BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Menurut Zakiyah Daradjat
(1987;87), Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh
peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara
menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup[1].
Pendidikan merupakan kunci
kemajuan dan peradaban suatu bangsa. Semakin baik kualitas pedidikan yang
diselenggarakan oleh suatu masyarakat atau bangsa, maka akan diikuti dengan
semakin baik pula kualitas sumber daya masyarakat atau bangsa tersebut yang
kemudian melahirkan peradaban bernilai tinggi yang dibangun di atas fondasi
ilmu pengetahuan.
Azizy (2002) mengemukakan
bahwa esensi pendidikan, yaitu adanya proses transfer nilai, pengetahuan dan
keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu
hidup[2],
pembelajaran terkait dengan bagaimana (how to) membelajarkan siswa atau
membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya
sendiri untuk mempelajari apa (what
to) yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik[3],
karena pada dasarnya tugas seorang guru yaitu bagaimana caranya membuat siswa
mau belajar, tentunya dengan kesadaran dirinya.
Dalam proses pembelajaran
pendidikan Agama Islam, pemilihan dan penggunaan metode serta tekhnik yang
digunakan seorang pengajar harus tepat dan sesuai sehingga pembelajaran
pendidikan Agama Islam dapat berhasil dan menghasilkan out put yang diharapkan.
Keberhasilan tersebut tentunya tidak terlepas dari beberapa faktor yang saling mempengaruhi
dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam, yang akan kami bahas dalam makalah
ini.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, adapun masalah-masalah yang ingin digali dalam pembuatan
makalah ini seperti terangkum dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apa yang
dimaksud dengan pembelajaran?
2. Faktor-faktor
apa saja yang dapat mempengaruhi pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka
tujuan yang diharapkan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui arti pembelajaran.
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah kegiatan
yang bertujuan untuk membelajarkan siswa[4]. pembelajaran
diartikan sebagai acara dari peristiwa eksternal yang dirancang oleh guru guna
mendukung terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan siswa. Kegiatan
pembelajaran lebih menekankan kepada semua peristiwa yang dapat berpengaruh
secara langsung kepada efektivitas belajar siswa, dengan kata lain pembelajaran
adalah upaya guru agar terjadi peristiwa belajar yang dilakukan siswa[5].
Pembelajaran berasal dari
kata “belajar” yang berarti adanya perubahan pada diri seseorang[6]. Perubahan yang dimaksudkan
adalah perubahan pada segi Kognitif, Afektif, dan psikomotorik[7]. Dengan demikian, pembelajaran
adalah proses yang dirancang untuk mengubah diri seseorang, baik
dari segi kognitif, afektif, maupun
psikomotorik. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram
dalam desain intruksional, untuk membuat belajar secara aktif dan kreatif,
yang menekankan pada penyediaan sumber belajar untuk peserta didik agar mencapai
tujuan yang diinginkan.
Pola umum kegiatan pengajaran
adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan
pelajaran sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar.
Gaya mengajar guru mempengaruhi gaya belajar anak didik.
Ada 3 aspek yang dapat
dilihat dari kegiatan pengajaran untuk keberhasilan belajar mengajar yaitu:[8].
1. Gaya
mengajar guru
a. Gaya
mengajar klasik
b. Gaya
mengajar teknologis.
c. Gaya
mengajar personalisasi dan
d. Gaya mengajar interaksional
2. Pendekatan
guru
a. Pendekatan
individual
Guru
berusaha memahami anak didik dengan segala persamaan dan
perbedaannya dengan melihat peserta didik dengan melakukan pendekatan dan
memahami kepribadian masing-masing karena mereka mempunyai kepribadian
masing-masing dan tidak sama antara saru dengan yang lainnya. Sehingga
pendekatan sangat penting sekali karena untuk mengetahui perkembangan peserta
didiknya.
b. Pendekatan
kelompok
Berusaha memahami anak didik
sebagai mahluk sosial. Perpaduan kedua pendekatan ini akan menghasilkan hasil
belajar mengajar yang lebih baik. Sehingga disini pengajar juga memberikan
pelajaran bagi siswa untuk saling menghargai antar sesama dan untuk dapat
bersosial dengan baik dalam kehidupannya sehari-hari.
2.1.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Hasil belajar yang dicapai
Pendidikan Agama Islam siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor
dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang datang dari luar diri siswa dan
dangat besar sekali pengaruhnya yakni faktor lingkungan. Faktor yang ada pada
diri siswa adalah kemampuan yang ada pada dirinya sendiri, dan sangat besar
sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti apa yang telah
dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa di sekolah
70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh
lingkungan[9]
Ada
tiga faktor yang mempengaruhi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang akan
kami bahas dalam makalah ini. Di mana ketiga faktor tersebut saling terkait
satu dengan yang lainnya sehingga kehilangan salah satu dari faktor ini bisa
menyebabkan tidak tercapainya pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
berhasil. Ketiga faktor tersebut antara lain[10]
1.
Kondisi pembelajaran pendidikan agama islam
Kondisi pembelajaran pendidikan agama islam dapat di
klasifikasikan menjadi :
a.
Tujuan pembelajaran pendidikan agama islam
Tujuan pembelajaran menggambarkan bentuk tingkah laku atau
kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah proses pembelajaran. Rumusan
tujuan pembelajaran dapat dibuat dalam berbagai macam cara. Seringkali terjadi,
rumusan itu menggambarkan apa yang akan dilakukan guru dalam proses
pembelajaran. Jika rumusan semacam ini dibuat, tidak memberi tuntutan kepada
siswa untuk belajar sehingga memperoleh hasil tertentu. Dengan singkat dapat
dikemukakan bahwa rumusan tujuan harus menggambarkan bentuk hasil belajar yang
ingin dicapai siswa melalui proses pembelajaran dilaksanakan.
Di tinjau dari aspek tujuan pendidikan agama islam yang akan
dicapai adalah mengantarkan peserta didik mampu memilih Al-Qur’an sebagai
pedoman hidup (kognitif), mampu menghargai Al-Qur’an sebagai pilihannya yang
paling benar (afektif), serta mampu bertindak dan mengamalkan pilihannya
(Al-Qur’an sebagai pedoman hidup) dalam kehidupan sehari-hari (psikomotorik).
Tujuan pembelajaran ini bisa bersifat umum, umum-khusus dan
khusus. Tujuan pendidikan agama islam yang bersifat umum tercermin dalam GBPP
mata pelajaran pendidikan agama islam, yaitu : “meningkatkan keimanan, penghayatan,
dan pengamalan siswa terhadap agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah serta beragkhlak mulia dalamkehidupan
pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan
pada jenjang yang lebih tinggi”(GBPP 1994). Tujuan dalam kontinum umum-khusus
misalnya siswa memiliki kesadaran dan bertanggung jawab terhadap lingkungan
serta terbiasa menampilkan perilaku agamis dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan tujuan yang lebih khusus misalnya ; Peserta didik dapat memilih
lingkungan yang bersih, sehat, indah dan agamis Peserta didik dapat menghargai
lingkungan yang sehat, indah, agamis dan Peserta didik dapat berperilaku
menjaga lingkungan yang sehat, indah, dan agamis dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan pendidikan jangka panjang yang dirumuskan sebagai
pendekatan diri kepada Allah, dapat dicapai dengan melaksanakan ibadah wajib
dan sunnah serta mengkaji ilmu-ilmu fardhu ‘ain seperti ilmu syariah.
Sementara, orang-orang yang hanya menekuni ilmu fardhu kifayat sehingga
memperoleh profesi-profesi tertentu dan akhirnya mampu melaksanakan tugas-tugas
keduniaan dengan hasil yang optimal sekalipun, tetapi tidak disertai dengan
hidayah al-din, maka orang tersebut tidak akan semakin dekat dengan Allah.
Tujuan pendidikan jangka pendek menurut al-Ghazali adalah
diraihnya profesi manusia sesuai dengan bakat dan kemampuannya dengan
mengembangkan ilmu pengetahuan yang fardhu ‘ain dan fardhu kifayat. Masalah
kemuliaan duniawi bukanlah tujuan dasar dari seseorang yang melibatkan diri
dalam dunia pendidikan. Seorang penuntut ilmu seperti siswa, mahasiswa, guru,
atau dosen, akan memperoleh derajat, pangkat, dan segala macam kemuliaan lain
yang berupa pujian, kepopularitasan, dan sanjungan manakala ia benar-benar
mempunyai motivasi hendak meningkatkan kualitas dirinya melalui ilmu
pengetahuan untuk diamalkan. Sebab itulah, al-Ghazali menegaskan bahwa langkah
awal seseorang dalam proses pembelajaran adalah untuk menyucikan jiwa dari
kerendahan budi dan sifat-sifat tercela, dan motivasi pertama adalah untuk
menghidupkan syariat dan misi Rasulullah.
Dari
beberapa pendapat tentang tujuan pendidikan Islam diatas, kiranya bisa diambil
kesimpulan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah melahirkan manusia paripurna,
terbaik, insan kamil atau manusia yang bertaqwa yaitu sosok manusia yang
memahami peran dan fungsinya dalam kehidupan serta mendasarkan semuanya pada
ajaran dan hukum Allah juga Rasul-Nya.
b.
Karakteristik bidang studi pendidikan agama islam
Aspek-aspek suatu bidang study yang terbangun dalam struktur
isi dan konstruk atau tipe isi bidang study pendidikan agama islam berupa
fakta, hukum atau dalil, konsep, prinsip atau kaidah, prosedur dan keimanan
yang menyajikan kebenaran Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia. Serta
menanamkan jiwa dengan akhlakul karimah sebagai landasan hidupnya dan dengan
tujuan agar siswa mampu berlaku sopan dan santun terhadap sesama dalam bergaul.
Bidang
studi yang ada dalam pendidikan agama islam diantaranya adalah, akidah dan
akhlak yakni mempelajari tentang keesan Allah serta mengajari akhlak-akhlak
mahmudah, dengan tujuan untuk memberikan binaan keyakinan tentang ketauhidan
atau keEsaan Allah merupakan asal-usul dan tujuan hidup manusia, dan
mengarahkan siswa agar memiliki akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari
dengan siapa pun dan dimanapun. Sejarah kebudayaan Islam yakni menyiapkan
peserta didik agar mempunyai pemahaman terhadap apa yang telah diperbuat oleh
orang-orang muslim sebagai katalisator, dan membawa perubahan sesuai dengan
tahapan kehidupan mereka. Qur’an Hadist yakni pelajaran yang mempelajari
ayat-ayat alqur’an dan hadist dengan tujuan agar peserta mampu membaca dengan
fasih yang sesuai dengan tajwidnya. Fiqh yakni mempelajari tentang hukum-hukum
islam.
c.
Kendala pembelajaran
Namanya
kendala tentunya pasti ada misalnya ; keterbatasan sumber belajar yang ada,
keterbatasan alokasi waktu dan keterbatasan dana yang tersedia. Sehingga ini
dapat menghambat dalam proses pembelajaran. Kendala yang paling utama yang
dihadapi pembelajaran pendidikan agama islam adalah proses pembelajarannya,
karena pendidikan agama islam masuk dalam mata pelajaran sehingga cara
pembelajarannya hanya transfer of knowledge, dan penerapannya sangat
kurang sekali, sehingga siswa yang mendapat pelajaran pendidikan agama islam
namun tingkah lakunya tidak mencerminkan Pendidikan agama islamnya, ini
disebabkan karena kurangnya pantauan dari orang tua serta peran guru dalam
proses pembelajarannya.
d.
Karakteristik peserta didik
Adalah kualitas perseorangan peserta didik memiliki
karakteristik yang berbeda seperti, bakat gaya belajar, perkembangan moral,
perkembangan kognitif, social budaya, dan sebagainya. Karakteristik peserta
didik adalah kualitas perseorangan peserta didik, seperti bakat, kemampuan awal
yang dimiliki, motivasi belajar dan kemungkinan hasil belajar yang akan
dicapendidikan agama islam.
Tujuan
dan karakteristik bidang studi dihipotesiskan memiliki pengaruh utama pada pemilihan
strategi pengorganisasiam isi pembelajaran. Kendala dan karakteristik bidang
studi mempengaruhipemilihan strategi pemilihan penyampendidikan agama islaman,
dan karakteristik peserta didik akan mempengaruhi strategi pengelolaan
pembelajaran. Namun perlu diingat, pada tingkat tertentu, dimungkinkan suatu
kondisi pembelajaran akan mempengaruhi setiap komponen pemilihan metode
pembelajaran seperti karakteristik siswa dapat mempengaruhi pemilihan strategi
pengorganisasian isi dan strategi
penyampaian agama islam.
2. Metode
pembelajaran pendidikan agama islam
Metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi :
a.
Strategi pengorganisasian,
Strategi pengorganisasian
adalah suatu metode untuk mengorganisasi isi bidang studi pendidikan agama
islam yang pilih untuk pembelajaran. Pengorganisasian isi bidang studi mengacu
pada kegiatan pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, skema dan sebagainya.
b.
Strategi penyampaian isi pembelajaran
Strategi
penyampaian isi pembelajaran pendidikan agama islam adalah metode-metode
penyampaian agama islam pembelajaran pendidikan agama islam yang dikembangkan
untuk membuat siswa dapat merespon dan meneriama pelajaran pendidikan agama
islam dengan mudah, cepat, dan menyenangkan. Strategi penyampaian isi
pembelajaran ini berfungsi sebagai penyampaian isi pembelajaran kepada peserta
didik dan menyediakan informasi yang diperlukan peserta didik untuk menampilkan
unjuk kerja (hasil kerja).
Ada
tiga komponen dalam strategi penyampaian ini, yaitu:
1) Media
pembelajaran
2) Interaksi
media pembelajaran dengan peserta didik
3) Pola atau bentuk belajar
mengajar.
Pemilihan media pembelajaran
pendidikan agama islam sekurang-kurangnya dapat mempertimbangkan beberapa hal
yakni : kecermatan representative, tingkat interaktif yang mampu
ditimbulkan, tingkat kemempuan khusus yang dimilikinya. Tingkat motivasi
yang mampu ditimbulkannya dan tingkat biaya yang diperlukannya. Interaksi
peserta didik dengan media berarti bagaimana peran media pembelajaran dalam
meragsang kegiatan belajar peserta didik. Setiap media pembelajaran pendidikan
agama islam yang direncanakan hendaknya dipilih, ditetapkan dan dikembangkan
sehingga dapat meimbulkan interaksi peserta didik dengan pesan-pesan yang di
bawa media pembelajaran.
c.
Strategi pengelolaan pembelajaran.
Strategi
pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara peserta
didik dengan komponen-komponen metode pembelajaran lain, seperti
pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran. Strategi pembelajaran dapat
ditinjau dari segi ilmu, seni dan atau keterampilan yang digunakan pendidikan
dalam upaya membantu (memotivasi, membimbing, membelajarkan, memfasilitasi)
peserta didik sehingga mereka.
Pemilihan metode
pembelajaran pendidikan agama islam sekurang-kurangnya dapat mempertimbangkan
lima hal, yaitu:
1) Tingkat
kecermatan representasi
2) Tingkat interaktif yang mampu
ditimbulkannya
3) Tingkat
kemampuan khusus yang dimilikinya
4) Tingkat motivasi
yang mampu ditimbulkannya
5) Tingkat biaya yang
diperlukannya.
3. Hasil
pembelajaran pendidikan agama islam
Dalam hasil
pembelajaran pendidikan agama islam adalah mencakup semua akibat yang dapat
dijadikan indicator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran
pendidikan agama islam dibawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Hasil
pembelajaran pendidikan agama islam dapat berupa hasil nyata (actual
out-come) dan hasil yang di inginkan (desired out-come). Actual
out-come adalah hasil belajar pendidikan agama islam yang dicapai peserta
didik secara nyata karena digunakannya suatu metode pembelajaran pendidikan
agama islam tertentu yang dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada.
Sedangkan desired out-come merupakan tujuan yang ingin dicapai yang biasanya
sering memepengaruhi keputusan perancang pembelajaran pendidikan agama islam
dalam melakukan pilihan suatu metode pembelajaran yang paling baik untuk
digunakan sesuai dengan kondisi pembelajaran yang ada.
Sedangkan
indikator keberhasilan pembelajaran pendidikan agama islam dapat di
klasifikasikan menjadi tiga yaitu :
1) Keefektifan
Pembelajaran dikatakan efektif jika pembelajaran tersebut
mampu memberikan atau menambah informasi atau pengetahuan baru bagi siswa.
Adapun keefektifan pembelajaran dapat diukur dengan criteria :
a. Kecermatan
penguasaan kemampuan atau perilaku yang dipelajari
b. Kecepatan
unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar
c. Kesesuaian
dengan prosedur kegiatan belajar yang harus ditempuh
d. Kuantitas
unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar
e. Kualitas hasil akhir yang
dapat dicapendidikan agama islam
f. Tingkat
alih belajar
g. Tingkat retensi belajar
2) Efisiensi
Pembelajaran
yang efisien adalah pembelajaran yang menyenangkan, menggairahkan dan mampu
memberikan motivasi bagi siswa dalam belajar, sehingga pendidik harus bisa
menciptakan sesuatu yang baru dalam pembelajaran agar siswa tidak merasa jenuh
dalam pembelajaran.
3) Daya
Tarik
Daya tarik yang
dimaksud dalam hal ini adalah pembelajaran itu diukur dengan mengamati
kecendurungan peserta didik untuk berkeinginan terus belajar. Dan serta
harus dimotivasi agar peserta didik dapat gemar dengan pendidikan agama islam.
Karena akhir-akhir ini pendidikan agama islam dianggap kuno sehingga minat
untuk belajar sangatlah kurang dan lebih memilih dengan pelajaran-pelajaran
eksak yang dianggap penting dan populer saat ini dan mengabaikan pelajaran
pendidikan agama islam.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tugas seorang guru disamping
mengajar, ia juga harus mampu membuat muridnya untuk mau belajar. Dalam proses
pembelajaran seorang guru sebagai pengajar harus pandai-pandai dalam mengambil
langkah, baik itu metode, strategi, ataupun bahan ajar agar proses pembelajaran
dapat terlaksana dengan baik dan tercapainya tujuan pendidikan.
Tercapainya tujuan pendidikan
tentunya tidak terlepas dari beberapa komponen yang saling berkaitan, pun juga
tidak terlepas dari factor yang dapat mempengeruhi suatu pendidikan tersebut,
begitupun dengan Pendidikan Agama Islam, yang mana factor tersebut yaitu (1)
Kondisi pembelajaran, yaitu semua factor yang mempengaruhi metode pembelajaran
PAI, seperti tujuan, dan karakter bidang PAI, kendala dan karakter peserta
didik, (2) Metode pembelajaran, seperti strategi pengorganisasian, strategi
penyampaian, dan strategi pengelolaan pembelajaran, dan yang ke (3) Hasil dari
pembelajaran tersebut, yang dapat diklasifikasikan menjadi keefektifan,
efisiensi dan daya tarik.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI. 2001. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Jakarta : Balai
Pustaka
Majid, Abdul. 2014. “Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”.
Bandung; PT Remaja Rosdakarya
Muhaimin. 2012. “Paradigma Pendidikan Islam”. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Purwanto, M.
Ngalim. 1990. “Psikologi Pendidikan”. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya
Sanjaya, Wina.
2007. “Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses Pendidikan”. Jakarta
: Kencana Prenada Media Group
Shaleh, Abdur
Rachman Shaleh. 2004. “Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa”. Jakarta :
Raja Gratindo Persada
Sudiana, Nana. 1989. “Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar”. Bandung
: PT Sinar Baru Algesindo
Usman, Moh. Uzer. 1992. “Menjadi Guru Profesional”. Bandung: Remaja
Rosdakarya
[1]
Majid, Abdul. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Bandung; PT
Remaja Rosdakarya , 2014) hlm. 12
[2]
Ibid. hlm 12
[3]
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2012)
hlm. 145
[4] Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta
: Kencana Prenada Media Group, 2007) hlm. 49
[5] Abdur
Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Jakarta : Raja
Gratindo Persada, 2004) hlm. 217
[6]
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta :
Balai Pustaka,2001), hlm. 232.
[7] M.
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya,
1990), hlm. 102
[8]
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992),
hlm.16-26
[9] Nana Sudiana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung
: PT Sinar Baru Algesindo, 1989), hlm. 39
[10]
Muhaimin, op.cit, hlm. 150-156
Tidak ada komentar:
Posting Komentar