Senin, 11 April 2016

Jenis-Jenis Penelitian dan Karakteristik PTK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris research. Research berasal dari kata re, yang berarti kembali dan to search yang berarti mencari. Dengan demikian arti sebenarnya dari research adalah mencari kembali, pencarian ulang. Dalam bahasa Indonesia, kata research dibakukan menjadi riset[1].
Setelah kita mengetahui apa itu penelitian, maka hal selanjutnya yang akan dibahas dalam pembuatan makalah ini yaitu jenis-jenis penelitian, kenapa hal itu perlu dibahas, karena penelitian itu beragam, yang semua itu tentunya memiliki peran dan fungsi yang berbada antara satu dengan yang lainnya, sehingga kita akan tau jenis penelitian apa yang akan dilaksanakan dan sering dilaksakan di lapangan, baik itu oleh ilmuwan, guru atau mahasiswa sekalipun. Salah satu jenis penelitian diantaranya yaitu Penelitian Tindakan Kelas atau yang sering kita sebut dengan PTK, yang mana PTK ini merupakan salah satu tindakan yang sengaja dimunculkan yang terjadi di dalam kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas agar lebih baik.
Penelitian Tindakan Kelas ini biasanya dilakukan oleh seorang guru untuk mengetahui bagaimana kondisi kegiatan belajar mengajar dikelas apakah terlaksana dengan baik atau tidak, bagaiamana menemukan solusinya dan cara memperbaikinya, karena tugas seorang guru tidak hanya menyampaikan suatu materi pembelajaran saja melainkan bagaimana cara membuat siswanya mau belajar.
Selain itu, guru yang hebat adalah guru yang berupaya untuk belajar, disamping ia mengajar. Dan, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah ajang pembelajaran yang terbaik bagi guru. Seorang guru akan menjadi guru yang luar biasa, ketika ia mampu melaporkan penelitiannya dalam bentuk karya tulis ilmiah[2].
Untuk mengatahui lebih dalam lagi mengenai Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maka dalam makalah ini selain akan membahas mengenai jenis-jenis penelitian juga akan membahas mengenai ciri khas dan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
1.2.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang belakang diatas, adapun masalah yang ingin digali dalam pembuatan makalah ini seperti terangkum dalam pertanyaan-pertanyaan dibawah ini:
1.      Apasaja jenis-jenis penelitian?
2.      Apa ciri khas Penelitian Tindakan Kelas (PTK)?
3.      Bagaimana karakteristik Penilitian Tindakan Kelas (PTK)?

1.3.       Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui jenis-jenis penelitian.
2.      Untuk mengetahui ciri khas Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
3.      Untuk mengetahui karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK).


BAB II
PEMBAHASAN
2.1.       Jenis-Jenis Penelitian
            Bagi seseorang yang memang ingin mendalami penelitian, perlu mengenal lebih banyak dan rinci tentang jenis-jenis penelitian yang ditinjau dari berbagai aspek dan menunjuk pada nama model dan pendekatan penelitiannya. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa jenis penelitian, yaitu sebagai berikut:
1.    Menurut tujuannya
a.     Penelitian eksploratif yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui sesuatu dengan cara menggali atau mengeksplor.
b.    Penelitian deskriptif dilakukan oleh peneliti untuk megumpulkan informasi atau data tentang fenomena yang diteliti, misalnya kondisi sesuatu atau kejadian, atau faktor-faktor penyebab terjadinya sesuatu.
c.    Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari adanya perlakuan yang dengan sengaja dikenakan pada subjek.
d.   Penelitian evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan suatu kebijakan. Jika ada hambatan, dapat diketahui apa hambatan tersebut kemudian dapat menentukan cara-cara dalam rangka mengatasi hambatan yang dimaksud[3].

2.    Menurut model penelitian/teknik pengumpulan data
a.    Penelitian kuantitatif, yang dilakukan dengan cara menggambarkan data dalam bentuk angka-angka yang sifatnya kuantitatif, sehingga dapat digunakan untuk meramalkan kondisi yang lebih luas yaitu populasi, dan masa yang akan datang[4]. Penelitian kuantitatif lebih menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode statistik. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hepotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hepotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti. Pada umumnya penelitian kuantitatif merupakan penelitian sampel besar[5]
b.    Penelitian kualitatif, yang dilakukan secara cermat, mendalam dan rinci sehingga dapat mengumpulkan data yang sangat lengkap dan dapat menghasilkan informasi yang menunjukkan kualitas sesuatu[6]. Penelitian kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antarfenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti bahwa penelitian kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian hepotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berfikir formal dan argumentatif. Banyak penelitian kualitatif yang merupakan penelitian sampel kecil[7].
3.    Menurut keberadaan atau tersedianya data
a.    Penelitian eksperimen, seperti sudah disebutkan, dilakukan penelitian untuk memunculkan perlakuan atau treatment, jadi data dalam penelitian eksperimen belum tersedia sebelum perlakuan dilakukan.
b.    Penelitian non eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap data yang sudah ada atau tersedia tanpa ditimbulkan oleh adanya perlakuan atau treatment. Dalam penelitian eksperimen ini peneliti mencermati dampak atau akibat dari pemberian sebuah perlakuan[8].


4.    Klasifikasi penelitian berdasarkan manfaat penelitian
Ditinjau berdasarkan manfaatnya, penelitian bisa dibedakan dalam dua macam penelitian, yaitu:
a.       Penelitian dasar (basic research
Penelitian dasar disebut pula sebagai penelitian murni (pure research), adalah pencarian terhadap sesuatu karena ada perhatian dan keingintahuan terhadap hasil suatu aktifitas. Penelitian dasar dikerjakan tanpa memikirkan ujung praktis atau titik terapan. Hasil dari penelitian dasar adalah pengetahuan umum dan pengertian-pengertian tentang alam serta hukum-hukumnya. Pengetahuan umum ini merupakan alat untuk memecahkan masalah-masalah praktika, walaupun ia tidak memberikan jawaban yang menyeluruh untuk tiap masalah tersebut. Penelitian terapanlah yang akan menjawab masalah-masalah praktis tersebut[9].
Penelitian ini merupakan penelitian yang manfaatnya dirasakan untuk waktu yang lama dalam artian kegunaan hasil penelitian itu tidak segera dipakai namun dalam waktu jangka panjang juga akan terpakai. Lamanya manfaat ini lebih karena penelitian ini biasanya dilakukan karena kebutuhan peneliti sendiri. Penelitian dasar juga mencakup penelitian-penelitian yang dilakukan dalam kerangka akademis[10].
b.      Penelitian Terapan (Applied Research)
Berbeda dengan penelitian dasar, pada penelitian terapan, manfaat dari hasil penelitian dapat segera dirasakan oleh berbagai kalangan. Penelitian terapan biasanya dilakukan untuk memecahkan masalah yang ada sehingga hasil penelitian harus segera dapat diaplikasikan[11]. Hasil penelitian tidak perlu sebagai satu penemuan baru, tetapi merupakan aplikasi baru dari penelitian yang telah ada. Peneliti yang mengerjakan penelitian dasar atau penelitian murni tidak mengharapkan hasil penelitiannya digunakan secara praktika. Para peneliti terapanlah yang akan merinci penemuan penelitian dasar untuk keperluan praktis dalam bidang-bidang tertentu. Tiap ilmuwan yang mengerjakan penelitian terapan mempunyai keinginan agar dengan segera hasil penelitiannya dapat digunakan masyarakat dalam berbagai bidang.[12]
5.      Klasifikasi  penelitian berdasarkan tempat pelaksanaannya
Penggolongan penelitian menurut tempat pelaksanaannya, dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu[13]:
a.       Penelitian laboratorium
Penelitian jenis ini dilakukan dalam suatu tempat khusus untuk mengadakan studi ilmiah dan kerja ilmiah. Tujuan penelitian laboratorium untuk ilmu pengetahuan sosial ialah: mengumpulkan data, mengadakan analisa, mengadakan test, serta memberikan interpretasi terhadap sejumlah data, sehingga orang bisa meramalkan kecenderungan gerak satu gejala sosial dalam satu masyarakat tertentu. Laboratorium pengetahuan sosial ini memberikan bimbingan pada sejumlah ilmuwan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan untuk melakukan penelitian secara kooperatif.
b.    Penelitian lapangan (field research)
Penelitian lapangan dilakukan dalam kancah kehidupan sebenarnya. Misalnya saja penelitian tentang kehidupan para guru, masalah religiusitas masyarakat desa, penelitian anak-anak pencandu narkoba, dan lain-lain. Penelitian lapangan pada hakekatnya merupakan metode untuk menemukan secara khusus dan realistis apa yang tengah terjadi pada suatu saat di tengah masyarakat. Jadi, mengadakan penelitian mengenai beberapa masalah aktual yang kini tengah berkecamuk dan mengekspresikan diri dalam bentuk gejala atau proses sosial.
c.       Penelitian perpustakaan (library research)
Penelitian perpustakaan bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan, misalnya berupa; buku-buku, majalah, naskah-naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen-dokumen, dan lain-lain. Pada hakekatnya, data yang diperoleh dengan jalan penelitian perpustakaan tersebut dijadikan fundasi dasar dan alat utama bagi praktek penelitian di tengah lapangan.
2.2.       Ciri-Ciri Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan[14]. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki beberapa ciri yang dapat membedakannya dengan penelitian yang lain, adapun ciri-ciri tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yakni ciri-ciri umum dan ciri-ciri khusus. Ciri-ciri umum adalah sebagai berikut[15]
1.    Situasional, kontekstual, berskala kecil, praktis, terlokalisasi, dan secara langsung relevan dengan situasi nyata dalam dunia kerja. Ia berkenaan dengan diagnosis atau masalah dalam konteks tertentu da usaha untuk memecahkan masalah dalam konteks tersebut. Subjeknya bisa siswa di kelas, petatar di kelas penataran, mahasiswa dan dosen di ruang kuliah dan sebagainya.
2.      Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah praktis. Penelitian tindakan kelas juga bersifat empiris, artinya ia mengandalkan observasi nyata dan data perilaku.
3.      Fleksibel dan adaptif sehingga memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dan pengabaian pengontrolan karena lebih menekankan sifat tanggap dan pengujicobaan serta pembaharuan di tempat kejadian atau pelaksanaan PTK.
4.      Partisipatori karena peneliti dan atau anggota tim peneliti sendiri ambil bagian secara langsung atau tidak langsung dalam melakukan PTK.
5.      Self-evaluation, yaitu modifikasi secara kontinu yang di evaluasi dalam situasi yang ada, yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan cara tertentu.
6.      Perubahan dalam praktik didasari pengumpulan informasi atau data yang memberikan dorongan untuk terjadinya perubahan.
7.      Secara ilmiah kurang ketat karena keshahihan internal dan eksternalnya lemah meskipun di upayakan untuk dilakukan secara sistematis dan ilmiah.
Sementara itu, ciri-ciri khusus Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:
1.      Dalam PTK ada komitmen pada peningkatan pendidikan. Komitmen tersebut memungkinkan setiap yang terlibat memberikan andil yang berarti demi tercapainya peningkatan yang mereka sendiri dapat ikut rasakan.
2.      Dalam PTK, ada maksud jelas untuk melakukan intervensi ke dalam dan meningkatkan pemahaman dan praktik seseorang serta untuk menerima tanggung jawab dirinya sendiri.
3.      Pada PTK melekat tindakan yang berpengetahuan, berkomitmen dan bermaksud. Tindakan dalam PTK direncanakan berdasarkan hasil refleksi kritis terhadap praktik terkait berdasarkan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Tindakan dalam PTK juga dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat di ubah ke arah perbaikan.
4.      Dalam PTK dilakukan pemantauan sistemik untuk menghasilkan data atau informasi yang valid. Mengingat hasil PTK adalah pemahamn yang lebih baik terhadap praktik dan pemahaman tentang bagaimana perbaikan ini telah terjadi, pengumpulan datanya harus sistematis sehingga peneliti dapat mengetahui arah perbaikannya dan juga dalam hal apa pembelajaran telah terjadi.
5.      PTK melibatkan deskripsi autentik tentang tindakan. Deskripsi disini bukan penjelasan, melainkan rangkaian certita tentang kegiatan yang telah terjadi dan biasanya dalam bentuk laporan.
6.      Perlunya validasi. Dalam hal ini melibatkan: (1) Pembuatan pernyataan; (2) Pemeriksaan kritis terhadap pernyataan lewat pencocokkan dengan bukti; dan (3) Pelibatan pihak lain dalam validasi.
Validasi terjadi dalam beberapa tingkatan, yakni (1) Validasi diri, yaitu penjelasan yang diberikan peneliti tentang taktik atau kegiatan yang telah dilaksanakan; (2) Validasi sejawat, yaitu pemeriksaan kritis terhadap bukti oleh teman sejawat, sehingga dapat dihindari penyampuradukkan deskripsi dengan penjelasan, data dengan bukti dan menyediakan kompensasi bagi kelemahan karena kurang lengkapnya catatan; dan (3) Validasi publik, yaitu upaya meyakinkan publik tentang kebenaran klaim peneliti.
2.3.       Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)  
            PTK berbeda dengan penelitian formal (konvensional) pada umumnya. PTK memiliki beberapa karakteristik, sebagai berikut[16].
1.        On-the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti). Dengan demikian, PTK didasarkan pada masalah yang benar-benar dihadapi guru dalam proses belajar-mengajar di kelas.
2.        Problem solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). PTK yang dilakukan oleh guru dilakukan sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam PBM di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu sebagai upaya menyempurnakan proses pembelajaran di kelasnya. PTK akan dilaksanakan jika guru sejak awal dan dini menyadari ada permasalahan dalam peraktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Jika guru merasa bahwa apa yang dilakukannya dikelas dalam PBM tidak bermasalah PTK tidak diperlukan. Dengan kata lain, PTK diperlukam jika guru merasa ada yang tidak beres dalam PBM dikelas dan ia merasa perlu untuk memperbaiki secara profesional.
3.        Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan mutu). PTK dilaksanakan dalam kerangka untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM yang dilakukan oleh guru di kelasnya. Dengan peningkatan mutu pendidikan secara makro. PTK bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran dengan asumsi bahwa semakin baik kualitas proses pembelajaran maka semakin baik pula hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
4.        Ciclic (siklus). Konseo tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical). Siklus dalam PTK terdiri dari empat tahapan, yakni perencanaan tindakan, melakukan tindakan pengamatan atau observasi dan analisis atau refleksi.
5.        Action oriented. Dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan (treatment) tertentu untuk memperbaiki PBM dikelas. Jadi, tindakan dalam PTK adalah sebagai alat atau cara untuk memperbaiki masalah dalam PBM yang dihadapi guru dikelas. Perbedaan yang menonjol antara PTK dengan penelitian penelitian lainnya adalah harus ada perbaikan tindakan yang dirancang untuk mengatasi masalah yang dihadapi saat itu dalam konteks dan situasi saat itu pula. Tindakan (action) itu benar-benar dimaksudkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi, bukan untuk mengembangkan atau menguji sebuah teori, dan juga tidak dimaksudkan untuk menari solusi yang berlaku umum disetiap situasi dan kondisi. Jadi, tidak perlu ada generalisasi hasil PTK. Disamping adanya tindakan, dalam PTK tindakan yang dilakukan tadi harus ditelaah, kelebihan dan kekurangannya, pelaksanaannya, kesesuaiannya dengan tujuan semula, penyimpangan yang terjadi selama pelaksanaan. Telaah terhadap tindakan ini dilakukan pada saat pengamatan atau observasi.
6.        Pengkajian terhadap dampak tindakan. Dampak tindakan yang dilakukan harus dikaji apakah sesuai dengan tujuan, apakah memberikan dampak positif lain yang tidak diduga sebelumnya, atau bahkan menimbulkan dampak negatif yang merugikan pesertan didik.   
7.        Specifics contextual. Aktivitas PTK dipicu oleh permasalahan praktis yang dihadapi oleh guru dalam PBM di lahan kelas. Permasalahan dalam PTK adalah permasalahan yang sifatnya spesifik kontekstual dan situasional sesuai dengan karakteristik siswa dalam kelas tersebut. Oleh karena itu dalam PTK berbeda dengan penelitian pada umumnya. Misalnya penelitia survey, ekperimen, deskripsi dan beberapa jenis penelitian lainnya. Dalam PTK populasi dan sempelnya tidak terlalu canggih sebagaimana penelitian pada umumnya. Metodologi dalam PTK bersifat longgar dan fleksibel tidak terlalu mengedepankan pembukuan instrumen. Namun, sebagai kajian ilmiah pengumpulan data dalam PTK tetap dilakukan dengan menekankan objektifitas. Tujuan PTK bukan menemukan pengetahuan baru yang dapat digeneralisasikan, tetapi bersifat pragmatis dan praktis, yakni memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM dikelas. Solusi terhadap masalah-masalah yang digarap di dalam suatu kegiatan PTK tdak untuk digeneralisasikan secara langsung. Jadi, setiap msalah yang muncul harus segera dicarikan solusinya untuk saat itu dan kondisi dan konteks saat iru pula. Tidak harus menunggu suatu cara penyelesaian yang dapat berlaku umum di setiap situasi, konidsi, dan konteks. Namun demikian, tidak berarti PTK tidak dapat menemukan solusi yang bersifat general. Dari kegiatan PTK yang berkesinambungan dan terorganisasi dengan baik, pola situasi umum untuk beberapa masalah akan muncul sehingga generalisasi hasil suatu kegiatan PTK mungkin juga dicapai tetapi setelah melalui beberapa kegiatan PTK.
8.        Participatory (collaborative). PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat. Jadi, dalam PTK perlu ada partisipaasi dari pihak lain yang berperan sebagai pengamat. Hal ini diperlukan untuk mendukung objektivitas dari hasil PTK. Kolaborasi dalam pelaksanaannya, seperti antara guru dengan rekan sejawat, guru dengan kepala sekolah, guru dengan widyaswara dengan dosen dan guru dengan pengawas.
9.        Peneliti sekaligus sebagai praktis yang melakukan refleksi. Kegiatan penting lainnya dalam PTK adalah adanya reflesi. Dalam refleksi ini banyak hal yang harus dilakukan, yaitu mulai dari mengevaluasi tindakan sampai dengan memutuskan apakah masalah itu tuntas atau perlu tindakan lain dalam siklus berikutnya. Refleksi adalah merenungkan apa yang sudah kita kerjakan baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Sebenarnya kegiatan refleksi ini sering dilakukan guru tanpa guru itu menyadarinya. Sebagai contoh refleksi yang sering dilakukan oleh guru adalah pada saat seorang guru mengeluhkan tingkah laku negatif seorang siswa atau sekelompok siswa di dalam kelas ketika proses belajar mengajar. Dengan melakukan kegiatan refleksi menyebabkan munculnya berbagai pertanyaan pada diri seorang guru, seperti: jangan-jangan ia mengajar kurang baik, atau jangan-jangan penampilannya kurang disukai siswa, atau jangan-jangan siswa merasa bosan dengan pelajarang yang ia ajarkan, atau jangan-jangan siswa kurang tertarik kepada pelajaran itu, atau seterusnya. Jadi sebenarnya guru sering sekali melakukan kegiatan refleksi terhadapr apa yang terjadi dalam PBM di kelasnya itu guru tersebut tertarik untuk mencari solusinya dengan melakukan kegiatan PTK atau keluhan-keluhan tersebut berlalu begitu saja.
10.    Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus di mana dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planing), tidakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection) dan selanjutnya diulang kembali beberapa siklus.
Sedangkan menurut Richart Winter, ada 6 karakteristik PTK[17]:
1.    Kritik refleksi; salah satu langkan dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan kegiatan suatu aksi.
2.    Kritik dialektik; peneliti melakukan kritik terhadap fenomena yang di telitinya.
3.    Kolaboratif; di dalam PTK diperlukan adanya suatu kerjasama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, peserta didik dan sebagainya. Ke semuanya itu di harapkan dapat di jadikan sumber data atau data sumber.
4.    Resiko; dengan adanya ciri resiko di harapkan dan di tuntut agar peneliti berani mengambil resiko, terutama pada aktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada di antaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi
5.    Susunan jamak; bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif.
6.    Internalisasi Teori dan Praktik; Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung transformasi.
Jadi, karakteristik PTK yang paling jelas adalah bahwa penelitian ini  bukan sekedar ingin tahu persoalan, tapi ingin mencari solusi persoalan dalam rangka memperbaiki keadaan pembelajaran.


BAB III
PENUTUP
3.1.       Kesimpulan
Ditinjau dari berbagai aspek, penelitian memiliki berbagai macam jenis, yang perlu kita ketahui, diantaranya: (1) Menurut tujuannya, yaitu penelitian eksploratif, deskriptif, eksperimen dan evaluasi, (2) Menurut model penelitiannya, yaitu, penelitian kualitatif dan kuantitatif, (3) Menurut ketersediaan data, ada penelitian eksperimen dan non eksperimen, (4) Berdasarkan manfaatnya, ada penelitian terapan dan penelitian dasar, dan (5) Menurut tempat, yaitu ada penelitian laboratorium, lapangan dan perpustakaan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah salah satu penelitian yang dapat digunakan sebagai ajang pembelajaran yang terbaik bagi guru. Seorang guru akan menjadi guru yang luar biasa, ketika ia mampu melaporkan penelitiannya dalam bentuk karya tulis ilmiah. Karena Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merukan suatu tindakan yang digunakan oleh guru didalam kelas guna meningkatkan dan memperbaiki praktek-praktek pembelajaran agar lebih baik, professional dan bermutu.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2009. “Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Guru”. Bandung: CV Yrama Widya
Kartini Kartono.1996. “Pengantar Metodologi Riset Sosial”. Bandung: Mandar Maju
Kunandar. 2013. “Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan”. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Mahmud dan Tedi Priatna. 2008. “Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktik”. Bandung: Tsabita
Moh. Nazir, 2003. “Metode Penelitian”. Jakarta: Ghalia Indonesia
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif; Teori dan Aplikasi”.  Jakarta: Raja Grafindo Persada
Saifuddin Azwar, 2003. Metode Penelitian”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suyadi. 2015. “Panduan Penelitian Tindakan Kelas”. Jogjakarta: DIVA Press





[1] Mahmud dan Tedi Priatna. Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktik. (Bandung: Tsabita. 2008) hlm. 1
[2] Suyadi. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. (Jogjakarta: DIVA Press. 2015), hlm. 5
[3] Aqib, Zainal. “Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Guru”. (Bandung: CV Yrama Widya, 2009), hlm. 14
[4] Ibid, hlm. 15
[5] Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm.5
[6] Zainal Aqib, loc.cit, hlm 15
[7] Saifuddin Azwar, loc.cit, hlm. 5-6
[8] Zainal Aqib, loc.cit, hlm 15-16
[9] Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 26 
[10] Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif; Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 38
[11] Ibid, hlm. 39
[12] Moh. Nazir, loc.cit, hlm. 27
[13] Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1996), hlm. 31-33
[14] Suyadi. Op.cit.  hlm.18
[15] Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2013) hlm. 56-58
[16] Ibid, hlm. 58-64
[17]Mahmud dan Tedi Priatna, op.cit. hlm. 26-28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar