Jumat, 04 Maret 2016

Arti Penting Perkembangan Sosial dan Moral Bagi Proses Belajar Agama

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Didalam psikolog pendidikan ada tiga ranah  perkembangan psiko-fisik yang dipandang memiliki  keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa. Proses-proses perkembangan tersebut meliputi:
1.      Perkembangan motorik (motor development)
2.      Perkembangan kognitif (cognitive development)
3.      Perkembangan sosial dan moral anak (social and moral developmentt)
Namun, pada pendidikan sekarang ini, pendidik lebih cenderung memperhatikan perkembangan motorik dan kognitif saja tanpa memperhatikan pentingnya perkembangan sosial dan moral anak. Padahal perkembangan sosial dan moral anak sama pentingnya seperti perkembangan motorik dan perkembangan kognitif.
Perkembangan sosial dan moral adalah proses perkembangan yang harus dilalui oleh peserta didik, karena proses sosial dan moral yang akan menentukan bagaimana anak bisa berinteraksi dengan lingkungannya dan dapat diterima sebagai individu maupun kelompok masyarakat. Oleh karena itu, perkembangan sosial dan moral memiliki arti penting dalam proses belajar. Berdasarkan pemaparan diatas, penulis akan membahasnya dalam makalah yang berjudul: Arti penting perkembangan sosial dan moral bagi proses belajar agama.



ARTI PENTING PERKEMBANGAN SOSIAL DAN MORAL BAGI PROSES BELAJAR AGAMA
A.    Pengertian Perkembangan Sosial dan  Moral
Menurut Muhibbin Syah (2013:36) pendidikan, ditinjau dari sudut psikososial (kejiwaan kemasyaraktan), adalah upaya penumbuh kembangan sumber daya manusia melalui proses hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi) yang berlangsung dalam lingkungan masyarakat yang terorganisasi, dalam hal ini masyarakat pendidikan dan keluarga.
Menurut Hartono (2002: 126-171) dalam aspek sosial, dikenal adanya istilah perkembangan sosial, yaitu sebuah proses sosialisasi (penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial) dalam berintegrasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Proses ini sangat bergantung pada faktor intelektual dan emosional. Adapun dari aspek moral dikenal istilah perkembangan moral yaitu sebuah proses untuk memperoleh kemampuan membedakan antara perbuatan yang benar dengan yang salah (kendali dalam bertingkah laku) berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam kehidupannya.
Perkembangan sosial dan moral (social and moral development), yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak berkomunikasi dengan orang lain, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.
B.     Perkembangan Sosial dan Moral Siswa
Menurut Muhibbin Syah (2014:74) pendidikan baik yang berlangsung secara formal di sekolah maupun yang berlangsung secara informal dilingkungan keluarga memiliki peranan penting dalam perkembangan psikososial siswa. Perkembangan psikososial siswa adalah proses perkembangan kepribadian siswa selaku seorang anggota masyarat dalam berhubungan dengan orang lain.
Seperti dalam proses perkembangan lainnya, proses perkembangan  sosial dan moral siswa juga selalu berkaitan dengan proses belajar. Kosekuensinya, kualitas hasil perkembangan sosial siswa sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial).
Seperti hadis Rasulullah saw yang artinya : Dari Al-Aswady ibn Sari berkata, Rasulullah SAW Bersabda: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orangtuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani, dan majusi (HR. Abu Yala, Ath-Thabrani dan Baihaqi).
Peran orangtua sangat penting dalam memberikan pendidikan agama pada anaknya dan membimbing  anaknya kepada kebaikan dengan berpedoman pada ajaran agama, dalam hal ini lingkungan menjadi faktor utama pembentukan agama pada diri anak. Guru agama sebagai orang yang ditunjuk oleh orangtua (salah satu upaya melaksanakan kewajibannya memberikan pendidikan agama pada anak), memiliki kewajiban untuk mengajari anak belajar agama dengan metode yang tepat di lingkungan sekolah sesuai dengan tingkat perkembangan sosial dan moral anak. 
Menurut Muhibbin Syah (2014:74-75) dalam dunia psikolog belajar terdapat aneka ragam mazhab (aliran pemikiran) yang berhubungan dengan perkembangan sosial. Diantara ragam mazhab, perkembangan sosial ini yang paling menonjol dan layak dijadikan rujukan ialah, 1) aliran teori cognitive psychology dengan tokoh utama Jean Piaget dan Lawrence Kohelbergh ; 2) Aliran teori social learning dengan tokoh utama Albert Bandura dan R.H Walters. Tokoh-tokoh psikologi tersebut telah banyak melakukan penelitian dan pengkajian sosial perkembangan anak usia sekolah dasar dan menengah dengan penekanan khusus pada perkembangan moralitas mereka.
Perkembangan sosial hampir dapat dipastikan sama dengan perkembangan moral, sebab perilaku moral pada umumnya merupakan unsur fundamental dalam bertingkah laku sosial.
Piaget and kohelberg menekankan bahwa pemikiran moral seorang anak terutama ditentukan oleh kematangan kapasitas kognitifnya.  Sedangkan disisi lain, lingkungan sosial merupakan pemasok materi mentah yang akan diolah oleh ranah kognitif anak secara aktif. Dalam interaksi sosial dengan teman-teman sepermainan sebagai contoh, terdapat dorongan sosial yang menantang anak tersebut untuk mengubah orientasi moralnya.
Pada tahap perkembangan kognitip yang memungkinkan sikap dan perilaku egosentrisme seorang anak berkurang, lazimnya pertimbangan moral (moral reasoning) anak tersebut menjadi lebih matang. Sebaliknya, anak-anak yang masih diliputi sikap dan perilaku mementingkan diri sendiri itu akan hanya mampu memahami kaidah sosial yang hanya menyadari kesalahan sosialnya dan sekaligus berperilaku moral secara memadai, pengenalan mereka terhadap wewenang orang dewasa dan penerimaan mereka terhadap aturannya perlu ditanamkan.
Menurut Muhibbin Syah (2013 : 38-39) Ada dua macam study yang dilakukan piaget mengenai perkembangan moral anak dan remaja yakni:
1.      Melakukan observasi terhadap sejumlah anak yang bermain kelereng dan menanyai mereka tentang aturan yang meeka ikuti
2.      Melakukan tes dengan menggunakan beberapa kisah yang menceritakan perubahan salah dan benar yang dilakukan anak-anak, lalu meminta responden (yang terdiri atas anak dan remaja) untuk menilai kisah-kisah tersebut berdasarkan pertimbangan moral mereka sendiri.
Selanjutnya, pengikut piaget, lawrence kohelbreg menemukan tiga tingkat pertimbangan moral yang dilalui manusia prayuwana, yuwana dan pascayuwana. Setiap perkembangan terdiri atas dua tahap perkembangan, sehingga secara keseluruhan perkembangan moral manusia itu terjadi dala enam tahap.
C.    Perkembangan Sosial dan Moral Menurut Teori Belajar Sosial
            Teori belajar sosial adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Salah seorang tokoh utama teori ini adalah Albert Bandura. Prinsip dasar belajar hasil temuan bandura termasuk belajar sosial dan moral. Menurut Barlow (1985), sebagian besar upaya belajar manusia terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling).
            Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditentukan pada perlunya conditioning. (pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan).
D.    Perkembangan Sosial dan Moral Bagi Proses Belajar Agama
Menurut Muhibbin Syah (2010:145) proses belajar yang harus dilalui siswa untuk pengembangan watak dan pengetahuan siswa agar menjadi sempurna, dipengaruhi oleh beberapa faktor. yaitu: (1) Faktor internal (keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa), (2) faktor eksternal (kondisi lingkungan disekitar siswa) (3) Faktor pendekatan belajar (strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran).
Faktor-faktor di atas berkaitan dengan perkembangan sosial dan moral siswa yang mempengaruhi proses belajar agama siswa (bersifat eksternal). Keterkaitan antara perkembangan sosial dan moral siswa dengan proses belajar agama memberikan konsekuensi yang logis dalam hal kualitas beragama. Ketika guru agama mampu menanamkan pemahaman agama terhadap siswanya dengan menumbuhkan kecintaan dalam diri siswa terhadap pelajaran agama yang disajikan olehnya, akan membantu siswa memiliki pemahaman kesadaran beragama dan menerapkan ajaran agama yang diajarkan dalam segala aspek kehidupannya, sehingga siswa memiliki kemampuan dalam bersikap dan berperilaku social yang selaras dengan norma moral agama, moral tradisi, dan nmoral hukum, dan norma moral lainnya yang berlaku dalam masyarakat siswa yang bersangkutan.


BAB III
PENUTUP
A.    SIMPULAN
1.      Perkembangan sosial dan moral (social  and  moral developmentt), adalah proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak berkomunikasi dengan orang lain.
2.      Pentingnya perkembangan sosial dan moral dalam pendidikan agar anak dapat diterima sebagai anggota masyarakat.
3.      Perkembangan sosial dan moral menurut piaget dan kohelberg ditentukan oleh kematangan kapasitas kognitifnya. Dan perkembangan sosial dan moral menurut teori belajar terjadi melalui peniruan (imitation) dan contoh (modeling).
4.      Proses belajar mengajar yang harus dilalui oleh siswa untuk pengembangan watak dan pengetahuan siswa agar menjadi sempurna dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya faktor eksternal.

B.     DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2012. “Psikologi Perkembangan Peserta Didik”, Bandung : PT Remaja Rosda karya
Sunarto-B. Agung Hartono, 2002, ”Perkembangan Peserta Didik”, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan-Rineka Cipta
Syah, Muhibbin. 2014. "Psikolog Pendidikan", Edisi Revisi, Bandung : PT Remaja Rosda karya.
Syah, Muhibbin. 2013. "Psikologi Belajar", Jakarta : Rajagrafindo Persada

2010. “Psikologi Belajar”, Jakarta : Rajagrafindo Persada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar