Senin, 11 April 2016

Konsep Dasar Perencanaan Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pendidik memiliki peran terbesar dalam menciptakan SDM yang berkualitas. Salah satu tugas dari seorang pendidik adalah sebagai fasilitator, dalam proses belajar mengajar pendidik harus bisa memanajemen kelas tersebut dan mendesain serta merancang konsep pembelajaran yang seperti apa yang digunakan untuk mencapainya maksud dan tujuan pembelajaran tersebut.
Dalam bidang apa pun, perencanaan merupakan unsur penting dan strategis sebagai pemandu arah pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang dikehendaki. Perencanaan sebagai suatu rangkaian proses kegiatan, dilakukan untuk menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi dan apa yang akan dilakukan. Pada dasarnya perencanaan bermakna sangat kompleks. Perencanaan dapat didefinisikan dalam berbagai macam ragam, tergantung perspektif yang digunakan serta latar belakang yang memengaruhi seseorang untuk mendefinisikannya. Dalam arti seluas-luasnya, perencanaan biasanya dimaknai sebagai proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam bidang pendidikan Islam, perencanaan merupakan salah satu faktor kunci efektivitas terlaksananya aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan bagi setiap jenjang dan jenis pendidikan pada tingkat nasional maupun lokal. Pentingnya perencanaan yang handal dalam lingkup pendidikan Islam, karena pendidikan Islam diyakini oleh umat Islam sebagai jalan hidup manusia yang paling baik. Sebagai jalan yang paling baik, pendidikan Islam perlu direncanakan secara sistematis, sehingga Pendidikan Islam benar-benar dapat menyejahterakan setiap Muslim, baik di dunia maupun di akhirat.
Maka dari itu makalah yang kami buat ini akan membahas mengenai perencanaan pendidikan islam yang baik dan berbagai aspek yang terkait didalamnya .
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, Adapun masalah-masalah yang ingin di gali dalam pembuatan makalah ini yaitu seperti terangkum dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:
1.      Apa Pengertian Perencanaan Pendidikan Islam ?
2.      Apasaja Kriteria Perencanaan Pendidikan Islam yang Baik ?
3.      Bagaimana Proses Perencanaan Pendidikan Islam ?
4.      Seperti Apa Pendekatan dalam Perencanaan Pendidikan Islam ?
1.3.Tujuan
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhu tujuan-tujuan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua dalam menambah imu pengetahuan dan wawasan. Secara terperinci tujuan dari penelitian dan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk Mengetahui  Pengertian Perencanaan Pendidikan Islam.
2.      Untuk Mengetahui Kriteria Perencanaan Pendidikan Islam yang Baik.
3.      Untuk Mengetahui Proses Perencanaan Pendidikan Islam.
4.      Untuk Mengetahui Pendekatan dalam Perencanaan Pendidikan Islam.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Perencanaan Pendidikan
Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan pengelolaan. Tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Merencanakan suatu kegiatan merupakan tindakan awal sebagai pengakuan bahwa suatu pekerjaan tidak semata-mata ditentukan sendiri keberhasilannya, namun banyak faktor lain yang harus dipersiapkan untuk mendukung keberhasilannya. Adapun pengertian perencanaan pendidikan menurut beberapa ahli, yaitu :
Ø  Banghart dan Trull (1973) menjelaskan bahwa perencanaan pendidikan adalah awal dari proses-proses rasional, dan mengandung sifat optimisme yang didasarkan atas kepercayaan bahwa akan dapat mengatasi berbagai macam permasalahan.
Ø  Menurut yang dikemukakan oleh Guruge (1974) bahwa perencanaan pendidikan adalah proses mempersiapkan keputusan-keputusan bagi kegiatan di masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan.
Ø  Philip H. Comb (1982) mengemukakan lima ciri perencanaan pendidikan, yaitu:
1.      Perencanaan pendidikan harus berpandangan jangka panjang
2.      Harus terperinci,
3.      Harus diintegrasi dengan rencana ekonomi yang lebih luas dan perkembangan masyarakat,
4.      Harus merupakan bagian integral pengelolaan pendidikan,
5.      Dan harus memperhitungkan bagian kualitatif, karena perkembangan pendidikan bukan kuantitatif saja.
Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perencanaan pendidikan adalah rangkaian kegiatan yang diambil untuk melakukan tindakan pada masa yang akan datang, agar penyelenggaraan system pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien serta menghasilkan lulusan yang lebih bermutu dan sesuai dengan harapan.
2.2.Kriteria Perencanaan yang Baik
Affiffuddin (2005) menjelaskan bahwa perencanaan yang baik harus dapat memberikan jawaban terhadap konsep pertanyaan yang dirumuskan dalam 6 pertanyaan: What, Why,Where, When, Who, How.
1.      What, menanyakan tujuan, rencana, dan kegiatan yang akan dilaksanakan.
2.      Why, menanyakan sebab-sebab mengapa jenis kegiatan itu harus dilaksanakan.
3.      Where, menanyakan hal yang berhubungan dengan lokasi atau tempat rencana itu akan dilaksanakan.
4.      When, menanyakan yang berhubungan dengan waktu rencana itu akan dilaksanakan. Hal ini mencakup prioritas, fase-fase pencapaian, bahkan jangka pencapaian suatu rencana
5.      Who, menanyakan orang yang akan bertanggung jawab, yang akan melaksanakan dan yang akan mengawasi.
6.      How, cara melaksanakan kegiatan-kegiatan itu, mencakup system dan tata kerja, standar yang harus dipenuhi, iklim disekitar lokasi, pembiayaan, dan lain-lain.


2.3.Proses Perencanaan Pendidikan
Proses perencanaan pendidikan terbagi kedalam tujuh tahapan besar yaitu:
2.3.1.      Mendefinisikan permasalahan perencanaan pendidikan
Langkah ini menjadi sangat penting dan strategis, karena setiap kegiatan yang akan dirumuskan dalam proses perencanaan harus di arahkan dalam kerangka pemecahan masalah. Kekeliruan dalam merumuskan batasan permasalahan akan bersampak pada kekeliruan merumuskan langkah kegiatan selanjutnya.
Banyak cara untuk merumuskan batasan suatu masalah, salah satunya adalah dengan cara membuat mengelompokkan. Cara ini memungkinkan para perencana mengurangi kerumitan permasalahan dengan membuat jelas hubungan di antara elemen-elemen dalam kelompoknya. Selain itu juga mengurutkan elemen-elemen tersebut akan memberi petunjuk solusi yang potensial. Lebih jauh lagi dengan pengelompokkan ini akan membantu perencana dalam menentukan arah perencanaanya. Pada akhirnya, dengan pengelompokan ini akan memberikan arahan bagi pengorganisasian data yang sesuai keperluannya dan digunakan sebagai acuan untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang.
2.3.2.      Analisis bidang telaahan permasalahan pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu sistem. Didalam sistem terdapat berbagai proses yang kemudian membentuk sub-sub sistem. Proses proses tersebut terjadi di dalam suatu lingkungan yang kemudian disebut sebagai lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan secara luas inilah yang merupakan bidang telaah masalah perncanaan pendidikan.
Suatu perencanaan pendidikan yang komprehensif akan berurusan dengan keseluruhan proses pendidikan, termasuk di dalamnya sub-sub sistem di dalam sistem pendidikan. Seorang perencana pendidikan komprehensif tidak bisa melepaskan diri dari berbagai sistem tersebut.
2.3.3.      Mengkonsepsikan dan merancang rencana
1.      Menentukan Latar belakang
Perencenaan pendidikan harus mengkaji pola-pola dan kecenderungan yang umum dan menonjol pada manusia, tempat, pergerakan, ekonomi dan aktivitas. Dengan mempertimbangkan perencanaan lingkungan, perhatian yang harus diarahkan adalah orang dan fungsinya di dalam lingkungan tersebut. Perencanaan melibutkan pengarahan dan pengawasan dari penggunaan dan pengembangan sumber daya manusia dan fisik untuk manfaat sosial dan ekonomi semaksimal mungkin.
