BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penelitian adalah
terjemahan dari bahasa Inggris research. Research berasal dari kata re,
yang berarti kembali dan to search yang berarti mencari. Dengan
demikian arti sebenarnya dari research adalah mencari kembali, pencarian
ulang. Dalam bahasa Indonesia, kata research dibakukan menjadi riset[1].
Setelah kita mengetahui
apa itu penelitian, maka hal selanjutnya yang akan dibahas dalam pembuatan
makalah ini yaitu jenis-jenis penelitian, kenapa hal itu perlu dibahas, karena
penelitian itu beragam, yang semua itu tentunya memiliki peran dan fungsi yang
berbada antara satu dengan yang lainnya, sehingga kita akan tau jenis
penelitian apa yang akan dilaksanakan dan sering dilaksakan di lapangan, baik
itu oleh ilmuwan, guru atau mahasiswa sekalipun. Salah satu jenis penelitian
diantaranya yaitu Penelitian Tindakan Kelas atau yang sering kita sebut dengan
PTK, yang mana PTK ini merupakan salah satu tindakan yang sengaja dimunculkan
yang terjadi di dalam kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
pembelajaran di kelas agar lebih baik.
Penelitian Tindakan
Kelas ini biasanya dilakukan oleh seorang guru untuk mengetahui bagaimana kondisi
kegiatan belajar mengajar dikelas apakah terlaksana dengan baik atau tidak,
bagaiamana menemukan solusinya dan cara memperbaikinya, karena tugas seorang
guru tidak hanya menyampaikan suatu materi pembelajaran saja melainkan
bagaimana cara membuat siswanya mau belajar.
Selain itu, guru yang
hebat adalah guru yang berupaya untuk belajar, disamping ia mengajar. Dan,
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah ajang pembelajaran yang terbaik bagi
guru. Seorang guru akan menjadi guru yang luar biasa, ketika ia mampu
melaporkan penelitiannya dalam bentuk karya tulis ilmiah[2].
Untuk
mengatahui lebih dalam lagi mengenai Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maka
dalam makalah ini selain akan membahas mengenai jenis-jenis penelitian juga
akan membahas mengenai ciri khas dan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
(PTK).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang belakang diatas, adapun masalah yang ingin digali dalam
pembuatan makalah ini seperti terangkum dalam pertanyaan-pertanyaan dibawah
ini:
1. Apasaja
jenis-jenis penelitian?
2. Apa
ciri khas Penelitian Tindakan Kelas (PTK)?
3.
Bagaimana karakteristik Penilitian
Tindakan Kelas (PTK)?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui jenis-jenis penelitian.
2. Untuk
mengetahui ciri khas Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
3. Untuk
mengetahui karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Jenis-Jenis Penelitian
Bagi seseorang yang memang ingin
mendalami penelitian, perlu mengenal lebih banyak dan rinci tentang jenis-jenis
penelitian yang ditinjau dari berbagai aspek dan menunjuk pada nama model dan
pendekatan penelitiannya. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa jenis
penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Menurut tujuannya
a. Penelitian eksploratif yang dilakukan
oleh peneliti untuk mengetahui sesuatu dengan cara menggali atau mengeksplor.
b. Penelitian deskriptif
dilakukan oleh peneliti untuk megumpulkan informasi atau data tentang fenomena
yang diteliti, misalnya kondisi sesuatu atau kejadian, atau faktor-faktor
penyebab terjadinya sesuatu.
c. Penelitian eksperimen
adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari adanya perlakuan
yang dengan sengaja dikenakan pada subjek.
d. Penelitian evaluasi
yang dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan suatu kebijakan. Jika ada
hambatan, dapat diketahui apa hambatan tersebut kemudian dapat menentukan cara-cara
dalam rangka mengatasi hambatan yang dimaksud[3].
2. Menurut model penelitian/teknik pengumpulan data
a. Penelitian kuantitatif,
yang dilakukan dengan cara menggambarkan data dalam bentuk angka-angka yang
sifatnya kuantitatif, sehingga dapat digunakan untuk meramalkan kondisi yang
lebih luas yaitu populasi, dan masa yang akan datang[4].
Penelitian kuantitatif lebih menekankan analisisnya pada data-data numerical
(angka) yang diolah dengan metode statistik. Pada dasarnya, pendekatan
kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka
pengujian hepotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada pada suatu
probabilitas kesalahan penolakan hepotesis nihil. Dengan metode kuantitatif
akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar
variabel yang diteliti. Pada umumnya penelitian kuantitatif merupakan
penelitian sampel besar[5]
b. Penelitian kualitatif,
yang dilakukan secara cermat, mendalam dan rinci sehingga dapat mengumpulkan
data yang sangat lengkap dan dapat menghasilkan informasi yang menunjukkan
kualitas sesuatu[6]. Penelitian kualitatif
lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif
serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antarfenomena yang diamati,
dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti bahwa penelitian
kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif akan tetapi
penekanannya tidak pada pengujian hepotesis melainkan pada usaha menjawab
pertanyaan penelitian melalui cara-cara berfikir formal dan argumentatif.
Banyak penelitian kualitatif yang merupakan penelitian sampel kecil[7].
3. Menurut keberadaan atau tersedianya data
a. Penelitian eksperimen,
seperti sudah disebutkan, dilakukan penelitian untuk memunculkan perlakuan atau
treatment, jadi data dalam penelitian eksperimen belum tersedia sebelum
perlakuan dilakukan.
b. Penelitian non eksperimen,
yaitu penelitian yang dilakukan terhadap data yang sudah ada atau tersedia
tanpa ditimbulkan oleh adanya perlakuan atau treatment. Dalam penelitian
eksperimen ini peneliti mencermati dampak atau akibat dari pemberian sebuah
perlakuan[8].
4. Klasifikasi penelitian berdasarkan manfaat penelitian
Ditinjau berdasarkan manfaatnya, penelitian bisa
dibedakan dalam dua macam penelitian, yaitu:
a.
Penelitian dasar
(basic research)
Penelitian
dasar disebut pula sebagai penelitian murni (pure research), adalah
pencarian terhadap sesuatu karena ada perhatian dan keingintahuan terhadap
hasil suatu aktifitas. Penelitian dasar dikerjakan tanpa memikirkan ujung
praktis atau titik terapan. Hasil dari penelitian dasar adalah pengetahuan umum
dan pengertian-pengertian tentang alam serta hukum-hukumnya. Pengetahuan umum
ini merupakan alat untuk memecahkan masalah-masalah praktika, walaupun ia tidak
memberikan jawaban yang menyeluruh untuk tiap masalah tersebut. Penelitian
terapanlah yang akan menjawab masalah-masalah praktis
tersebut[9].
Penelitian
ini merupakan penelitian yang manfaatnya dirasakan untuk waktu yang lama dalam
artian kegunaan hasil penelitian itu tidak segera dipakai namun dalam waktu
jangka panjang juga akan terpakai. Lamanya manfaat ini lebih karena penelitian
ini biasanya dilakukan karena kebutuhan peneliti sendiri. Penelitian dasar juga
mencakup penelitian-penelitian yang dilakukan dalam kerangka akademis[10].
b. Penelitian
Terapan (Applied Research)
Berbeda
dengan penelitian dasar, pada penelitian terapan, manfaat dari hasil penelitian
dapat segera dirasakan oleh berbagai kalangan. Penelitian terapan biasanya
dilakukan untuk memecahkan masalah yang ada sehingga hasil penelitian harus
segera dapat diaplikasikan[11].
Hasil penelitian tidak perlu sebagai satu penemuan baru, tetapi merupakan
aplikasi baru dari penelitian yang telah ada. Peneliti yang mengerjakan
penelitian dasar atau penelitian murni tidak mengharapkan hasil penelitiannya
digunakan secara praktika. Para peneliti terapanlah yang akan merinci penemuan
penelitian dasar untuk keperluan praktis dalam bidang-bidang tertentu. Tiap
ilmuwan yang mengerjakan penelitian terapan mempunyai keinginan agar dengan
segera hasil penelitiannya dapat digunakan masyarakat dalam berbagai bidang.[12]
5. Klasifikasi penelitian berdasarkan tempat pelaksanaannya
Penggolongan
penelitian menurut tempat pelaksanaannya, dapat dibagi menjadi tiga macam,
yaitu[13]:
a. Penelitian
laboratorium
Penelitian
jenis ini dilakukan dalam suatu tempat khusus untuk mengadakan studi ilmiah dan
kerja ilmiah. Tujuan penelitian laboratorium untuk ilmu pengetahuan sosial
ialah: mengumpulkan data, mengadakan analisa, mengadakan test, serta memberikan
interpretasi terhadap sejumlah data, sehingga orang bisa meramalkan
kecenderungan gerak satu gejala sosial dalam satu masyarakat tertentu.
Laboratorium pengetahuan sosial ini memberikan bimbingan pada sejumlah ilmuwan
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan untuk melakukan penelitian secara
kooperatif.
b. Penelitian
lapangan (field research)
Penelitian
lapangan dilakukan dalam kancah kehidupan sebenarnya. Misalnya saja penelitian
tentang kehidupan para guru, masalah religiusitas masyarakat desa, penelitian
anak-anak pencandu narkoba, dan lain-lain. Penelitian lapangan pada hakekatnya
merupakan metode untuk menemukan secara khusus dan realistis apa yang tengah
terjadi pada suatu saat di tengah masyarakat. Jadi, mengadakan penelitian
mengenai beberapa masalah aktual yang kini tengah berkecamuk dan mengekspresikan
diri dalam bentuk gejala atau proses sosial.
c. Penelitian
perpustakaan (library research)
Penelitian perpustakaan bertujuan untuk
mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-macam material yang
terdapat di ruang perpustakaan, misalnya berupa; buku-buku, majalah,
naskah-naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen-dokumen, dan lain-lain. Pada
hakekatnya, data yang diperoleh dengan jalan penelitian perpustakaan tersebut
dijadikan fundasi dasar dan alat utama bagi praktek penelitian di tengah
lapangan.
2.2. Ciri-Ciri Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan
belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersamaan[14].
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki beberapa ciri yang dapat membedakannya
dengan penelitian yang lain, adapun ciri-ciri tersebut dapat dibedakan menjadi
dua, yakni ciri-ciri umum dan ciri-ciri khusus. Ciri-ciri umum adalah sebagai
berikut[15]
1. Situasional,
kontekstual, berskala kecil, praktis, terlokalisasi, dan secara langsung
relevan dengan situasi nyata dalam dunia kerja. Ia berkenaan dengan diagnosis
atau masalah dalam konteks tertentu da usaha untuk memecahkan masalah dalam
konteks tersebut. Subjeknya bisa siswa di kelas, petatar di kelas penataran,
mahasiswa dan dosen di ruang kuliah dan sebagainya.
2.
Memberikan
kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah praktis. Penelitian
tindakan kelas juga bersifat empiris, artinya ia mengandalkan observasi nyata
dan data perilaku.
3.
Fleksibel dan
adaptif sehingga memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dan
pengabaian pengontrolan karena lebih menekankan sifat tanggap dan pengujicobaan
serta pembaharuan di tempat kejadian atau pelaksanaan PTK.
4.
Partisipatori
karena peneliti dan atau anggota tim peneliti sendiri ambil bagian secara
langsung atau tidak langsung dalam melakukan PTK.
5.
Self-evaluation,
yaitu modifikasi secara kontinu yang di evaluasi dalam situasi yang ada, yang
tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan cara
tertentu.
6.
Perubahan dalam
praktik didasari pengumpulan informasi atau data yang memberikan dorongan untuk
terjadinya perubahan.
7.
Secara ilmiah
kurang ketat karena keshahihan internal dan eksternalnya lemah meskipun di
upayakan untuk dilakukan secara sistematis dan ilmiah.
Sementara itu,
ciri-ciri khusus Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:
1.
Dalam PTK ada
komitmen pada peningkatan pendidikan. Komitmen tersebut memungkinkan setiap
yang terlibat memberikan andil yang berarti demi tercapainya peningkatan yang
mereka sendiri dapat ikut rasakan.
2.
Dalam PTK, ada
maksud jelas untuk melakukan intervensi ke dalam dan meningkatkan pemahaman dan
praktik seseorang serta untuk menerima tanggung jawab dirinya sendiri.
3.
Pada PTK melekat
tindakan yang berpengetahuan, berkomitmen dan bermaksud. Tindakan dalam PTK
direncanakan berdasarkan hasil refleksi kritis terhadap praktik terkait
berdasarkan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Tindakan dalam PTK juga
dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat di ubah ke
arah perbaikan.
4.
Dalam PTK
dilakukan pemantauan sistemik untuk menghasilkan data atau informasi yang
valid. Mengingat hasil PTK adalah pemahamn yang lebih baik terhadap praktik dan
pemahaman tentang bagaimana perbaikan ini telah terjadi, pengumpulan datanya
harus sistematis sehingga peneliti dapat mengetahui arah perbaikannya dan juga
dalam hal apa pembelajaran telah terjadi.
5.
PTK melibatkan
deskripsi autentik tentang tindakan. Deskripsi disini bukan penjelasan,
melainkan rangkaian certita tentang kegiatan yang telah terjadi dan biasanya
dalam bentuk laporan.
6.
Perlunya
validasi. Dalam hal ini melibatkan: (1) Pembuatan pernyataan; (2) Pemeriksaan
kritis terhadap pernyataan lewat pencocokkan dengan bukti; dan (3) Pelibatan
pihak lain dalam validasi.
Validasi terjadi dalam beberapa
tingkatan, yakni (1) Validasi diri, yaitu penjelasan yang diberikan peneliti
tentang taktik atau kegiatan yang telah dilaksanakan; (2) Validasi sejawat,
yaitu pemeriksaan kritis terhadap bukti oleh teman sejawat, sehingga dapat
dihindari penyampuradukkan deskripsi dengan penjelasan, data dengan bukti dan
menyediakan kompensasi bagi kelemahan karena kurang lengkapnya catatan; dan (3)
Validasi publik, yaitu upaya meyakinkan publik tentang kebenaran klaim
peneliti.
2.3. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
PTK berbeda dengan penelitian formal
(konvensional) pada umumnya. PTK memiliki beberapa karakteristik, sebagai
berikut[16].
1.
On-the job
problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah riil atau nyata yang muncul
dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab
peneliti). Dengan demikian, PTK didasarkan pada masalah yang benar-benar
dihadapi guru dalam proses belajar-mengajar di kelas.
2.
Problem solving
oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). PTK yang dilakukan oleh guru
dilakukan sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam
PBM di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu sebagai upaya
menyempurnakan proses pembelajaran di kelasnya. PTK akan dilaksanakan jika guru
sejak awal dan dini menyadari ada permasalahan dalam peraktik pembelajaran
sehari-hari yang dihadapi guru. Jika guru merasa bahwa apa yang dilakukannya
dikelas dalam PBM tidak bermasalah PTK tidak diperlukan. Dengan kata lain, PTK diperlukam
jika guru merasa ada yang tidak beres dalam PBM dikelas dan ia merasa perlu
untuk memperbaiki secara profesional.
3.
Improvement-oriented
(berorientasi pada peningkatan mutu). PTK dilaksanakan dalam kerangka untuk
memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM yang dilakukan oleh guru di kelasnya.
Dengan peningkatan mutu pendidikan secara makro. PTK bertujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran dengan asumsi bahwa semakin
baik kualitas proses pembelajaran maka semakin baik pula hasil belajar yang
dicapai oleh siswa.
4.
Ciclic (siklus).
Konseo tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari
beberapa tahap berdaur ulang (cyclical). Siklus dalam PTK terdiri dari empat
tahapan, yakni perencanaan tindakan, melakukan tindakan pengamatan atau
observasi dan analisis atau refleksi.
5.
Action oriented.
Dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan (treatment) tertentu untuk
memperbaiki PBM dikelas. Jadi, tindakan dalam PTK adalah sebagai alat atau cara
untuk memperbaiki masalah dalam PBM yang dihadapi guru dikelas. Perbedaan yang
menonjol antara PTK dengan penelitian penelitian lainnya adalah harus ada
perbaikan tindakan yang dirancang untuk mengatasi masalah yang dihadapi saat
itu dalam konteks dan situasi saat itu pula. Tindakan (action) itu benar-benar
dimaksudkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi, bukan untuk mengembangkan
atau menguji sebuah teori, dan juga tidak dimaksudkan untuk menari solusi yang
berlaku umum disetiap situasi dan kondisi. Jadi, tidak perlu ada generalisasi
hasil PTK. Disamping adanya tindakan, dalam PTK tindakan yang dilakukan tadi
harus ditelaah, kelebihan dan kekurangannya, pelaksanaannya, kesesuaiannya
dengan tujuan semula, penyimpangan yang terjadi selama pelaksanaan. Telaah
terhadap tindakan ini dilakukan pada saat pengamatan atau observasi.
6.
Pengkajian
terhadap dampak tindakan. Dampak tindakan yang dilakukan harus dikaji apakah
sesuai dengan tujuan, apakah memberikan dampak positif lain yang tidak diduga
sebelumnya, atau bahkan menimbulkan dampak negatif yang merugikan pesertan
didik.
7.
Specifics
contextual. Aktivitas PTK dipicu oleh permasalahan praktis
yang dihadapi oleh guru dalam PBM di lahan kelas. Permasalahan dalam PTK adalah
permasalahan yang sifatnya spesifik kontekstual dan situasional sesuai dengan
karakteristik siswa dalam kelas tersebut. Oleh karena itu dalam PTK berbeda
dengan penelitian pada umumnya. Misalnya penelitia survey, ekperimen, deskripsi
dan beberapa jenis penelitian lainnya. Dalam PTK populasi dan sempelnya tidak
terlalu canggih sebagaimana penelitian pada umumnya. Metodologi dalam PTK
bersifat longgar dan fleksibel tidak terlalu mengedepankan pembukuan instrumen.
Namun, sebagai kajian ilmiah pengumpulan data dalam PTK tetap dilakukan dengan
menekankan objektifitas. Tujuan PTK bukan menemukan pengetahuan baru yang dapat
digeneralisasikan, tetapi bersifat pragmatis dan praktis, yakni memperbaiki
atau meningkatkan mutu PBM dikelas. Solusi terhadap masalah-masalah yang
digarap di dalam suatu kegiatan PTK tdak untuk digeneralisasikan secara
langsung. Jadi, setiap msalah yang muncul harus segera dicarikan solusinya
untuk saat itu dan kondisi dan konteks saat iru pula. Tidak harus menunggu
suatu cara penyelesaian yang dapat berlaku umum di setiap situasi, konidsi, dan
konteks. Namun demikian, tidak berarti PTK tidak dapat menemukan solusi yang
bersifat general. Dari kegiatan PTK yang berkesinambungan dan terorganisasi
dengan baik, pola situasi umum untuk beberapa masalah akan muncul sehingga
generalisasi hasil suatu kegiatan PTK mungkin juga dicapai tetapi setelah
melalui beberapa kegiatan PTK.
8.
Participatory
(collaborative). PTK dilaksanakan secara kolaboratif
dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat. Jadi, dalam PTK perlu
ada partisipaasi dari pihak lain yang berperan sebagai pengamat. Hal ini
diperlukan untuk mendukung objektivitas dari hasil PTK. Kolaborasi dalam
pelaksanaannya, seperti antara guru dengan rekan sejawat, guru dengan kepala
sekolah, guru dengan widyaswara dengan dosen dan guru dengan pengawas.
9.
Peneliti
sekaligus sebagai praktis yang melakukan refleksi. Kegiatan penting lainnya
dalam PTK adalah adanya reflesi. Dalam refleksi ini banyak hal yang harus
dilakukan, yaitu mulai dari mengevaluasi tindakan sampai dengan memutuskan
apakah masalah itu tuntas atau perlu tindakan lain dalam siklus berikutnya.
Refleksi adalah merenungkan apa yang sudah kita kerjakan baik di dalam kelas
maupun diluar kelas. Sebenarnya kegiatan refleksi ini sering dilakukan guru
tanpa guru itu menyadarinya. Sebagai contoh refleksi yang sering dilakukan oleh
guru adalah pada saat seorang guru mengeluhkan tingkah laku negatif seorang
siswa atau sekelompok siswa di dalam kelas ketika proses belajar mengajar.
Dengan melakukan kegiatan refleksi menyebabkan munculnya berbagai pertanyaan
pada diri seorang guru, seperti: jangan-jangan ia mengajar kurang baik, atau
jangan-jangan penampilannya kurang disukai siswa, atau jangan-jangan siswa
merasa bosan dengan pelajarang yang ia ajarkan, atau jangan-jangan siswa kurang
tertarik kepada pelajaran itu, atau seterusnya. Jadi sebenarnya guru sering
sekali melakukan kegiatan refleksi terhadapr apa yang terjadi dalam PBM di
kelasnya itu guru tersebut tertarik untuk mencari solusinya dengan melakukan
kegiatan PTK atau keluhan-keluhan tersebut berlalu begitu saja.
10. Dilaksanakan
dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus di mana dalam satu siklus
terdiri dari tahapan perencanaan (planing), tidakan (action), pengamatan
(observation), dan refleksi (reflection) dan selanjutnya diulang kembali
beberapa siklus.
Sedangkan menurut
Richart Winter, ada 6 karakteristik PTK[17]:
1. Kritik
refleksi; salah satu langkan dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan
khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai
latar dan kegiatan suatu aksi.
2. Kritik
dialektik; peneliti melakukan kritik terhadap fenomena yang di telitinya.
3. Kolaboratif;
di dalam PTK diperlukan adanya suatu kerjasama dengan pihak-pihak lain seperti
atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, peserta didik dan sebagainya. Ke
semuanya itu di harapkan dapat di jadikan sumber data atau data sumber.
4. Resiko;
dengan adanya ciri resiko di harapkan dan di tuntut agar peneliti berani
mengambil resiko, terutama pada aktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang
mungkin ada di antaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk
melakukan suatu transformasi
5. Susunan
jamak; bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua komponen pokok supaya
bersifat komprehensif.
6. Internalisasi
Teori dan Praktik; Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori dan
praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya
merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya
berfungsi untuk mendukung transformasi.
Jadi,
karakteristik PTK yang paling jelas adalah bahwa penelitian ini bukan sekedar ingin tahu persoalan, tapi
ingin mencari solusi persoalan dalam rangka memperbaiki keadaan pembelajaran.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ditinjau dari
berbagai aspek, penelitian memiliki berbagai macam jenis, yang perlu kita
ketahui, diantaranya: (1) Menurut tujuannya, yaitu penelitian eksploratif,
deskriptif, eksperimen dan evaluasi, (2) Menurut model penelitiannya, yaitu, penelitian
kualitatif dan kuantitatif, (3) Menurut ketersediaan data, ada penelitian
eksperimen dan non eksperimen, (4) Berdasarkan manfaatnya, ada penelitian
terapan dan penelitian dasar, dan (5) Menurut tempat, yaitu ada penelitian
laboratorium, lapangan dan perpustakaan.
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) adalah salah satu penelitian yang dapat digunakan sebagai ajang
pembelajaran yang terbaik bagi guru. Seorang guru akan menjadi guru yang luar
biasa, ketika ia mampu melaporkan penelitiannya dalam bentuk karya tulis ilmiah.
Karena Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merukan suatu tindakan yang digunakan
oleh guru didalam kelas guna meningkatkan dan memperbaiki praktek-praktek
pembelajaran agar lebih baik, professional dan bermutu.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2009. “Penelitian
Tindakan Kelas: Untuk Guru”. Bandung: CV Yrama Widya
Kartini Kartono.1996. “Pengantar
Metodologi Riset Sosial”. Bandung: Mandar Maju
Kunandar. 2013. “Langkah Mudah
Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan”. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Mahmud dan Tedi Priatna. 2008. “Penelitian
Tindakan Kelas Teori dan Praktik”. Bandung: Tsabita
Moh.
Nazir, 2003. “Metode Penelitian”. Jakarta: Ghalia Indonesia
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2008.
“Metode
Penelitian Kuantitatif; Teori dan Aplikasi”. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Saifuddin Azwar, 2003. “Metode
Penelitian”.
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Suyadi. 2015. “Panduan
Penelitian Tindakan Kelas”. Jogjakarta: DIVA Press
[1]
Mahmud dan Tedi Priatna. Penelitian
Tindakan Kelas Teori dan Praktik. (Bandung: Tsabita. 2008) hlm. 1
[4]
Ibid, hlm. 15
[5] Saifuddin
Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm.5
[7] Saifuddin Azwar,
loc.cit, hlm. 5-6
[9] Moh. Nazir, Metode
Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 26
[10] Prasetyo,
Bambang dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif; Teori
dan Aplikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 38
[13] Kartini Kartono, Pengantar
Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1996), hlm. 31-33
[14] Suyadi. Op.cit. hlm.18
[15] Kunandar. Langkah Mudah
Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan. (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada. 2013) hlm. 56-58
[16] Ibid, hlm. 58-64
[17]Mahmud dan Tedi Priatna, op.cit.
hlm. 26-28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar