Jumat, 04 Maret 2016

Prinsip-prinsip Pengembangan Bahan Ajar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
Bila kita membicarakan pembelajaran, ada beberapa hal yang selalu disinggung, salah satunya prinsip-prinsip pembelajaran. Prinsip-prinsip pembelajaran ini diperlukan oleh seorang pengajar agar dapat melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik.
Prinsip-prinsip belajar dapat membimbing aktivitas dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga guru dapat bertindak secara tepat.
Proses belajar mengajar merupakan bagian terpenting dalam mengimplementasikan kurikulum, termasuk memahami prinsip-prinsip pembelajaran itu sendiri. Adapun untuk bisa mengetahui efektivitas dan juga efisiensi suatu pembelajaran bisa kita lihat melalui kegiatan pembelajaran ini. Oleh karena itu, dalam melakukan pembelajaran sudah sepatutnya seorang pengejar mengetahui bagaimana cara untuk membuat kegiatan belajar bisa berjalan dengan baik serta bisa mencapai tujuan sesuai dengan yang diinginkan.
prinsip-prinsip pembelajaran adalah bagian terpenting yang wajib diketahui para pengajar sehingga mereka bisa memahami lebih dalam prinsip tersebut dan seorang pengajar bisa membuat acuan yang tepat dalam pembelajarannya. Dengan begitu pembelajaran yang dilakukan akan jauh lebih efektif serta bisa mencapai target tujuan.


1.2.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, Adapun masalah-masalah yang ingin di gali dalam pembuatan makalah ini yaitu seperti terangkum dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:
1.      Apa saja jenis-jenis materi pembelajaran ?
2.      Apa pengertian prinsip pembelajaran itu?
3.      Darimanakah sumber prinsip pembelajaran itu?
4.      Apakah fungsi dari prinsip pembelajaran itu?
5.      Apa sajakah prinsip-prinsip pembelajaran PAI itu?
6.      Apa sajakah prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar itu?
7.      Bagaimana langkah-langkah dalam memilih bahan ajar ?

1.3.            Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhu tujuan-tujuan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua dalam menambah imu pengetahuan dan wawasan. Secara terperinci tujuan dari penelitian dan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui jenis-jenis materi pembelajaran.
2.      Untuk mengetahui arti dari prinsip pembelajaran.
3.      Untuk mengetahui sumber prinsip pembelajaran.
4.      Untuk mengetahui fungsi dari prinsip pembelajaran.
5.      Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip pembelajaran PAI.
6.      Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar.
7.      Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah dalam memilih bahan ajar.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1.            Jenis – jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut :
1.      Fakta
Fakta adalah segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya.
2.      Konsep
Konsep adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, dan inti/isi.
3.      Prinsip
Prinsip adalah berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.
4.      Prosedur
Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.
5.      Sikap atau Nilai
Sikap atau Nilai merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong- menolong, semangat dan minat belajar, dan bekerja. Contoh: Aplikasi sosiologi dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk sikap toleransi dalam menghadapi fenomena sosial yang bervariasi.
2.2.            Pengertian Prinsip Pembelajaran
Prinsip dikatakan juga landasan. Prinsip pembelajaran menurut Larsen dan Freeman (1986 dalam Supani dkk. 1997/1998) adalah represent the theoretical framework of the method. Prinsip pembelajaran adalah kerangka teoretis sebuah metode pembelajaran. Kerangka teoretis adalah teori-teori yang mengarahkan harus bagaimana sebuah metode dilihat dari segi 1) bahan yang akan dibelajarkan, 2) prosedur pembelajaran (bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru mengajarkan bahan), 3) gurunya, dan 4) siswanya.
2.3.            Sumber Prinsip Pembelajaran
Prinsip pembelajaran bersumber pada teori-teori yang berkembang pada bidang yang relevan. Prinsip pembelajaran PAI berarti bersumber pada teori-teori yang relevan dengan pembelajaran PAI, diantaranya:
1.      Sumber Pokok
Sumber pokok pengajaran Agama Islam adalah Al quran dan hadist. Kedudukan Al quran, sebagai sumber belajar yang paling utama dijelaskan oleh Allah dalam Al quran.
Allah berfirman dalam QS. Al nahl: 64  yang artinya Dan kami tidak menurunkan kepadamu Alkitab (Alquran) ini melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka perselisihan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
Dalam QS Shad: 29; yang artinya Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang orang yang mempunyai pikiran.
Kedua ayat di atas jelas menunjukkan bahwa pada masa Nabi Muhammad SAW sumber pokok dan utama yang dijadikan sumber rujukan pendidikan masa itu hanyalah Alquran.



2.      Sumber Tambahan
1)      Manusia Sumber (orang, masyrakat) Merupakan sumber belajar adalah orang atau masyarakat yang direncanakan dalam kegiatan belajar mengajar, seperti: guru, konselor, administratur pendidikan, tutor dsb.
2)      Alam lingkungan
a)      Alam lingkungan terbuka
b)      Alam lingkungan sejarah atau peninggalan sejarah
c)      Alam lingkungan manusia

2.4.            Fungsi Prinsip Pembelajaran
Istilah fungsi berasal dari bahasa Inggris function yang memiliki banyak arti di antaranya: jabatan, kedudukan, kegiatan, dan sebagainya. Fungsi atau peran  adalah   jabatan, kedudukan, atau kegiatam.  Jadi, prinsip pembelajaran PAI berfungsi sebagai kerangka teori dan pedoman pelaksanaan bagi komponen-komponen pengajaran PAI. Sebagai pedoman/kerangka teori, setiap butir prinsip pengajaran PAI memberikan arah  yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pengajaran. Menurut john sealy (Chabib Thaha, dkk, 1999), pendidikan  agama, termasuk PAI dapat diarahkan untuk mengemban salah satu atau gabungan dari beberapa fungsi, yaitu: konfensional, neo konfensional, konfensional tersembunyi, implisit dan non konfensional.  Untuk lebih jelasnya :
1)      Konfensional, artinya pendidikan agama dimaksudkan untuk meningkatkan komitmen dan perilaku keberagaman peserta didik.
2)      Neo konfensional, yakni pendidikan agama dimaksudkan untuk meningkatkan keberagaman peserta didik sesuai dengan keyakinannya.
3)      Konfensinal tersembunyi, artinya  pendidikan agama menawarkan sejumlah ajaran agama dengan harapan peserta didik nantinya akan memilih salah satunya yang dianggap paling benar atau sesuai dengan dirinya, tanpa ada arahan pada salah satu diantaranya.
4)      Implisit, artinya pendidikan agama dimaksudkan untuk mengenalkan kepada peserta didik ajaran agama secara terpadu dengan seluruh aspek kehidupan, melalui berbagai subyek pelajaran.
5)      Non konfension, artinya pendidikan agama dimaksudkan sebahai alat untuk memahami keyakinan atau pandangan hidup yang dianut orang lain.
Dari berbagai fungsi diatas, perlu dikonfirmasikan dengan undang-undang Republik Indonesia, nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional  penjelasan pasal 37 ayat 1 pendidikan agama dimaksudkan untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa  kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Malik Fajar (1998), fungsi pendidikan agama di sekolah adalah memberikan landasan yang mampu menggugah kesadaran dan mendorong peserta didik melakukan perbuatan yang mendukung pembentukan pribadi muslim yang kuat (Pemeluk agama yang taat), landasan itu meliputi:
1)      Landasan  motivasional, yaitu  pemupukan sifat positif  peserta  didik untuk menerima ajaran agamanya dan sekaligus bertanggung jawab terhadap pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari.
2)      Landasan etik, yaitu tertanamnya norma-norma keagamaan peserta didik sehingga perbuatannya selalu diacu oleh isi, jiwa dan semangat akhlakul karimah.
3)      Landasan moral, yaitu tersusunya tata nilai (value system) dalam diri peserta didik yang bersumber dari ajaran agamanya sehingga memiliki daya tahan dalam menghadapi setiap tantangan dan perubahan.
Berdasarkan acuan pedagogis, penanaman motivasi, etik dan moral itu, pada dasarnya pendidikan agama adalah menanamkan seperangkat nilai, yaitu iman, amal dan takwa.
2.5.            Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAI
Menurut Majid (2014: 197-200) dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran guru harus memperhatikan beberapa prinsip kegiatan pembelajaran, sebagai berikut :
1.      Berpusat pada siswa
Setiap siswa pada dasarnya berbeda dan telah ada dalam dirinya minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman dan cara belajar yang berbeda yang berbeda antara siswa yang satu dan siswa yang lainnya. Karena kegiatan belajar yang dikembangkan oleh guru harus mendorong siswa agar dapat mengembangkan potensi, bakat serta minat yang dimilikinya secara optimal dan maksimal.
2.      Pembalikan makna belajar
Dalam konsep tradisional belajar hanya diartikan penerimaan informasi oleh peserta didik dari sumber belajar dalam hal ini guru. Akibatnya pembelajaran sering diartikan merupakan transfer of knowledge dalam kurikulum berbasis kompetensi makna belajar tersebut harus dibalik dimana belajar diartikan merupakan proses aktifitas dan kegiatan siswa dalam membangun pengetahuan dan pemahaman terhadap informasi dan atau pengalaman. Dan pada dasarnya proses membangun pengetahuan dan pemahaman dapat dilakukan sendiri oleh siswa dengan persepsi, pikiran, serta perasaan siswa
3.      Belajar dengan melakukan
Pada hakikatnya dalam kegiatan belajar siswa melakukan aktivitas-aktivitas. Aktivitas siswa akan sangat ideal bila dilakukan dengan kegiatan nyata yang melibatkan dirinya, terutama untuk mencari dan menemukan serta mempraktikannya sendiri. Dengan cara ini siswa tidak akan mudah melupakan apa yang diperoleh dengan cara mencari dan mnemukan serta mempraktikannya sendiri akan tertanam dalam hati sanubari dan pikiran siswa karna ia belajar secara aktif dengan cara melakukannya.
4.      Dalam pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama islam
Materi shalat dan praktik ibadah yang lainnya akan efektif dan berkesan bagi siswa bila di praktikan secara langsung daripada dengan mengharuskan siswa untuk menghapal tata cara shalat atau ibadah yang lainnya. Siswa sebaiknya dihadapkan pada situasi nyata yang sesungguhnya, kalau tidak mungkin dibuat situasi buatan dan bila tidak memungkinkan dapat dilakukan dengan audio-visual (dengar-pandang) dengan menggunakan film atau video atau CD.
5.      Mengembangkan kemampuan sosial, kognitif, dan emosional dalam kegiayan pembelajaran siswa harus dikondisikan.
Dalam suasana interaksi dengan orang lain, seperti antar siswa, antara siswa dan guru, dan siswa dengan masyarakat. Dengan interaksi yng intensif siswa akan mudah untuk membangun pemahamannya. Guru dituntut untuk dapat memilih berbagai strategi pembelajaran yang membuat siswa melakukan interaksi dengan orang lain, misalnya dengan diskusi, sosiodrama, belajar secara kelompok dll.
6.      Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan
Siswa terlahir dengan memiliki rasa ingin tahu, imajinasi dan fitrah bertuhan. Rasa ingin tahu dan imajinasi yang dimiliki siswa merupakan modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri, dan kreatif. Fitrah bertuhan merupakan cikal bakal manusia untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan. Dengan pemahaman seperti diatas, maka kegiatan pembelajaran perlu mengembangkan dan memperhatikan rasa ingin tahu dan imajinasi siswa serta diarahkan pada pengesahan rasa keagamaan sesuai dengan tingkatan usia siswa.
7.      Pengembangkan keterampilan pemecahan masalah
Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang akan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang harus dipecahkan. Karenanya diperlukan keterampilan dalam memecahkan masalah .untuk terampil dalam memecahkan masalah seseorang harus belajar melalui pendidikan dan pengajaran. Salah satu tolak ukur keberhasilan belajar siswa banyak ditentukan olh kemampuannya dan kecerdasannya dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran perlu diciptakan situasi yang menantang siswa untuk mencari dan menemukan masalah, serta melakukan pemecahan dan mengambil kesimpulan.
8.      Mengembangkan kreatifitas siswa
Siswa memiliki potensi untuk berbeda. Perbedaan siswaterlihat dalam pola berfikir, dan daya imajinasi, fantasi (pengandaian) dan hasil karyanya. Karna itu, kegiatan pembelajaran perlu dipilih dan dirancang agar member kesempatan dan kebebasan berkresi secara berkesinambungan dalam mengembangkan kreatifitas siswa. Kreatifitas siswa merupakan kemampuan mengkombinasikan atau menyempurnakan sesuatu berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang sudah ada.
9.      Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi
Ilmu pengetahuandan teknologi terus mengalami perkembangan dan penyempurnaan. Ilmu pengetahuan dan teknologi diciptakan untuk memudahkan manusia daam menjalankan kehidupannya. Agar ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah di produksi manusia dapat dimanfaatkan oleh manusia pada umumya serta siswa pada khususnya, siswa perlu mengenal dan mampu menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dini, serta tidak gagap terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.


10.  Menumbuhkan kesadaran sebagai warga Negara yang baik
Siswa perlu memperoleh wawasan dan kesadaran berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran perlu memberikan wawasan nilai-nilai sosial kemasyarakatan, patriotism dan semangat dan cinta tanah air yang dapat membekali siswa agar menjadi warga masyarakat dan Negara yang bertanggung jawab serta memiliki semangat nasionalisme dan kebangsaan. Pemberian wawasan dan nilai-nilai kebangsaan harus dapat menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa akan kemajemukan bangsa, akibat keragaman latar geografis, budaya sosial, adat istiadat, agama, sumber daya alam,dan sumber daya manusia.
11.  Dalam pembelajaran agama islam, prinsip ini dapat ditempuh guru.
Misalnya dengan membuat banyak contoh yang terkait ajaran-ajaran atau kisah-kisah dalam al-Quran atau hadis serta kisah-kisah sahabat mengenai kewajiban dan tanggung jawab warga Negara kepada Negara.
12.  Belajar sepanjang hayat
Menurut ajaran agama islam, menuntut ilmu diwajibkan bagi setiap muslim mulai dari buaian sampai liang lahat. Siswa memerlukan kemampuan belajar sepanjang hayat dalam rangka memupuk dan mengembangkan ketahanan fisik dan mentalnya.
13.  Dalam kegiatan dengan prinsip belajar sepanjang hayat
Pembelajaran diarahkan agar siswa berfikir positif mengenai siapa dirinya, mengenali dirinya sendiri, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya serta mensyukuri atas segala rahmat, nikmat serta karunia yang telah dianugerahkan Tuhan kepada dirinya.
Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Di antara prinsip pembelajaran tersebut adalah:
1.      Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak. Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar lainnya.
2.      Pengulangan akan memperkuat pemahaman. Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar pepatah yang mengatakan bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2 x 5. Artinya, walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan siswa. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan.
3.      Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa. Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal respond yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang guru seperti ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar, namun akan lebih baik kalau begini...’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond negatif akan mematahkan semangat siswa. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif terhadap hasil kerja siswa.
4.      Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar. Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dll.

2.6.            Prinsip-Prinsip Pengembangan Bahan Ajar (silabus)
1.      Ilmiah
Mengingat silabus berisikan garis-garis besar materi pembelajran yang akan dipelajari siswa, maka materi pembelajaran yang disajikan dalam silabus harus memenuhi kebenaran ilmiah tersebut, dalam penyusunan silabus dilibatkan para pakar dibidang keilmuan masing-masing mata pelajaran.
2.      Memperhatikan perkembangan dan kebutuhan siswa
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran,dan urutan pemyajian materi dalam silabus disesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik dan psikologis siswa.
3.      Sistematis
Karena silabus dianggap suatu system, sesuai konsep dan prinsip system, penyusunan silabus dilakukan secara sistematis, sejalan dengan pendekatan system atau langkah-langkah pemecahan masalah. Sebagai sebuah system, silabus merupakan sebuah satu kesatuan yang mempunyai tujuan terdiridari komponen-komponen yang satu sama lain saling berhubungan. Komponen pook silabus terdiri dari standar kompetensi, kompeteni dasar, indikator , dan materi pembelajaran.

4.      Relevansi atau Kesesuaian.
Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar  kompetensi dan pencapaian kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal sejarah islam, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa sejarah islam, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain.
5.      Konsistensi atau keajegan
Adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,dan system penilaian. jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada dua macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi dua macam. Contoh: kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik yaitu baca tulis Qur’an, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi tentang tata cara membaca dan menulis Qur’an .
6.      Adequacy atau kecukupan
Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya standar kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum ( Pencapaian keseluruhan SK dan KD ).
7.      Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan system penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
8.      Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah/madrasah dan tuntutan masyarakat.

9.      Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomlotor)
2.7.            Langkah-Langkah Dalam Memilih Bahan Ajar
1.      Indentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu di identifikasi aspek-aspek keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Harus ditentukan apakah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif.
a.       Ranah kognitif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.
b.      Ranah Psikomotor jika kompetensi yang ditetapkan meliputi gerak awal, semirutin, dan rutin.
c.       Ranah Afektif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pemberian respons, Apresiasi, penilaian, dan internalisasi.
2.      Indentifikasi Jenis-jenis Materi Pembelajaran.
Identifikasi dilakukan berkaitan dengan kesesuaian materi pembelajaran dengan tingkatan aktivitas/ranah pembelajaran. Materi yang sesuai untuk ranah kognitif ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berfikir. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah kognitif adalah fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.
Materi pembelajaran yang sesuai untuk ranah afektif ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah afektif meliputi rasa dan penghayatan, seperti pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan penilaian. Materi pembelajaran yang sesuai untuk ranah psikomotor ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah psikomotor tediri dari gerakan awal, semirutin, dan rutin.



BAB III
PENUTUP
3.1.            Kesimpulan
Jenis-jenis materi pembelajaran dapat di klasifikasikan menjadi beberapa macam, diantaranya prinsip. Prinsip yang dimaksud disini yaitu prinsip pengembangan bahan ajar, yang diantaranya yaitu
1.      Ilmiah
2.      Memperhatikan perkembangan dan kebutuhan siswa
3.      Sistematis
4.      Relevansi atau Kesesuaian.
5.      Konsistensi atau keajegan
6.      Adequacy atau kecukupan
7.      Aktual dan Kontekstual
8.      Fleksibel
9.      Menyeluruh
Prinsip-prinsip diatas berfungsi sebagai pedoman/kerangka teori, setiap butir prinsip pengajaran PAI memberikan arah  yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pengajaran. pendidikan  agama, termasuk PAI dapat diarahkan untuk mengemban salah satu atau gabungan dari beberapa fungsi, yaitu: konfensional, neo konfensional, konfensional tersembunyi, implisit dan non konfensional. fungsi pendidikan agama di sekolah adalah memberikan landasan yang mampu menggugah kesadaran dan mendorong peserta didik melakukan perbuatan yang mendukung pembentukan pribadi muslim yang kuat (Pemeluk agama yang taat).
Adapun sumber pokok pengajaran Agama Islam adalah Al – qur’an dan hadist. Kedudukan Al – qur’an, sebagai sumber belajar yang paling utama dijelaskan oleh Allah dalam Al – qur’an. Selain al-quran juga ada sumber tambahan yang menjadi sumber belajar, diantaranya (1) Manusia Sumber (orang, masyrakat) Merupakan sumber belajar adalah orang atau masyarakat yang direncanakan dalam kegiatan belajar mengajar, seperti: guru, konselor, administratur pendidikan, tutor dsb, (2) Alam lingkungan, diantaranya Alam lingkungan terbuka, alam lingkungan sejarah atau peninggalan sejarah, dan alam lingkungan manusia.
3.2.            Saran
Prinsip-prinsip pembelajaran sangat diperlukan dalam proses pengajaran agar setelah melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang efektif dan efesien. Maka calon guru/pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip pembelajaran, ialah prinsip pembelajaran yang dapat terlaksana dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual.



DAFTAR PUSTAKA

Depag RI, Ditperta. 1981/1982. Thuruqu Ta'lim al-Tarbiyah al-Islamiyah (terjemahan)

E. Mulyasa. 2005. “Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Uno. Hamzah B. 2009. “Perencanaan Pembelajaran”. Jakarta: PT Bumi Aksara

Lestariani. Nurlita. 2009. “Telaah kurikulum Rambu-Rambu Pemilihan Dan Pemanfaatan Bahan Ajar”.

Majid. Abdul. 2009. “Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Majid. Abdul. 2014. “Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Ramayulis. 2003. “Metodologi Pendidikan Agama Islam”. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Sukmara. Dian. 2007.  “Implementasi Life Skill dalam KTSP”. Bandung: Mughni Sejahtera.

Sundiawan. KTSP: PEMILIHAN BAHAN AJAR.2008.

Thoha, Chabib. 1991, “Metodologi Pengajaran Agama”, Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Zuhairi. 1993. “Metodologi Pendidikan Agama”. Solo: Ramadhani



1 komentar: