Majid. Op Cit. hlm 114
[6] Oemar Hamalik. “Proses Belajar Mengajar”. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001). hlm. 172
[7] Abdul Majid, loc.cit. hlm. 115-116
[9] Muhibin Syah. “Psikologi Pendidikan” (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) hlm. 134
[10] Ibid, hlm. 134
[11] Wina Sanjaya, “Penelitian Tindakan Kelas”, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), hlm150-151
[12] Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996), hlm .88.
[13] Ibid, hlm. 11-12
[14] Muhaimin. “Paradigma Pendidikan islam”. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2012), hlm.78
[15] Ibid, hlm. 80

Tidak ada komentar:

Posting Komentar