2.      Pola dan kecenderungan umum pada manusia.
Perencanaan pendidikan
Prencanaan pendidikan harus sesuai dengan pekerjaannya. Perencanaan pendidikan hendaknya seorang analis yang terampil, evaluator yang efektif, dan desainer yang cakap. Perencana merupakan seorang profesional yang dengan pengalaman atau pendidikan mampu membuat konsep mengenai pedoman pelaksanaan satu tugas sampai selesai. Sebagai analis dan pesintesis, perencana harus memahami keseluruhan kontribusi komponen sistem pendidikan dan interaksi antar komponen tersebut dalam struktur, penggunaan tanah, prosedur perizinan, transportasi, demografi, interaksi sosial, dan sistem sekolah merupakan bagian penting dari latar belakangnya. Selain menjadi seorang yang pragmatis dan mungkin agak romantis, namun perencana bukanlah arsitek. Fungsi perencanaan itu lebih luas dari pada sekedar merancang perkotaan itu melibatkan sejumlah pengetahuan dan keterampilan dibanding dengan hanya sekedar memvisualisasikan satu gedung sekolah.
Manusia dan lingkungannya
Hubungan antara manusia dengan lingkungannya bukanlah merupakan sesuatu yang baru. Pengaruh lingkungan tidak hanya terbatas pada kekuatan statis dan mekanistis,. Kemampuan adaptasi manusia mungkin merupakan karakteristik sosial yang lain dari pada yang lain. Teori-teori keagamaan, evolusi, dan ekologi yang mencoba menjelaskan hubungan manusia dengan lingkungannya itu meliputi konsep terpadu (holistik) mengenai alam. Tiga teori ini menyatakan manusia sebagai komponen yang berjalan dalam lingkungan umum, berinteraksi dengan lingkungan, dan bagi bagian penting dari sistem keseluruhan.
Pengembangan persepsi
Proses pendidikan ini hendaknya didasarkan pada partisipasi fisik individu dalam lingkungan tersebut, sehingga memungkinkan individu tersebut mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai lingkungan tersebut dan pemahaman yang lebih baik mengenai apa yang harus disampaikan dalam proses pendidikan.
Pendekatan yang dapat digunakan adalah cara mengintegrasi sumber-sumber seperti yang dilakukan pada pemukiman manusia primitif. Pendekatan lain adalah dengan meneliti masyarakat dalam hal eksistik (ilmu pemukiman = ‘oiko’=rumah, bermukim) eksistik ini melibatkan integritas berbagai disiplin, pendekatan ini pada dasarnya terpadu dalam penampakan komunitas sebagai gabungan dari berbagai variabel yang berinteraksi.
Saling keterkaitan
Perencana pendidikan harus mampu mengenali ketidak seimbangan dalam hubungan ini dalam suatu sistem dan menghindarkan situasi tersebut. Jika ini dicapai, berbagai masalah yang dihadapi masyrakat akan bisa dikurangi. Perencana juga harus mengenal masalah-masalah hubungan sosial (individu, kelompok, kebutuhan, psikologi, sosial, dsb) hal lain yang harus diperhatikan adalah perubahan kehidupan dari lingkungan pedesaan menjadi ligkungan sosial perkotaan yang kompleks.
3.      Pola dan kecenderungan yang menonjol pada tempat
Masalah penting lainnya dari perancang fisik ini adalah penciptaan bentuk-bentuk perkotaan yang menunujukkan lingkungan manusia sebagai bagian dari tatanan alami kehidupan. Ini dilakukan dengan membuat titik-titik fokus interaksi agar bisa meningkatkan pilihan dalam aktivitas dan hubungan gedung-gedung (tempat-tempat).
4.      Pengaruh fisik
Tugas perencana pendidikan dalam hal lingkungan fisik merupakan tugas yang kompleks. Tanggung jawab perencana adalah menciptakan bentuk pendidikan yang akan menghasilkan situasi yang membantu pelajar dengan pengaruh efektif agar berprilaku positif. Namun, lingkungan pendidikan harus dianggap sebagai satu perwujudan yang dalam batas-batas sistem aktivitas perkotaan untuk menentukan faktor mana yang efektif dan mana yang tidak efektif, perencana pendidikan harus menganalisis keseluruhan lingkungan perkotaan, sehingga pembelajaran bisa berlangsung dan menggunakan berbagai komponen fisik untuk mendukung proses pembelajaran.
5.      Kewilayahan tempat (places)
Lingkungan pembelajaran yang dinamis sangat penting karena keakraban (familiarity) menjadikan individu bisa diterima secara otomatis dan cepat tanggap ( perceptive) terhadap lingkungan. Jika lingkungan terus berubah, lingkungan itu akan lebih merangsang dan menarik.
Disini ditekankan mengenai interaksi individu dalam sistem sosial, psikologi, dan fisiologi. Faktor-faktor lingkungan tersebut membentuk konsep mengenai kewilayahan seseorang (zona intim, zona pribadi, zona sosial, dan zona publik). Konsep ini menunjukkan dorongan dasar untuk memiliki atau menguasai wilayah tertentu. Prilaku ini berkaitan dengan peran tertentu yang dimainkan individu dalam wilayah tersebut.
6.      Peran persepsi (perception)
Peran dari stimulus lingkungan telah menjadi perhatian profesi psikologi dari awalnya. Namun psikolog jarang memperhatikan peran lingkungan fisik dalam prilaku. Sebagian besar hanya berkaitan dengan teori bahwa perilaku itu dikondisikan oleh imbalan dan hukuman, bukan diberikan atau dipengaruhi oleh lingkunan. Respon manusi terhadap lingkungannya dan khususnya pada persepsinya terhadap lingkungan telah dibuktikan dalam kajian pencabutan sensor.
7.      Pola dan kecenderungan umum pada pergerakan.
Pergerakan penuh dengan pengalaman orang-orang di perkotaan. Setiap hari siswa memulai pengalaman belajar siswa dengan pergerakan untuk pergi ke pusat pembelajaran. Namun pengalaman ini tidak dijadikan bagian dari program pendidikan, baik secara formal maupun informal. Akibatnya, individu tidak peduli terhadap kekacauan, kemacetan dan bahaya.
Kondisi ini sekarang semakin lazim ketimbang sebelumnya, tetapi banyak program sekolah yang belum memecahkan masalah pergerakan ini. Kajian pergerakna ini sangat diabaikan. Akibatnya perencana transportasi atau rutw bis sekolah. Sekarang, banyak pergerakan yang diatur, seperti: siswa boleh berjalan di koridor sekolah pada jam-jam tertentu, bis sekolah ada lima hari dalam seminggu, pagi dan sore, berhenti di tempat yang sama pada waktu yang sama.
8.      Pola dan kecenderungan umum pada ekonomi.
Salah satu kebijakan ekonomi yang menjadi proses berkelanjutan adalah pembaharuan kota. Didalamnya tercakup perluasan kota, administrasi proyek,pengembangan fasilitas baru, perbaikan fasilitas baru, pembongkaran fasilitas lama, renovasi dengan memperhatikan kepentingan berbagai pihak, sehingga masalah-masalah penggunaan lahan tanah tidak menimbulkan konflik. Pembaharuan kota ini memberikan peluang untuk merancang skema yang komprehensif dengan melibatkan berbagai sistem aktivitas.
Kebijakan berakar dari berbagai keputusan yang dibuat pada level perencanaan dan pelaksanaan pembaharuan kota. Solusi akhir dari semua konflik internal itu akan menentukan kebijakan.
9.      Pola dan kecenderungan yang menonjol pada aktivitas (activities)
Kajian sistem aktivitas pendidikan hendaknya mengikuti kajian aktivitas siswa, distribusi ruang dalam lingkungan perkotaan, dan hubungannya dengan sistem perkotaan lainnya. Sistem aktivitas pendidikan dapat dianggap sebagai organisasi pola perilaku yang melibatkan sejumlah orang yang diikat bersama dalam satu tujuan.
10.  Beberapa kecenderungan perencanaan pendidikan.
2.3.4.      Mengevaluasi rencana-rencana
1.      Hakikat dan pengertian evaluasi
Evaluasi pada dasarnya menegaskan begitu pentingnya perencanaan pendidikan dan hasil-hasil potensialnya. Sesuai kebutuhannya, lebih jauh evaluasi sebaiknya muncul sepanjang proses perencanaan. Pada sejumlah kasus evaluasi parsial dibuat dengan menggunakan uji-uji kuantitatif atau pembenarannya didasarkan pada pengalaman untuk menolak, memodifikasi, mengkombinasi, atau menerima hasilnya.
2.      Beberapa teknik evaluasi
Mulai dari (1) proses awalnya dengan memperkirakan semua biaya untuk meningkatkan kehadiran, termasuk guru, peralatan yang dibutuhkan, fasilitas baru yang mungkin, dan pemeliharaan dan oprasional untuk ruangan dan peralatan, dan mungkin biaya untuk publikasi kampanye. Keuntungannya dibuat skala dengan membuat peningkatan menggunakan cara yang mutlak atau seperti membuat peningkatan menggunakan cara persentase kehadiran dari lima orang setiap aktivitasnya. Item (2) sebaiknya menghitung semua biaya, banyaknya waktu belajar, biaya perjalanan, dan ukuran lainnya diambil untuk meminimalkan biaya perjalanan. Sisi keuntungan dari perbandingan dapat dinyatakan dalam total orang per mil atau orang per menit atau ukuran lainnya yang cocok. Item (3) dan (4) digunakan dengan cara yang sama, seperti perkiraan biaya yang digunakan, kemudian pembuatan daftar perolehan keuntungan.
3.      Teknik lain yang digunakan untuk evaluasi
Sejumlah teknik evaluasi sangat tepat digunakan dalam berbagai tahap proses perencanaan pendidikan secara komprehensif. Beberapa ciri khas tekniknya seperti berikut:
a)      Preference
b)      Pemetaan peringkat
c)      Pembobotan sejumlah besar sasaran
d)     Skala penilaian ordinal
e)      Metode pemeringkat dan pembobotan

2.3.5.      Menspesifikasikan rencana
Tugas utama pendidikan adalam merumuskan pemecahan terhadap masalah ini berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang seringkali beragam. Banyak pendidikan karena tidak sepakat mengenai tujuan akhir yang diinginkan pendidikan, atau karena tidak bisa memahami bagaimana tujuan tersebut dirumuskan atau menerjemahkannya ke dalam suatu kerangka pendidikan.
Apa yang dibutuhkan adalah perumusan singkat mengenai masalah yang mendefinisikan tugas-tugas pendidikan dan perangkat pemecahannya melalui perencanaan. Pada awalnya tugas dan masalah tersebut didefinisikan dengan mengacu pada filsafat pendidikan. Yang diperlukan disini adalah klarifikasi secara sadar mengenai masalah, suatu definisi tugas-tugas pendidikan dan pendekatan analitis terhadap pemecahan tersebut.
2.3.6.      Mengimplementasikan rencana
Langkah tersulit dari suatu proses perencanaan pendidikan adalah implementasi. Hali ini disebabkan antara lain sebagai berikut:
1.      Adanya maslah pembagian sumber daya yang belum terpecahkan dengan baik.
2.      Kebijakan kebijakan umum untuk implementasi rencana belum diformulasikan dengan sistematis.
3.      Dukungan dari masyarakat akademis, pengambil keputusan politik dan praktisi pendidikan seringkali esoterik (diketahui/dipahami oleh orang-orang tertentu saja) sebagai upaya bersama untuk program tindakan yang efektif.
Masalah seputar program tindakan berhubungan dengan ketidak mampuan atau ketidakmauan dalam memahami proses yang sebenarnya agar memperoleh pendekatan yang bermakna untuk pelaksanaan rencana yang disiapkan. Walaupun sebelum rencana dipresentasikan kepada petugas untuk mendapatkan persetujuan, terjadi debat terus menerus tentang tujuan dan metode penelitian.
2.3.7.      Memantau pelaksanaan rencana dan umpan balik bagi perencanaan.
Monitoring perencanaan yang sedang berlangsung memungkinkan suatu alat pengendalian yang baik dalam seluruh proses implementasi. Dalam kasus pertama, outputnya hanya merupakan apa yang diprediksi oleh perencanaan, outputnya secara signifikan tentu saja berasal dari apa yang telah dimaksudkan. Dalam kasus kedua, perencanaan pendidikan memiliki dua pilihan, yaitu: adalah menggunakan semua upaya dibawah komandonya untuk menunujukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk meletakkan sistem tersebut kembali kejalurnya, dan mempertimbangkan perlunya mempertahankan jalur yang menyimpang dan memikirkan dari perencanaan pendidikan komprehensif dalam kaitannya dengan pengembangan yang belum tampak.
   Bintaro Tjoroamidjojo mengemukakan tahap-tahap dalam suatu proses perencanaan sebagai berikut:
1.      Penyusunan rencana, yang terdiri dari unsur-unsur: a) tinjauan keadaan, b) perkiraan masa yang akan dilalui rencana (forecasting), c) penataan tujuan rencana (plan objectve) dan pemilihan cara-cara pencapaian tujuan rencana tersebut d) identifikasi kebijaksanaan dan kegiatan usaha yang perlu dilakukan dalam rencana, e) persetujuan rencana.
2.      Penyusunan program rencana. Dalam tahap ini dilakukan perumusan yang lebih terperinci mengenai tujuan dan sasaran dalam jangka waktu tertentu, suatu perincian jadwal kegiatan, jumlah dan jadwal pembiayaan. Pengesahan rencana juga diperlukan agar mempunyai kedudukan legal untuk pelaksanaanya. Seringkali tahap ini perlu dibantu dengan penyusunan suatu flow-chart atau network-plan.
3.      Pelaksanaan rencana. Dalam tahap pelaksanaan operasi perlu dipertimbangkan kegiatan-kegiatan pemeliharaan, kebijaksanaan-kebijaksanaan pun perlu diikuti implikasi pelaksanaannya, bahkan secara terus menerus memerlukan penyesuaian-penyesuaian.
4.      Tahap berikutnya adalah melakukan pengawasan atas pelakasanaan rencana. Tujuan pengawasan adalah: a) mengusahakan supaya pelakasanaan rencan berjalan sesuai dengan rencananya b) apabila terdapat penyimpangan maka perlu diketahui seberapa jauh.
Secara sederhana, langkah-langkah dalam perencanaan meliputi hal-hal berikut :
1)      Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai
2)      Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan yang akan dilakukan
3)      Mengumpulkan data dan informasi-informasi yang diperlukan
4)      Menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan
5)      Merumukan bagaimana pekerjaan-pekerjaan itu akan diselesaikan

2.4.Pendekatan Perencanaan Pendidikan
Pendekatan perencanaan pendidikan terbagi ke dalam tiga bagian yaitu:
2.4.1.      Pendekatan kebutuhan sosial
Pendekatan ini menitikberatkan pada tujuan pendidikan yang mengandung misi pembahasan terutama bagi negara-negara berkembang yang kemerdekaanya baru saja diperoleh setelah melalui perjuangan pembebasan yang amat lama. Pendidikan membebaskan rakyat dari ketakutan, dari penjajahan, dari kebodohan, dan dari kemiskinan. Misi pembebasan yang menjiwai tuntutan terhadap pendidikan merupakan aspirasi politik rakyat, karena itu tuntutan sosial ini merupakan tekanan keras bagi penyelenggara pendidikan.
Dengan melihat karakteristik tuntutan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan ini lebih menekankan pemerataan kesempatan atau kuantitatif, dibandingkan dengan aspek kualitatif.
Pendekatan ini menekankan bahwa perencanaan pendidikan yang terpenting adalah memenuhi permintaan masyarakat atas pendidikan. Beberapa hal yang seharusnya diperhitungkan dan dipikirkan dalam pendekatan ini adalah :
a)      Ledakan dan pertumbuhan penduduk
b)      Pemerataan kesempatan belajar yang dikeluarkan oleh pemerintah
c)      Adanya kewajiban belajar yang dikeluarkan oleh pemerintah
d)     Perintah ajaran agama yang mewajibkan menuntut ilmu
e)      Kondisi ekonomi yang memungkinkan untuk menyekolahkan anak
f)       Adanya anggapan masyarakan bahwa pendidikan merupakan investasi masa depan anak yang paling baik dan adanya anggapan bahwa pendidikan akan meningkatkan status sosial pada strata tertentu.
2.4.2.      Pendekatan kebutuhan ketenagakerjaan
Yang dimaksud dengan pendekatan ketanagakerjaan menurut A.W. Guruge (1972): “gearing on educational eforts to the fulfiment of national man power requirement.” Jadi menurut guruge pendekatan ini bertujuan mengarahkan kegiatan pendidikan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja (man power atau person power)
Pendekatan ini mengutamakan kepada keterkaitan lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan terhadap tenaga kerja pada berbagai sektor pembangunan seperti sektor ekonomi, pertanian, perdagangan dan industri. Tujuan yang akan dicapai adalah bahwa pendidikan itu diperlukan untuk membantu lulusan memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik hingga tingkat kehidupannya dapat diperbaiki melalui penghasilan sangat appealing karena dikaitkan langsung dengan usaha pemenuhan kebutuhan dasar setiap orang.
2.4.3.      Pendekatan efesiensi biaya
Pendakatan ini adalah bersifat ekonomi dan berpangkal dari konsep invesment in human capital atau investasi pada sumber daya manusia. Setiap investasi harus mendatangkan keuntungan yang dapat diukur dengan nilai moneter. Pendidikan memerlukan investasi yang besar dan karena itu keuntungan dari investasi tersebut harus dapat diperhitungkan bilamana pendidikan itu memang mempunyai nilai ekonomi.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa perencanaan pendidikan adalah rangkaian kegiatan yang diambil untuk melakukan tindakan pada masa yang akan datang, agar penyelenggaraan system pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien serta menghasilkan lulusan yang lebih bermutu dan sesuai dengan harapan.
Adapun kriteria perencanaan pendidikan islam yang baik menurut Affiffuddin yaitu harus dapat memberikan jawaban terhadap konsep pertanyaan yang dirumuskan dalam 6 pertanyaan: What, Why,Where, When, Who, How.
Sedangkan proses perencanaan pendidikan islam itu sendiri yaitu dengan (1) Mendefinisikan permasalahan perencanaan pendidikan, (2) Analisis bidang telaahan permasalahan pendidikan, (3) Mengkonsepsikan dan merancang rencana, (4) Mengevaluasi rencana-rencana, (5) Menspesifikasikan rencana, (6) Mengimplementasikan rencana, (7) Memantau pelaksanaan rencana dan umpan balik bagi perencanaan.
Secara sederhana, langkah-langkah dalam perencanaan meliputi hal-hal berikut: (1) Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai, (2) Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan yang akan dilakukan, (3) Mengumpulkan data dan informasi-informasi yang diperlukan, (4) Menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan, (5) Merumukan bagaimana pekerjaan-pekerjaan itu akan diselesaikan.
Adapun pendekatan dalam pendidikan islam yaitu: (1) Pendekatan kebutuhan sosial, (2) Pendekatan kebutuhan ketenagakerjaan, dan yang ke (3) Pendekatan efesiensi biaya


DAFTAR PUSTAKA
Sa’ud, Udin Syaefudin. 2007. “Perencanaan Pendidikan”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sutikno, M, Sobry. 2010. “Pengelolaan Pendidikan Ditinjauan Umum dan Konsep Islam. Bandung: Penerbit Prospect Bandung
H. Hadari Nawawi. 2001. Perencanaan SDM untuk Organiasi Profit. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Dr. H. Affifudin, MM, dkk. 2004. “Administrasi Pendidikan”. Bandung: Insan Mandiri


Tidak ada komentar:

Posting Komentar