BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pendidik
memiliki peran terbesar dalam menciptakan SDM yang berkualitas. Salah satu
tugas dari seorang pendidik adalah sebagai fasilitator, dalam proses belajar
mengajar pendidik harus bisa memanajemen kelas tersebut dan mendesain serta
merancang konsep pembelajaran yang seperti apa yang digunakan untuk mencapainya
maksud dan tujuan pembelajaran tersebut.
Dalam
bidang apa pun, perencanaan merupakan unsur penting dan strategis sebagai
pemandu arah pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang
dikehendaki. Perencanaan sebagai suatu rangkaian proses kegiatan, dilakukan
untuk menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi dan apa yang
akan dilakukan. Pada dasarnya perencanaan bermakna sangat kompleks. Perencanaan
dapat didefinisikan dalam berbagai macam ragam, tergantung perspektif yang
digunakan serta latar belakang yang memengaruhi seseorang untuk
mendefinisikannya. Dalam arti seluas-luasnya, perencanaan biasanya dimaknai
sebagai proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam
bidang pendidikan Islam, perencanaan merupakan salah satu faktor kunci
efektivitas terlaksananya aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan
pendidikan yang diharapkan bagi setiap jenjang dan jenis pendidikan pada
tingkat nasional maupun lokal. Pentingnya perencanaan yang handal dalam lingkup
pendidikan Islam, karena pendidikan Islam diyakini oleh umat Islam sebagai
jalan hidup manusia yang paling baik. Sebagai jalan yang paling baik,
pendidikan Islam perlu direncanakan secara sistematis, sehingga Pendidikan
Islam benar-benar dapat menyejahterakan setiap Muslim, baik di dunia maupun di
akhirat.
Maka dari itu makalah yang kami buat ini akan membahas
mengenai perencanaan pendidikan islam yang baik dan berbagai aspek yang terkait
didalamnya .
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, Adapun masalah-masalah yang ingin di gali dalam
pembuatan makalah ini yaitu seperti terangkum dalam pertanyaan-pertanyaan
berikut:
1.
Apa Pengertian Perencanaan Pendidikan Islam ?
2.
Apasaja Kriteria Perencanaan Pendidikan Islam yang Baik ?
3.
Bagaimana Proses Perencanaan Pendidikan Islam ?
4.
Seperti Apa Pendekatan dalam Perencanaan Pendidikan Islam ?
1.3.Tujuan
Penulisan makalah ini dilakukan
untuk memenuhu tujuan-tujuan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua
dalam menambah imu pengetahuan dan wawasan. Secara terperinci tujuan dari
penelitian dan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk Mengetahui Pengertian
Perencanaan Pendidikan Islam.
2.
Untuk Mengetahui Kriteria Perencanaan Pendidikan Islam yang Baik.
3.
Untuk Mengetahui Proses Perencanaan Pendidikan Islam.
4.
Untuk Mengetahui Pendekatan dalam Perencanaan Pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Perencanaan Pendidikan
Perencanaan
merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan
pengelolaan. Tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami
kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Merencanakan suatu kegiatan merupakan tindakan awal sebagai pengakuan bahwa
suatu pekerjaan tidak semata-mata ditentukan sendiri keberhasilannya, namun
banyak faktor lain yang harus dipersiapkan untuk mendukung keberhasilannya.
Adapun pengertian perencanaan pendidikan menurut beberapa ahli, yaitu :
Ø Banghart dan Trull (1973)
menjelaskan bahwa perencanaan pendidikan adalah awal dari proses-proses
rasional, dan mengandung sifat optimisme yang didasarkan atas kepercayaan bahwa
akan dapat mengatasi berbagai macam permasalahan.
Ø Menurut
yang dikemukakan oleh Guruge (1974) bahwa perencanaan pendidikan adalah proses
mempersiapkan keputusan-keputusan bagi kegiatan di masa depan dalam bidang
pembangunan pendidikan.
Ø Philip H. Comb (1982) mengemukakan lima
ciri perencanaan pendidikan, yaitu:
1. Perencanaan pendidikan harus
berpandangan jangka panjang
2. Harus terperinci,
3. Harus diintegrasi dengan rencana ekonomi
yang lebih luas dan perkembangan masyarakat,
4. Harus merupakan bagian integral
pengelolaan pendidikan,
5. Dan harus memperhitungkan bagian
kualitatif, karena perkembangan pendidikan bukan kuantitatif saja.
Arti
penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap
kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien
dan seefektif mungkin.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa perencanaan pendidikan adalah rangkaian kegiatan yang
diambil untuk melakukan tindakan pada masa yang akan datang, agar
penyelenggaraan system pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien serta
menghasilkan lulusan yang lebih bermutu
dan sesuai
dengan harapan.
2.2.Kriteria Perencanaan yang Baik
Affiffuddin
(2005) menjelaskan bahwa perencanaan yang baik harus dapat memberikan jawaban
terhadap konsep pertanyaan yang dirumuskan dalam 6 pertanyaan: What,
Why,Where, When, Who, How.
1. What, menanyakan
tujuan, rencana, dan kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Why, menanyakan sebab-sebab
mengapa jenis kegiatan itu harus dilaksanakan.
3. Where, menanyakan
hal yang berhubungan dengan lokasi atau tempat rencana itu akan dilaksanakan.
4. When, menanyakan
yang berhubungan dengan waktu rencana itu akan dilaksanakan. Hal ini mencakup
prioritas, fase-fase pencapaian, bahkan jangka pencapaian suatu rencana
5. Who, menanyakan
orang yang akan bertanggung jawab, yang akan melaksanakan dan yang akan
mengawasi.
6. How, cara
melaksanakan kegiatan-kegiatan itu, mencakup system dan tata kerja, standar
yang harus dipenuhi, iklim
disekitar lokasi, pembiayaan, dan lain-lain.
2.3.Proses Perencanaan Pendidikan
Proses
perencanaan pendidikan terbagi kedalam tujuh tahapan besar yaitu:
2.3.1. Mendefinisikan permasalahan perencanaan
pendidikan
Langkah
ini menjadi sangat penting dan strategis, karena setiap kegiatan yang akan
dirumuskan dalam proses perencanaan harus di arahkan dalam kerangka pemecahan
masalah. Kekeliruan dalam merumuskan batasan permasalahan akan bersampak pada
kekeliruan merumuskan langkah kegiatan selanjutnya.
Banyak
cara untuk merumuskan batasan suatu masalah, salah satunya adalah dengan cara
membuat mengelompokkan. Cara ini memungkinkan para perencana mengurangi
kerumitan permasalahan dengan membuat jelas hubungan di antara elemen-elemen
dalam kelompoknya. Selain itu juga mengurutkan elemen-elemen tersebut akan
memberi petunjuk solusi yang potensial. Lebih jauh lagi dengan pengelompokkan
ini akan membantu perencana dalam menentukan arah perencanaanya. Pada akhirnya,
dengan pengelompokan ini akan memberikan arahan bagi pengorganisasian data yang
sesuai keperluannya dan digunakan sebagai acuan untuk memenuhi kebutuhan di
masa yang akan datang.
2.3.2. Analisis bidang telaahan permasalahan
pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu sistem.
Didalam sistem terdapat berbagai proses yang kemudian membentuk sub-sub sistem.
Proses proses tersebut terjadi di dalam suatu lingkungan yang kemudian disebut
sebagai lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan secara luas inilah yang merupakan
bidang telaah masalah perncanaan pendidikan.
Suatu
perencanaan pendidikan yang komprehensif akan berurusan dengan keseluruhan
proses pendidikan, termasuk di dalamnya sub-sub sistem di dalam sistem
pendidikan. Seorang perencana pendidikan komprehensif tidak bisa melepaskan
diri dari berbagai sistem tersebut.
2.3.3. Mengkonsepsikan dan merancang rencana
1. Menentukan Latar belakang
Perencenaan
pendidikan harus mengkaji pola-pola dan kecenderungan yang umum dan menonjol
pada manusia, tempat, pergerakan, ekonomi dan aktivitas. Dengan
mempertimbangkan perencanaan lingkungan, perhatian yang harus diarahkan adalah
orang dan fungsinya di dalam lingkungan tersebut. Perencanaan melibutkan
pengarahan dan pengawasan dari penggunaan dan pengembangan sumber daya manusia
dan fisik untuk manfaat sosial dan ekonomi semaksimal mungkin.
2. Pola dan kecenderungan umum pada
manusia.
Perencanaan pendidikan
Prencanaan
pendidikan harus sesuai dengan pekerjaannya. Perencanaan pendidikan hendaknya
seorang analis yang terampil, evaluator yang efektif, dan desainer yang cakap.
Perencana merupakan seorang profesional yang dengan pengalaman atau pendidikan
mampu membuat konsep mengenai pedoman pelaksanaan satu tugas sampai selesai.
Sebagai analis dan pesintesis, perencana harus memahami keseluruhan kontribusi
komponen sistem pendidikan dan interaksi antar komponen tersebut dalam
struktur, penggunaan tanah, prosedur perizinan, transportasi, demografi,
interaksi sosial, dan sistem sekolah merupakan bagian penting dari latar
belakangnya. Selain menjadi seorang yang pragmatis dan mungkin agak romantis,
namun perencana bukanlah arsitek. Fungsi perencanaan itu lebih luas dari pada
sekedar merancang perkotaan itu melibatkan sejumlah pengetahuan dan
keterampilan dibanding dengan hanya sekedar memvisualisasikan satu gedung
sekolah.
Manusia dan lingkungannya
Hubungan
antara manusia dengan lingkungannya bukanlah merupakan sesuatu yang baru.
Pengaruh lingkungan tidak hanya terbatas pada kekuatan statis dan mekanistis,.
Kemampuan adaptasi manusia mungkin merupakan karakteristik sosial yang lain
dari pada yang lain. Teori-teori keagamaan, evolusi, dan ekologi yang mencoba
menjelaskan hubungan manusia dengan lingkungannya itu meliputi konsep terpadu
(holistik) mengenai alam. Tiga teori ini menyatakan manusia sebagai komponen
yang berjalan dalam lingkungan umum, berinteraksi dengan lingkungan, dan bagi
bagian penting dari sistem keseluruhan.
Pengembangan persepsi
Proses
pendidikan ini hendaknya didasarkan pada partisipasi fisik individu dalam
lingkungan tersebut, sehingga memungkinkan individu tersebut mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai lingkungan tersebut dan pemahaman yang lebih
baik mengenai apa yang harus disampaikan dalam proses pendidikan.
Pendekatan
yang dapat digunakan adalah cara mengintegrasi sumber-sumber seperti yang
dilakukan pada pemukiman manusia primitif. Pendekatan lain adalah dengan
meneliti masyarakat dalam hal eksistik (ilmu pemukiman = ‘oiko’=rumah,
bermukim) eksistik ini melibatkan integritas berbagai disiplin, pendekatan ini
pada dasarnya terpadu dalam penampakan komunitas sebagai gabungan dari berbagai
variabel yang berinteraksi.
Saling keterkaitan
Perencana
pendidikan harus mampu mengenali ketidak seimbangan dalam hubungan ini dalam
suatu sistem dan menghindarkan situasi tersebut. Jika ini dicapai, berbagai
masalah yang dihadapi masyrakat akan bisa dikurangi. Perencana juga harus
mengenal masalah-masalah hubungan sosial (individu, kelompok, kebutuhan,
psikologi, sosial, dsb) hal lain yang harus diperhatikan adalah perubahan kehidupan
dari lingkungan pedesaan menjadi ligkungan sosial perkotaan yang kompleks.
3. Pola dan kecenderungan yang menonjol
pada tempat
Masalah
penting lainnya dari perancang fisik ini adalah penciptaan bentuk-bentuk
perkotaan yang menunujukkan lingkungan manusia sebagai bagian dari tatanan
alami kehidupan. Ini dilakukan dengan membuat titik-titik fokus interaksi agar
bisa meningkatkan pilihan dalam aktivitas dan hubungan gedung-gedung
(tempat-tempat).
4. Pengaruh fisik
Tugas
perencana pendidikan dalam hal lingkungan fisik merupakan tugas yang kompleks.
Tanggung jawab perencana adalah menciptakan bentuk pendidikan yang akan
menghasilkan situasi yang membantu pelajar dengan pengaruh efektif agar
berprilaku positif. Namun, lingkungan pendidikan harus dianggap sebagai satu
perwujudan yang dalam batas-batas sistem aktivitas perkotaan untuk menentukan
faktor mana yang efektif dan mana yang tidak efektif, perencana pendidikan
harus menganalisis keseluruhan lingkungan perkotaan, sehingga pembelajaran bisa
berlangsung dan menggunakan berbagai komponen fisik untuk mendukung proses
pembelajaran.
5. Kewilayahan tempat (places)
Lingkungan
pembelajaran yang dinamis sangat penting karena keakraban (familiarity)
menjadikan individu bisa diterima secara otomatis dan cepat tanggap ( perceptive)
terhadap lingkungan. Jika lingkungan terus berubah, lingkungan itu akan lebih
merangsang dan menarik.
Disini
ditekankan mengenai interaksi individu dalam sistem sosial, psikologi, dan
fisiologi. Faktor-faktor lingkungan tersebut membentuk konsep mengenai
kewilayahan seseorang (zona intim, zona pribadi, zona sosial, dan zona publik).
Konsep ini menunjukkan dorongan dasar untuk memiliki atau menguasai wilayah
tertentu. Prilaku ini berkaitan dengan peran tertentu yang dimainkan individu
dalam wilayah tersebut.
6. Peran persepsi (perception)
Peran
dari stimulus lingkungan telah menjadi perhatian profesi psikologi dari
awalnya. Namun psikolog jarang memperhatikan peran lingkungan fisik dalam
prilaku. Sebagian besar hanya berkaitan dengan teori bahwa perilaku itu
dikondisikan oleh imbalan dan hukuman, bukan diberikan atau dipengaruhi oleh
lingkunan. Respon manusi terhadap lingkungannya dan khususnya pada persepsinya
terhadap lingkungan telah dibuktikan dalam kajian pencabutan sensor.
7. Pola dan kecenderungan umum pada
pergerakan.
Pergerakan
penuh dengan pengalaman orang-orang di perkotaan. Setiap hari siswa memulai
pengalaman belajar siswa dengan pergerakan untuk pergi ke pusat pembelajaran.
Namun pengalaman ini tidak dijadikan bagian dari program pendidikan, baik secara
formal maupun informal. Akibatnya, individu tidak peduli terhadap kekacauan,
kemacetan dan bahaya.
Kondisi
ini sekarang semakin lazim ketimbang sebelumnya, tetapi banyak program sekolah
yang belum memecahkan masalah pergerakan ini. Kajian pergerakna ini sangat
diabaikan. Akibatnya perencana transportasi atau rutw bis sekolah. Sekarang,
banyak pergerakan yang diatur, seperti: siswa boleh berjalan di koridor sekolah
pada jam-jam tertentu, bis sekolah ada lima hari dalam seminggu, pagi dan sore,
berhenti di tempat yang sama pada waktu yang sama.
8. Pola dan kecenderungan umum pada
ekonomi.
Salah
satu kebijakan ekonomi yang menjadi proses berkelanjutan adalah pembaharuan
kota. Didalamnya tercakup perluasan kota, administrasi proyek,pengembangan
fasilitas baru, perbaikan fasilitas baru, pembongkaran fasilitas lama, renovasi
dengan memperhatikan kepentingan berbagai pihak, sehingga masalah-masalah
penggunaan lahan tanah tidak menimbulkan konflik. Pembaharuan kota ini
memberikan peluang untuk merancang skema yang komprehensif dengan melibatkan
berbagai sistem aktivitas.
Kebijakan
berakar dari berbagai keputusan yang dibuat pada level perencanaan dan
pelaksanaan pembaharuan kota. Solusi akhir dari semua konflik internal itu akan
menentukan kebijakan.
9. Pola dan kecenderungan yang menonjol
pada aktivitas (activities)
Kajian
sistem aktivitas pendidikan
hendaknya mengikuti kajian aktivitas siswa, distribusi ruang dalam lingkungan
perkotaan, dan hubungannya dengan sistem perkotaan lainnya. Sistem aktivitas
pendidikan dapat dianggap sebagai organisasi pola perilaku yang melibatkan
sejumlah orang yang diikat bersama dalam satu tujuan.
10. Beberapa kecenderungan perencanaan
pendidikan.
2.3.4. Mengevaluasi rencana-rencana
1. Hakikat dan pengertian evaluasi
Evaluasi
pada dasarnya menegaskan begitu pentingnya perencanaan pendidikan dan
hasil-hasil potensialnya. Sesuai kebutuhannya, lebih jauh evaluasi sebaiknya
muncul sepanjang proses perencanaan. Pada sejumlah kasus evaluasi parsial
dibuat dengan menggunakan uji-uji kuantitatif atau pembenarannya didasarkan
pada pengalaman untuk menolak, memodifikasi, mengkombinasi, atau menerima
hasilnya.
2. Beberapa teknik evaluasi
Mulai
dari (1) proses awalnya dengan memperkirakan semua biaya untuk meningkatkan
kehadiran, termasuk guru, peralatan yang dibutuhkan, fasilitas baru yang
mungkin, dan pemeliharaan dan oprasional untuk ruangan dan peralatan, dan
mungkin biaya untuk publikasi kampanye. Keuntungannya dibuat skala dengan
membuat peningkatan menggunakan cara yang mutlak atau seperti membuat
peningkatan menggunakan cara persentase kehadiran dari lima orang setiap
aktivitasnya. Item (2) sebaiknya menghitung semua biaya, banyaknya waktu
belajar, biaya perjalanan, dan ukuran lainnya diambil untuk meminimalkan biaya
perjalanan. Sisi keuntungan dari perbandingan dapat dinyatakan dalam total
orang per mil atau orang per menit atau ukuran lainnya yang cocok. Item (3) dan
(4) digunakan dengan cara yang sama, seperti perkiraan biaya yang digunakan,
kemudian pembuatan daftar perolehan keuntungan.
3. Teknik lain yang digunakan untuk
evaluasi
Sejumlah
teknik evaluasi sangat tepat digunakan dalam berbagai tahap proses perencanaan
pendidikan secara komprehensif. Beberapa ciri khas tekniknya seperti berikut:
a) Preference
b) Pemetaan peringkat
c) Pembobotan sejumlah besar sasaran
d) Skala penilaian ordinal
e) Metode pemeringkat dan pembobotan
2.3.5. Menspesifikasikan rencana
Tugas
utama pendidikan adalam merumuskan pemecahan terhadap masalah ini berdasarkan
kebutuhan-kebutuhan yang seringkali beragam. Banyak pendidikan karena tidak
sepakat mengenai tujuan akhir yang diinginkan pendidikan, atau karena tidak
bisa memahami bagaimana tujuan tersebut dirumuskan atau menerjemahkannya ke
dalam suatu kerangka pendidikan.
Apa
yang dibutuhkan adalah perumusan singkat mengenai masalah yang mendefinisikan
tugas-tugas pendidikan dan perangkat pemecahannya melalui perencanaan. Pada
awalnya tugas dan masalah tersebut didefinisikan dengan mengacu pada filsafat
pendidikan. Yang diperlukan disini adalah klarifikasi secara sadar mengenai
masalah, suatu definisi tugas-tugas pendidikan dan pendekatan analitis terhadap
pemecahan tersebut.
2.3.6. Mengimplementasikan rencana
Langkah
tersulit dari suatu proses perencanaan pendidikan adalah implementasi. Hali ini
disebabkan antara lain sebagai berikut:
1. Adanya maslah pembagian sumber daya yang
belum terpecahkan dengan baik.
2. Kebijakan kebijakan umum untuk
implementasi rencana belum diformulasikan dengan sistematis.
3. Dukungan dari masyarakat akademis,
pengambil keputusan politik dan praktisi pendidikan seringkali esoterik
(diketahui/dipahami oleh orang-orang tertentu saja) sebagai upaya bersama untuk
program tindakan yang efektif.
Masalah
seputar program tindakan berhubungan dengan ketidak mampuan atau ketidakmauan
dalam memahami proses yang sebenarnya agar memperoleh pendekatan yang bermakna
untuk pelaksanaan rencana yang disiapkan. Walaupun sebelum rencana
dipresentasikan kepada petugas untuk mendapatkan persetujuan, terjadi debat
terus menerus tentang tujuan dan metode penelitian.
2.3.7.
Memantau
pelaksanaan rencana dan umpan balik bagi perencanaan.
Monitoring
perencanaan yang sedang berlangsung memungkinkan suatu alat pengendalian yang
baik dalam seluruh proses implementasi. Dalam kasus pertama, outputnya hanya
merupakan apa yang diprediksi oleh perencanaan, outputnya secara signifikan
tentu saja berasal dari apa yang telah dimaksudkan. Dalam kasus kedua,
perencanaan pendidikan memiliki dua pilihan, yaitu: adalah menggunakan semua
upaya dibawah komandonya untuk menunujukan tindakan-tindakan yang diperlukan
untuk meletakkan sistem tersebut kembali kejalurnya, dan mempertimbangkan
perlunya mempertahankan jalur yang menyimpang dan memikirkan dari perencanaan
pendidikan komprehensif dalam kaitannya dengan pengembangan yang belum tampak.
Bintaro Tjoroamidjojo mengemukakan
tahap-tahap dalam suatu proses perencanaan sebagai berikut:
1. Penyusunan rencana, yang terdiri dari
unsur-unsur: a) tinjauan keadaan, b) perkiraan masa yang akan dilalui rencana
(forecasting), c) penataan tujuan rencana (plan objectve) dan pemilihan
cara-cara pencapaian tujuan rencana tersebut d) identifikasi kebijaksanaan dan
kegiatan usaha yang perlu dilakukan dalam rencana, e) persetujuan rencana.
2. Penyusunan program rencana. Dalam tahap
ini dilakukan perumusan yang lebih terperinci mengenai tujuan dan sasaran dalam
jangka waktu tertentu, suatu perincian jadwal kegiatan, jumlah dan jadwal
pembiayaan. Pengesahan rencana juga diperlukan agar mempunyai kedudukan legal
untuk pelaksanaanya. Seringkali tahap ini perlu dibantu dengan penyusunan suatu
flow-chart atau network-plan.
3. Pelaksanaan rencana. Dalam tahap
pelaksanaan operasi perlu dipertimbangkan kegiatan-kegiatan pemeliharaan,
kebijaksanaan-kebijaksanaan pun perlu diikuti implikasi pelaksanaannya, bahkan
secara terus menerus memerlukan penyesuaian-penyesuaian.
4. Tahap berikutnya adalah melakukan
pengawasan atas pelakasanaan rencana. Tujuan pengawasan adalah: a) mengusahakan
supaya pelakasanaan rencan berjalan sesuai dengan rencananya b) apabila
terdapat penyimpangan maka perlu diketahui seberapa jauh.
Secara
sederhana, langkah-langkah dalam perencanaan meliputi hal-hal berikut :
1) Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai
2) Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan yang akan
dilakukan
3) Mengumpulkan data dan informasi-informasi yang
diperlukan
4) Menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan
5) Merumukan bagaimana pekerjaan-pekerjaan itu akan
diselesaikan
2.4.Pendekatan Perencanaan Pendidikan
Pendekatan
perencanaan pendidikan terbagi ke dalam tiga bagian yaitu:
2.4.1. Pendekatan kebutuhan sosial
Pendekatan
ini menitikberatkan pada tujuan pendidikan yang mengandung misi pembahasan
terutama bagi negara-negara berkembang yang kemerdekaanya baru saja diperoleh
setelah melalui perjuangan pembebasan yang amat lama. Pendidikan membebaskan
rakyat dari ketakutan, dari penjajahan, dari kebodohan, dan dari kemiskinan.
Misi pembebasan yang menjiwai tuntutan terhadap pendidikan merupakan aspirasi
politik rakyat, karena itu tuntutan sosial ini merupakan tekanan keras bagi
penyelenggara pendidikan.
Dengan
melihat karakteristik tuntutan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan
ini lebih menekankan pemerataan kesempatan atau kuantitatif, dibandingkan
dengan aspek kualitatif.
Pendekatan ini menekankan bahwa perencanaan pendidikan
yang terpenting adalah memenuhi permintaan masyarakat atas pendidikan. Beberapa
hal yang seharusnya diperhitungkan dan dipikirkan dalam pendekatan ini adalah :
a) Ledakan dan pertumbuhan penduduk
b) Pemerataan kesempatan belajar yang dikeluarkan oleh
pemerintah
c) Adanya kewajiban belajar yang dikeluarkan oleh
pemerintah
d) Perintah ajaran agama yang mewajibkan menuntut ilmu
e) Kondisi ekonomi yang memungkinkan untuk menyekolahkan
anak
f) Adanya anggapan masyarakan bahwa pendidikan merupakan
investasi masa depan anak yang paling baik dan adanya anggapan bahwa pendidikan
akan meningkatkan status sosial pada strata tertentu.
2.4.2. Pendekatan kebutuhan ketenagakerjaan
Yang
dimaksud dengan pendekatan ketanagakerjaan menurut A.W. Guruge (1972): “gearing
on educational eforts to the fulfiment of national man power requirement.” Jadi
menurut guruge pendekatan ini bertujuan mengarahkan kegiatan pendidikan kepada
usaha untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja (man power atau
person power)
Pendekatan
ini mengutamakan kepada keterkaitan lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan
terhadap tenaga kerja pada berbagai sektor pembangunan seperti sektor ekonomi,
pertanian, perdagangan dan industri. Tujuan yang akan dicapai adalah bahwa
pendidikan itu diperlukan untuk membantu lulusan memperoleh kesempatan kerja
yang lebih baik hingga tingkat kehidupannya dapat diperbaiki melalui
penghasilan sangat appealing karena dikaitkan langsung dengan usaha pemenuhan
kebutuhan dasar setiap orang.
2.4.3. Pendekatan efesiensi biaya
Pendakatan
ini adalah bersifat ekonomi dan berpangkal dari konsep invesment in human
capital atau investasi pada sumber daya manusia. Setiap investasi harus
mendatangkan keuntungan yang dapat diukur dengan nilai moneter. Pendidikan
memerlukan investasi yang besar dan karena itu keuntungan dari investasi
tersebut harus dapat diperhitungkan bilamana pendidikan itu memang mempunyai
nilai ekonomi.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi
dapat disimpulkan bahwa perencanaan pendidikan adalah rangkaian kegiatan yang
diambil untuk melakukan tindakan pada masa yang akan datang, agar
penyelenggaraan system pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien serta
menghasilkan lulusan yang lebih bermutu
dan sesuai
dengan harapan.
Adapun kriteria perencanaan pendidikan islam yang baik
menurut Affiffuddin yaitu harus dapat memberikan
jawaban terhadap konsep pertanyaan yang dirumuskan dalam 6 pertanyaan: What,
Why,Where, When, Who, How.
Sedangkan proses perencanaan pendidikan islam itu
sendiri yaitu dengan (1) Mendefinisikan
permasalahan perencanaan pendidikan,
(2) Analisis bidang telaahan permasalahan pendidikan, (3) Mengkonsepsikan dan merancang
rencana, (4) Mengevaluasi
rencana-rencana, (5) Menspesifikasikan
rencana, (6) Mengimplementasikan
rencana, (7) Memantau pelaksanaan
rencana dan umpan balik bagi perencanaan.
Secara
sederhana, langkah-langkah dalam perencanaan meliputi hal-hal berikut: (1) Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak
dicapai, (2) Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan yang akan dilakukan, (3) Mengumpulkan
data dan informasi-informasi yang diperlukan, (4) Menentukan tahap-tahap atau
rangkaian tindakan, (5) Merumukan bagaimana pekerjaan-pekerjaan itu akan
diselesaikan.
Adapun pendekatan dalam pendidikan islam yaitu: (1) Pendekatan
kebutuhan sosial, (2) Pendekatan
kebutuhan ketenagakerjaan, dan yang ke
(3) Pendekatan efesiensi biaya
DAFTAR PUSTAKA
Sa’ud, Udin Syaefudin. 2007. “Perencanaan
Pendidikan”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sutikno, M, Sobry. 2010. “Pengelolaan
Pendidikan Ditinjauan Umum dan Konsep Islam”.
Bandung: Penerbit Prospect Bandung
H. Hadari Nawawi. 2001. “Perencanaan
SDM untuk Organiasi Profit”. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Dr. H.
Affifudin, MM, dkk. 2004. “Administrasi Pendidikan”. Bandung: Insan
Mandiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar