BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Bila kita membicarakan pembelajaran, ada beberapa
hal yang selalu disinggung, salah satunya prinsip-prinsip pembelajaran.
Prinsip-prinsip pembelajaran ini diperlukan oleh seorang pengajar agar dapat
melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik.
Prinsip-prinsip belajar dapat membimbing aktivitas
dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga guru dapat
bertindak secara tepat.
Proses belajar mengajar merupakan bagian terpenting
dalam mengimplementasikan kurikulum, termasuk memahami prinsip-prinsip
pembelajaran itu sendiri. Adapun untuk bisa mengetahui efektivitas dan juga
efisiensi suatu pembelajaran bisa kita lihat melalui kegiatan pembelajaran ini.
Oleh karena itu, dalam melakukan pembelajaran sudah sepatutnya seorang pengejar
mengetahui bagaimana cara untuk membuat kegiatan belajar bisa berjalan dengan
baik serta bisa mencapai tujuan sesuai dengan yang diinginkan.
prinsip-prinsip pembelajaran adalah bagian
terpenting yang wajib diketahui para pengajar sehingga mereka bisa memahami
lebih dalam prinsip tersebut dan seorang pengajar bisa membuat acuan yang tepat
dalam pembelajarannya. Dengan begitu pembelajaran yang dilakukan akan jauh
lebih efektif serta bisa mencapai target tujuan.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, Adapun
masalah-masalah yang ingin di gali dalam pembuatan makalah ini yaitu seperti
terangkum dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apa
saja jenis-jenis materi pembelajaran ?
2. Apa
pengertian prinsip pembelajaran itu?
3. Darimanakah
sumber prinsip pembelajaran itu?
4. Apakah
fungsi dari prinsip pembelajaran itu?
5. Apa
sajakah prinsip-prinsip pembelajaran PAI itu?
6. Apa
sajakah prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar itu?
7. Bagaimana
langkah-langkah dalam memilih bahan ajar ?
1.3.
Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan
untuk memenuhu tujuan-tujuan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua
dalam menambah imu pengetahuan dan wawasan. Secara terperinci tujuan dari
penelitian dan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui jenis-jenis materi
pembelajaran.
2.
Untuk mengetahui arti dari prinsip
pembelajaran.
3.
Untuk mengetahui sumber prinsip
pembelajaran.
4.
Untuk mengetahui fungsi dari prinsip
pembelajaran.
5.
Untuk mengetahui apa saja
prinsip-prinsip pembelajaran PAI.
6.
Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip
pengembangan bahan ajar.
7.
Untuk mengetahui bagaimana
langkah-langkah dalam memilih bahan ajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Jenis – jenis materi pembelajaran
dapat diklasifikasi sebagai berikut :
1. Fakta
Fakta
adalah segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama
objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau
komponen suatu benda, dan sebagainya.
2. Konsep
Konsep
adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai
hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, dan
inti/isi.
3. Prinsip
Prinsip
adalah berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi
dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antar
konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.
4. Prosedur
Prosedur
merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu
aktivitas dan kronologi suatu sistem.
5. Sikap
atau Nilai
Sikap
atau Nilai merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih
sayang, tolong- menolong, semangat dan minat belajar, dan bekerja. Contoh:
Aplikasi sosiologi dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk sikap toleransi
dalam menghadapi fenomena sosial yang bervariasi.
2.2.
Pengertian Prinsip Pembelajaran
Prinsip
dikatakan juga landasan. Prinsip pembelajaran menurut Larsen dan Freeman (1986
dalam Supani dkk. 1997/1998) adalah represent the theoretical framework of the
method. Prinsip pembelajaran adalah kerangka teoretis sebuah metode pembelajaran.
Kerangka teoretis adalah teori-teori yang mengarahkan harus bagaimana sebuah
metode dilihat dari segi 1) bahan yang akan dibelajarkan, 2) prosedur
pembelajaran (bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru mengajarkan bahan), 3)
gurunya, dan 4) siswanya.
2.3.
Sumber Prinsip Pembelajaran
Prinsip pembelajaran bersumber pada teori-teori yang
berkembang pada bidang yang relevan. Prinsip pembelajaran PAI berarti bersumber
pada teori-teori yang relevan dengan pembelajaran PAI, diantaranya:
1.
Sumber
Pokok
Sumber pokok pengajaran Agama
Islam adalah Al –
qur’an
dan hadist. Kedudukan Al –
qur’an,
sebagai sumber belajar yang paling utama dijelaskan oleh Allah dalam Al – qur’an.
Allah berfirman dalam QS. Al – nahl: 64 yang artinya “ Dan kami tidak menurunkan
kepadamu Alkitab (Alqur’an)
ini melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka perselisihan itu dan
menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
Dalam QS Shad: 29; yang artinya “ Ini adalah sebuah kitab yang
kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat – ayatnya dan supaya mendapat
pelajaran orang –
orang yang mempunyai pikiran.
Kedua ayat di atas jelas
menunjukkan bahwa pada masa Nabi Muhammad SAW sumber pokok dan utama yang
dijadikan sumber rujukan pendidikan masa itu hanyalah Alqur’an.
2.
Sumber
Tambahan
1)
Manusia
Sumber (orang, masyrakat) Merupakan sumber belajar adalah orang atau masyarakat
yang direncanakan dalam kegiatan belajar mengajar, seperti: guru, konselor,
administratur pendidikan, tutor dsb.
2)
Alam
lingkungan
a)
Alam
lingkungan terbuka
b)
Alam
lingkungan sejarah atau peninggalan sejarah
c)
Alam
lingkungan manusia
2.4.
Fungsi Prinsip Pembelajaran
Istilah
fungsi berasal dari bahasa Inggris function yang memiliki banyak arti di
antaranya: jabatan, kedudukan, kegiatan, dan sebagainya. Fungsi atau
peran adalah jabatan, kedudukan, atau kegiatam. Jadi,
prinsip pembelajaran PAI berfungsi sebagai kerangka teori dan pedoman
pelaksanaan bagi komponen-komponen pengajaran PAI. Sebagai pedoman/kerangka
teori, setiap butir prinsip pengajaran PAI memberikan arah yang harus
ditempuh dalam pelaksanaan pengajaran.
Menurut john sealy (Chabib Thaha, dkk, 1999), pendidikan agama,
termasuk PAI dapat diarahkan untuk mengemban salah satu atau gabungan dari
beberapa fungsi, yaitu: konfensional, neo konfensional, konfensional
tersembunyi, implisit dan non konfensional. Untuk lebih
jelasnya :
1) Konfensional, artinya pendidikan
agama dimaksudkan untuk meningkatkan komitmen dan perilaku keberagaman peserta
didik.
2) Neo konfensional, yakni
pendidikan agama dimaksudkan untuk meningkatkan keberagaman peserta didik
sesuai dengan keyakinannya.
3) Konfensinal tersembunyi,
artinya pendidikan agama menawarkan sejumlah ajaran agama dengan
harapan peserta didik nantinya akan memilih salah satunya yang dianggap paling
benar atau sesuai dengan dirinya, tanpa ada arahan pada salah satu diantaranya.
4) Implisit, artinya pendidikan
agama dimaksudkan untuk mengenalkan kepada peserta didik ajaran agama secara
terpadu dengan seluruh aspek kehidupan, melalui berbagai subyek pelajaran.
5) Non konfension, artinya
pendidikan agama dimaksudkan sebahai alat untuk memahami keyakinan atau
pandangan hidup yang dianut orang lain.
Dari berbagai fungsi diatas,
perlu dikonfirmasikan dengan undang-undang Republik Indonesia, nomor
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional penjelasan
pasal 37 ayat 1 pendidikan agama dimaksudkan untuk menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Malik
Fajar (1998), fungsi pendidikan agama di sekolah adalah memberikan landasan
yang mampu menggugah kesadaran dan mendorong peserta didik melakukan perbuatan
yang mendukung pembentukan pribadi muslim yang kuat (Pemeluk agama yang taat),
landasan itu meliputi:
1) Landasan motivasional,
yaitu pemupukan sifat positif peserta didik
untuk menerima ajaran agamanya dan sekaligus bertanggung jawab terhadap
pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari.
2) Landasan
etik, yaitu tertanamnya norma-norma keagamaan peserta didik sehingga
perbuatannya selalu diacu oleh isi, jiwa dan semangat akhlakul karimah.
3) Landasan moral, yaitu tersusunya
tata nilai (value system) dalam diri peserta didik yang bersumber dari ajaran
agamanya sehingga memiliki daya tahan dalam menghadapi setiap tantangan dan
perubahan.
Berdasarkan acuan pedagogis,
penanaman motivasi, etik dan moral itu, pada dasarnya pendidikan agama adalah
menanamkan seperangkat nilai, yaitu iman, amal dan takwa.
2.5.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAI
Menurut
Majid (2014: 197-200) dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran guru harus
memperhatikan beberapa prinsip kegiatan pembelajaran, sebagai berikut :
1. Berpusat
pada siswa
Setiap
siswa pada dasarnya berbeda dan telah ada dalam dirinya minat, kemampuan,
kesenangan, pengalaman dan cara belajar yang berbeda yang berbeda antara siswa
yang satu dan siswa yang lainnya. Karena kegiatan belajar yang dikembangkan
oleh guru harus mendorong siswa agar dapat mengembangkan potensi, bakat serta
minat yang dimilikinya secara optimal dan maksimal.
2. Pembalikan
makna belajar
Dalam
konsep tradisional belajar hanya diartikan penerimaan informasi oleh peserta
didik dari sumber belajar dalam hal ini guru. Akibatnya pembelajaran sering
diartikan merupakan transfer of knowledge dalam kurikulum berbasis kompetensi
makna belajar tersebut harus dibalik dimana belajar diartikan merupakan proses
aktifitas dan kegiatan siswa dalam membangun pengetahuan dan pemahaman terhadap
informasi dan atau pengalaman. Dan pada dasarnya proses membangun pengetahuan
dan pemahaman dapat dilakukan sendiri oleh siswa dengan persepsi, pikiran,
serta perasaan siswa
3. Belajar
dengan melakukan
Pada
hakikatnya dalam kegiatan belajar siswa melakukan aktivitas-aktivitas.
Aktivitas siswa akan sangat ideal bila dilakukan dengan kegiatan nyata yang
melibatkan dirinya, terutama untuk mencari dan menemukan serta mempraktikannya
sendiri. Dengan cara ini siswa tidak akan mudah melupakan apa yang diperoleh
dengan cara mencari dan mnemukan serta mempraktikannya sendiri akan tertanam
dalam hati sanubari dan pikiran siswa karna ia belajar secara aktif dengan cara
melakukannya.
4. Dalam
pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama islam
Materi
shalat dan praktik ibadah yang lainnya akan efektif dan berkesan bagi siswa
bila di praktikan secara langsung daripada dengan mengharuskan siswa untuk
menghapal tata cara shalat atau ibadah yang lainnya. Siswa sebaiknya dihadapkan
pada situasi nyata yang sesungguhnya, kalau tidak mungkin dibuat situasi buatan
dan bila tidak memungkinkan dapat dilakukan dengan audio-visual
(dengar-pandang) dengan menggunakan film atau video atau CD.
5. Mengembangkan
kemampuan sosial, kognitif, dan emosional dalam kegiayan pembelajaran siswa
harus dikondisikan.
Dalam
suasana interaksi dengan orang lain, seperti antar siswa, antara siswa dan
guru, dan siswa dengan masyarakat. Dengan interaksi yng intensif siswa akan
mudah untuk membangun pemahamannya. Guru dituntut untuk dapat memilih berbagai
strategi pembelajaran yang membuat siswa melakukan interaksi dengan orang lain,
misalnya dengan diskusi, sosiodrama, belajar secara kelompok dll.
6. Mengembangkan
keingintahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan
Siswa
terlahir dengan memiliki rasa ingin tahu, imajinasi dan fitrah bertuhan. Rasa
ingin tahu dan imajinasi yang dimiliki siswa merupakan modal dasar untuk
bersikap peka, kritis, mandiri, dan kreatif. Fitrah bertuhan merupakan cikal
bakal manusia untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan. Dengan pemahaman seperti
diatas, maka kegiatan pembelajaran perlu mengembangkan dan memperhatikan rasa
ingin tahu dan imajinasi siswa serta diarahkan pada pengesahan rasa keagamaan
sesuai dengan tingkatan usia siswa.
7. Pengembangkan
keterampilan pemecahan masalah
Dalam
kehidupan sehari-hari setiap orang akan dihadapkan pada berbagai permasalahan
yang harus dipecahkan. Karenanya diperlukan keterampilan dalam memecahkan
masalah .untuk terampil dalam memecahkan masalah seseorang harus belajar
melalui pendidikan dan pengajaran. Salah satu tolak ukur keberhasilan belajar
siswa banyak ditentukan olh kemampuannya dan kecerdasannya dalam memecahkan
masalah. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran perlu diciptakan situasi
yang menantang siswa untuk mencari dan menemukan masalah, serta melakukan
pemecahan dan mengambil kesimpulan.
8. Mengembangkan
kreatifitas siswa
Siswa
memiliki potensi untuk berbeda. Perbedaan siswaterlihat dalam pola berfikir,
dan daya imajinasi, fantasi (pengandaian) dan hasil karyanya. Karna itu,
kegiatan pembelajaran perlu dipilih dan dirancang agar member kesempatan dan
kebebasan berkresi secara berkesinambungan dalam mengembangkan kreatifitas
siswa. Kreatifitas siswa merupakan kemampuan mengkombinasikan atau
menyempurnakan sesuatu berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang sudah
ada.
9. Mengembangkan
kemampuan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi
Ilmu
pengetahuandan teknologi terus mengalami perkembangan dan penyempurnaan. Ilmu
pengetahuan dan teknologi diciptakan untuk memudahkan manusia daam menjalankan
kehidupannya. Agar ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah di produksi
manusia dapat dimanfaatkan oleh manusia pada umumya serta siswa pada khususnya,
siswa perlu mengenal dan mampu menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak
dini, serta tidak gagap terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
10. Menumbuhkan
kesadaran sebagai warga Negara yang baik
Siswa
perlu memperoleh wawasan dan kesadaran berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu
kegiatan pembelajaran perlu memberikan wawasan nilai-nilai sosial
kemasyarakatan, patriotism dan semangat dan cinta tanah air yang dapat
membekali siswa agar menjadi warga masyarakat dan Negara yang bertanggung jawab
serta memiliki semangat nasionalisme dan kebangsaan. Pemberian wawasan dan
nilai-nilai kebangsaan harus dapat menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa akan
kemajemukan bangsa, akibat keragaman latar geografis, budaya sosial, adat
istiadat, agama, sumber daya alam,dan sumber daya manusia.
11. Dalam
pembelajaran agama islam, prinsip ini dapat ditempuh guru.
Misalnya
dengan membuat banyak contoh yang terkait ajaran-ajaran atau kisah-kisah dalam
al-Quran atau hadis serta kisah-kisah sahabat mengenai kewajiban dan tanggung
jawab warga Negara kepada Negara.
12. Belajar
sepanjang hayat
Menurut ajaran agama islam, menuntut ilmu diwajibkan
bagi setiap muslim mulai dari buaian sampai liang lahat. Siswa memerlukan
kemampuan belajar sepanjang hayat dalam rangka memupuk dan mengembangkan
ketahanan fisik dan mentalnya.
13. Dalam
kegiatan dengan prinsip belajar sepanjang hayat
Pembelajaran diarahkan agar siswa berfikir positif
mengenai siapa dirinya, mengenali dirinya sendiri, dengan segala kelebihan dan
kekurangan yang dimilikinya serta mensyukuri atas segala rahmat, nikmat serta
karunia yang telah dianugerahkan Tuhan kepada dirinya.
Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan
prinsip-prinsip pembelajaran. Di antara prinsip pembelajaran tersebut adalah:
1. Mulai
dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami
yang abstrak. Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila
penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang
nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka
mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat
mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang
berbagai jenis pasar lainnya.
2. Pengulangan
akan memperkuat pemahaman. Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan
agar siswa lebih memahami suatu konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar
pepatah yang mengatakan bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2 x 5. Artinya,
walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih
berbekas pada ingatan siswa. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar
harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan.
3. Umpan
balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa. Seringkali
kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang sekedarnya atas hasil
kerja siswa. Padahal respond yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan
menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang guru seperti ’ya benar’
atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar, namun akan lebih baik kalau begini...’ akan
menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah menjawab atau
mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond negatif akan mematahkan
semangat siswa. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif
terhadap hasil kerja siswa.
4. Motivasi
belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.
Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam
belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran
adalah memberikan dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar. Banyak cara untuk
memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan,
menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang
membuat siswa senang belajar, dll.
2.6.
Prinsip-Prinsip Pengembangan Bahan
Ajar (silabus)
1. Ilmiah
Mengingat
silabus berisikan garis-garis besar materi pembelajran yang akan dipelajari
siswa, maka materi pembelajaran yang disajikan dalam silabus harus memenuhi
kebenaran ilmiah tersebut, dalam penyusunan silabus dilibatkan para pakar
dibidang keilmuan masing-masing mata pelajaran.
2. Memperhatikan
perkembangan dan kebutuhan siswa
Cakupan,
kedalaman, tingkat kesukaran,dan urutan pemyajian materi dalam silabus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik dan psikologis siswa.
3. Sistematis
Karena
silabus dianggap suatu system, sesuai konsep dan prinsip system, penyusunan
silabus dilakukan secara sistematis, sejalan dengan pendekatan system atau
langkah-langkah pemecahan masalah. Sebagai sebuah system, silabus merupakan
sebuah satu kesatuan yang mempunyai tujuan terdiridari komponen-komponen yang
satu sama lain saling berhubungan. Komponen pook silabus terdiri dari standar
kompetensi, kompeteni dasar, indikator , dan materi pembelajaran.
4. Relevansi
atau Kesesuaian.
Materi
pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan
pencapaian kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta
didik berupa menghafal sejarah islam, maka materi pembelajaran yang diajarkan
harus berupa sejarah islam, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang
lain.
5. Konsistensi
atau keajegan
Adanya
hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar,dan system penilaian. jika kompetensi dasar
yang harus dikuasai peserta didik ada dua macam, maka materi yang harus
diajarkan juga harus meliputi dua macam. Contoh: kompetensi dasar yang harus
dikuasai peserta didik yaitu baca tulis Qur’an, maka materi yang diajarkan juga
harus meliputi tentang tata cara membaca dan menulis Qur’an .
6. Adequacy
atau kecukupan
Materi
yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai
kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit dan tidak
boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya
standar kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan
mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum ( Pencapaian
keseluruhan SK dan KD ).
7. Aktual
dan Kontekstual
Cakupan
indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan system
penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam
kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
8. Fleksibel
Keseluruhan
komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik serta
dinamika perubahan yang terjadi di sekolah/madrasah dan tuntutan masyarakat.
9. Menyeluruh
Komponen
silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan
psikomlotor)
2.7.
Langkah-Langkah Dalam
Memilih Bahan Ajar
1. Indentifikasi
standar kompetensi dan kompetensi dasar
Sebelum
menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu di identifikasi
aspek-aspek keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasai peserta
didik. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap standar kompetensi dan
kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan
pembelajaran. Harus ditentukan apakah standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang harus dikuasai peserta didik termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif.
a. Ranah
kognitif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.
b. Ranah
Psikomotor jika kompetensi yang ditetapkan meliputi gerak awal, semirutin, dan
rutin.
c. Ranah
Afektif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pemberian respons, Apresiasi,
penilaian, dan internalisasi.
2. Indentifikasi
Jenis-jenis Materi Pembelajaran.
Identifikasi
dilakukan berkaitan dengan kesesuaian materi pembelajaran dengan tingkatan
aktivitas/ranah pembelajaran. Materi yang sesuai untuk ranah kognitif
ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti
pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berfikir. Dengan demikian, jenis
materi yang sesuai untuk ranah kognitif adalah fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur.
Materi
pembelajaran yang sesuai untuk ranah afektif ditentukan berdasarkan perilaku
yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan
cara penyesuaian diri. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah
afektif meliputi rasa dan penghayatan, seperti pemberian respon, penerimaan,
internalisasi, dan penilaian. Materi pembelajaran yang sesuai untuk ranah
psikomotor ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek keterampilan
motorik. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah psikomotor
tediri dari gerakan awal, semirutin, dan rutin.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Jenis-jenis
materi pembelajaran dapat di klasifikasikan menjadi beberapa macam, diantaranya
prinsip. Prinsip yang dimaksud disini yaitu prinsip pengembangan bahan ajar,
yang diantaranya yaitu
1. Ilmiah
2. Memperhatikan
perkembangan dan kebutuhan siswa
3. Sistematis
4. Relevansi
atau Kesesuaian.
5. Konsistensi
atau keajegan
6. Adequacy
atau kecukupan
7. Aktual
dan Kontekstual
8. Fleksibel
9. Menyeluruh
Prinsip-prinsip
diatas berfungsi sebagai pedoman/kerangka teori, setiap butir prinsip
pengajaran PAI memberikan arah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan
pengajaran. pendidikan agama, termasuk PAI dapat diarahkan untuk
mengemban salah satu atau gabungan dari beberapa fungsi, yaitu: konfensional,
neo konfensional, konfensional tersembunyi, implisit
dan non konfensional. fungsi pendidikan agama di sekolah adalah
memberikan landasan yang mampu menggugah kesadaran dan mendorong peserta didik
melakukan perbuatan yang mendukung pembentukan pribadi muslim yang kuat
(Pemeluk agama yang taat).
Adapun
sumber pokok pengajaran Agama Islam adalah Al – qur’an dan hadist. Kedudukan Al
– qur’an, sebagai sumber belajar yang paling utama dijelaskan oleh Allah dalam
Al – qur’an. Selain al-quran juga ada sumber tambahan yang menjadi sumber
belajar, diantaranya (1) Manusia Sumber (orang, masyrakat) Merupakan sumber
belajar adalah orang atau masyarakat yang direncanakan dalam kegiatan belajar
mengajar, seperti: guru, konselor, administratur pendidikan, tutor dsb, (2) Alam
lingkungan, diantaranya Alam lingkungan terbuka, alam lingkungan sejarah atau
peninggalan sejarah, dan alam lingkungan manusia.
3.2.
Saran
Prinsip-prinsip pembelajaran sangat diperlukan dalam
proses pengajaran agar setelah melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang
efektif dan efesien. Maka calon guru/pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun
sendiri prinsip-prinsip pembelajaran, ialah prinsip pembelajaran yang dapat
terlaksana dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara
individual.
DAFTAR PUSTAKA
Depag
RI, Ditperta. 1981/1982. Thuruqu Ta'lim al-Tarbiyah al-Islamiyah
(terjemahan)
E.
Mulyasa. 2005. “Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi”. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Uno.
Hamzah B. 2009. “Perencanaan Pembelajaran”. Jakarta: PT Bumi Aksara
Lestariani. Nurlita. 2009. “Telaah kurikulum
Rambu-Rambu Pemilihan Dan Pemanfaatan Bahan Ajar”.
Majid.
Abdul. 2009. “Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Majid.
Abdul. 2014. “Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Ramayulis.
2003. “Metodologi Pendidikan Agama Islam”. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Sukmara.
Dian. 2007. “Implementasi Life Skill
dalam KTSP”. Bandung: Mughni Sejahtera.
Sundiawan. KTSP: PEMILIHAN BAHAN
AJAR.2008.
Thoha, Chabib. 1991, “Metodologi Pengajaran
Agama”, Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Zuhairi. 1993. “Metodologi
Pendidikan Agama”. Solo: Ramadhani
bos minta footnotenya sama halaman sumbernya.
BalasHapus