Jumat, 04 Maret 2016

Manajemen Sebagai Landasan Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang Masalah
Lembaga Pendidikan  merupakan suatu wadah lembaga yang menghantarkan seseorang kedalam alur berfikir yang teratur dan sistematis. Dalam pengertiannya Pendidikan adalah “usaha sadar dan direncanakan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara”. Dalam pelaksanaannya sebuah lembaga pendidikan kerap-kali dihadapkan pada problem-problem sistem pembelajaran, mulai dari penyiapan sarana dan prasarana, materi, tujuan bahkan sampai pada penyiapan proses.
            Dalam perkembangannya lembaga pendidikan sebagai sebuah lembaga yang bergerak dibidang non-profit oriented, memaksa pelaksana pendidikan menggunakan teori-teori yang sebelumnya sudah berkembang dalam dunia ekonomi. Maka tak heran ketika kita mendengar adanya teori manajemen pendidikan, yang pada dasarnya itu diambil dari teori-teori manajemen dalam dunia bisnis. Bukan berarti setelah meminjam teori manajemen ekonomi sebuah lembaga pendidikan menjadi komersial, tetapi semata-mata hanyalah digunakan sebagai landasan yang sistematis untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan. Sehingga hasilnya pun tidak bisa seperti yang diharapkan kalau seseorang menerapkan teori manajemen dalam bidang bisnis.
            Pada saat sekarang dan masa yang akan datang, sesuai dengan masyarakat serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi manajemen diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan dan kelembagaan, seperti dibidang ekonomi, pemerintah, militer, kemasyarakatan, dan pendidikan. Dalam rangka untuk membantu peningkatan mutu pendidikan, para pengelola pendidikan dituntut untuk selalu memperkaya wawasan pengetahuan serta kemampuan yang relevan dengan pekerjaannya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat turut menentukan arah perkembangan masyarakat dewasa ini, yang secara langsung berkaitan erat dengan dunia pendidikan.namun persoalan yang  sering muncul adalah menyangkut lulusan yang apabila dihadapkan pada kebutuhan tenaga kerja, sangat terasa betapa rendahnya kualitas sumber daya manusia di negara  kita. Sebagian masyarakat dari dunia


pendidikan mengklaim bahwa faktor penyababnya adalah menyangkut sistem dan manajemen penyelenggaraan pendidikan.

1.2.      Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang ingin di gali dalam pembuatan makalah ini yaitu seperti terangkum dalam pertanyaan-pertanyaan berikut :
1.      Apa Pengertian Manajemen ?
2.      Apa Pengertian Landasan Manajemen ?
3.      Mengapa Manajemen Dijadikan Sebagai Landasan Pendidikan ?
4.      Apa Fungsi Manajemen Pendidikan ?
5.      Apa Tujuan Manajemen ?
6.      Apa Makna Manajemen ?
7.      Bagaimana Manajemen Pendidikan dalam Operasionalnya di Sekolah?
8.      Manajemen Sumber Daya Pendidik
a.       Bagaimana Hakikat Manajemen ?
b.      Apa Pengertian Manajemen Sumber Daya Pendidik ?
c.       Bagaimana Manajemen Guru Terhadap Pembelajaran ?
9.      Bagaimana Konsep Dasar Pendidikan Manajemen ?
10.  Bagaimana Konsep Manajemen Sekolah yang Berkarakter ?
11.  Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah
a.       Apa Tujuan MBS ?
b.      Apa Manfaat MBS ?
c.       Apasaja Manajemen Komponen-Komponen Sekolah ?

1.3.            Tujuan                      
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhu tujuan-tujuan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua dalam menambah imu pengetahuan dan wawasan. Secara terperinci tujuan dari penelitian dan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk Mengetahui Apa Pengertian Manajemen.
2.      Untuk Mengetahui Apa Pengertian Landasan Manajemen.
3.      Untuk Mengetahui Mengapa Manajemen Dijadikan Sebagai Landasan Pendidikan.
4.      Untuk Mengetahui Apa Fungsi Manajemen Pendidikan.
5.      Untuk Mengetahui Apa Tujuan Manajemen.
6.      Untuk Mengetahui Apa Makna Manajemen.
7.      Untuk Mengetahui Bagaimana Manajemen Pendidikan dalam Operasionalnya di Sekolah.
8.      Untuk Mengetahui Manajemen Sumber Daya Pendidik.
a.       Untuk Mengetahui Bagaimana Hakikat Manajemen.
b.      Untuk Mengetahui Apa Pengertian Manajemen Sumber Daya Pendidik.
c.       Untuk Mengetahui Bagaimana Manajemen Guru Terhadap Pembelajaran.
9.      Untuk Mengetahui Bagaimana Konsep Dasar Pendidikan Manajemen.
10.  Untuk Mengetahui Bagaimana Konsep Manajemen Sekolah yang Berkarakter.
11.  Untuk Mengetahui Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah.
a.       Untuk Mengetahui Apa Tujuan MBS.
b.      Untuk Mengetahui Apa Manfaat MBS.
c.       Untuk Mengetahui Apasaja Manajemen Komponen-Komponen Sekolah.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1.      Pengertian Manajemen
            Menurut John M. Echols (1993:372) yang dikutip oleh Gunawan (2012:237) Istilah manajemen berasal dari kata manage (bahasa Inggris) yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan dan mengelola, maka kata management yang bermakna ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan.
            Menurut Rusman (2008) sebagaimana yang dikutip oleh Gunawan (2012:237), secara terminologi manajemen adalah suatu proses yang berkenaan dengan usaha manusia melalui bantuan manusia lain melalui cara yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Jadi manajemen merupakan suatu proses sosial yang merupakan proses kerjasama antar dua orang atau lebih secara formal (Heri Gunawan 2012:237).
Menurut Pariata Westa dkk (1978:13) sebagaimana yang dikutip oleh Ade Aisyah dkk (2013:100) manajemen berasal dari bahasa latin “manus”, dari bahasa Perancis “mono” dan dari bahasa Itali “manage, menage dan meneggiare” yang berarti melatih kuda dalam melangkah-langkahkan kakinya. Manajer diumpakan kuda. Mengapa demikian ? hal ini karena kuda adalah binatang yang kuat dan berdaya mampu yang hebat. Dengan demikian,  seorang manajer pendidikan harus orang yang kuat fisiknya, kuat mental, spiritual dan ilmu pengetahuan (Ade Aisyah dkk, 2013:100). Pengertian manajemen menurut Terry (1953: 4) yang dikutip oleh Ade Aisyah dkk (2013:100)  adalah sebagai berikut: management is the accomplishing of a pre determining objective through the effort of other people”. Dengan demikian, arti majemen merupakan usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya melalui usaha orang lain. Hersey dan Blancard (1982:3) yang dikutip oleh Ade Aisyah dkk (2013:100) memberikan pengertian manajemen sebagai berikut: “Management with and through individuals and groups to accomplish organizational goals.”. Pengertian manjemen menurut Hersey yang dikutip oleh Ade Aisyah dkk (2013:100) adalah merupakan kegiatan yang dilakukan bersama melalui seseorang dan kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Menurut Stoner (1981) yang dikutip oleh Ade Aisyah dkk (2013:101) mengemukakan arti manajemen sebagai... “the process of planning, organizing, leading ang controlling the efforts of organizing members and of using all other organizational resources to achieve stated organizational goals.”
Kesimpulan dari rumusan di atas bahwa manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakan, mengendalikan dan mengembangkan segala upaya di dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasana untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien (Ade Aisyah dkk, 2013:101).
Menurut Mary Parker Follet (Stoner, 1986) yang dikutip oleh Ade Aisyah (2013:101) manajemen sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang. (The art of getting things done through people). Definisi ini perlu mendapat perhatian karena berdasarkan kenyataan, manajemen mencapai tujuan organisasi dengan cara mengatur orang lain. Hal senada juga diungkapkan Henry M. Botinger, manajemen sebagai suatu seni membutuhkan tiga unsur, yaitu; pandangan, pengetahuan tekhnis, dan komunikasi. Ketiga unsur tersebut terkandung dalam manajemen. Oleh karena itu, keterampilan perlu dikembangkan melalui pelatihan manajemen, seperti halnya melatih seniman.
Manajemen pendidikan merupakan bentuk kerja sama personel pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan itu. Tujuan umum yang dicapai dalam kerja sama itu adalah pembentukan kepribadian murid sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tingakat perkembangannya dalam usian pendidikan. Tujuan ini dapat dijabarkan antara lain, yaitu kurikuler, tujuan instruksional umum, dan tujuan instruksional khusus.

2.2.      Pengertian Landasan Manajemen
Manajemen berasal dari Bahasa inggris yaitu to manage, berarti mengatur, mengelola melaksanakan dan memperlakukan. (Hamid, tt: 172). Menurut George R. Terry (1954) sebagaimana yang dikutip oleh Uus Ruswandi dkk (2009:146), Manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta penilaian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui sumberdaya manusia dan sumber-sumber lainnya (Effendi, 1998:7). Menurut Siagian (1986) yang dikutip oleh Uus Ruswandi dkk (2009:146), manajemen adalah suatu akttivitas menggerakan orang lain, suatu kegiatan memimpin atas dasar sesuatu yang telah diputuskan.
Jadi, Landasan Manajemen adalah suatu proses untuk mengorganisasi dan memakai sumber-sumber dalam rangka menyelesaikan tujuan yang sudah ditentukan dan dijadikan sebagai dasar pendidikan.

2.3.      Manajemen Sebagai Landasan Pendidikan
Menurut Made Pidarta (1998:4) yang dikutip oleh Ruswandi dkk (2009:147 Dalam pendidikan, Manajemen dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dicapai sebelumnya.  Manajemen dipilih sebagai aktifitas kerja, bukan sebagai individu agar konsisten dengan istilah administrasi dan administrator sebagai pelaksanaannya dan supervisor sebagai pelaksaannya.
Menurut Sahertian (1981:18), yang dikutip oleh Uus Ruswandi dkk (2009:147),Secara umum istilah supervisi berarti mengamati, mengawasi, membimbing dan menstimulir kegiatan-kegiatan orang lain dengan maksud untuk perbaikan. Dalam bidang pendidikan, supervisi mengandung konsep umum yang  sama, namun harus disesuaikan dengan aktivitas-aktivitas pengajaran.
Salah satu usaha untuk meningkatkan pengjaran adalah dengan melaksanakan suvervisi pendidikan. Dalam sepervisi kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk memajukan pengajaran dengan melalui peningkatan profesi guru secara terus menerus (Uus Ruswandi dkk, 2009:147).
Menurut Sahertian (1981:293), yang dikutip oleh Uus Ruswandi dkk (2009:147-148) Kembali pada fungsi supervisi, maka kepala sekolah memegang peranan yang sangat penting dalam: 1) Membimbing guru agar dapat memahami lebih jelas persoalan-persoalan dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik serta membantu guru dalam mengatasi persoalan tersebut; 2) Membantu guru dalam mengatasi kesukaran dalam mengajar; 3) Memberi bimbingan dan arahan yang bijaksana terhadap guru baru; 4) Membantu guru memperoleh kecakapan mengajar yang lebih baik dengan menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan sifat materinya; 5) Membantu guru memperkaya pengalaman belajar sehingga suasana pembelajaran bisa menggembirakan peserta dididk; dan 6) memberikan pimpinan yang efektif dan demokratis.
Menurut Suryo subroto (2004:15-21), yang dikutip oleh Uus Ruswandi dkk (2009;148-149) Manajemen dijadikan landasan dalam pendidkan karena: pertama, manajemen pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Kedua, manajemen pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai pendidikan, proses iti dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, dan penilaian. Ketiga. Manajemen pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berfikir system. System adalah keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian itu berinteraksi dalam suatu proses untuk mengubah masukan menjadi keluaran. Keempat, manajemen pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan, ini merupakan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana dengan kemampuan administrator pendidikan itu, ia dapat melaksanakan tut wuri handayani, ing madyo mangun karso, dan ing ngarso sung tuludo dalam pencapaian pendidikan. Kelima, Manajemen pendidikan juga dapat dilihat dari segi komunikasi, karena komunikasilah yang dapat membuat kita memahami apa yang diinginkan teman sekerjanya.

2.4.      Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen yang dimaksud disini menurut Morris (1976) yang dikutip oleh Ade Aisyah dkk (2013:102)  adalah rangkaian berbagai kegiatan yang telah ditetapkan dan memiliki hubungan serta saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya yang dilaksanakan oleh orang-orang dalam organisasi atau bagian-bagiannya yang diberikan tugas untuk melaksanakan kegiatan.
a.       Perencanaan (Planning).
Perencanaan merupakan tindakan awal dalam aktivitas manajerial pada setiap organisasi. Karena itu, pernecanaan akan menentukan adanya perbedaan kinerja (performance) satu organisasi lain dalam pelaksanaan rencana untuk mencapai tujuan. Dalam perencanaan ada tujuan khusus. Tujuan tersebut secara khusus sungguh-sungguh dituliskan dan dapat diperoleh semua anggota organisasi. Dan perencanaan mencakup periode tahun tertentu. Jelasnya, ada tindakan program khusus untuk mencapai tujuan ini, maka manajemen memiliki kejelasan pengertian sebagai bagian yang mereka inginkan.
Beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan itu memerlukan pemikiran yang cerdas dalam rangka menentukan perbuatan di masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa perncanaan berhubungan dengan penetapan tujuan yang berorientasi masa depan. Bila dikaitkan dengan pendidikan, ini berarti persiapan menyusun keputusan tentang masalah atau pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh sejumlah orang dalam rangka membantu orang lain (terutama peserta didik) untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pentingnya perencanaan menurut (Hasibuan, 2007: 91) yang dikutip oleh  Uus Ruswandi dkk (2009:150)
1.      Tanpa perencanaan dan rencana berarti tidak ada tujuan yang akan dicapai.
2.      Tanpa perencanaan dan rencana tidak ada pedoman pelaksanaan sehingga banyak pemborosan.
3.      Rencana adalah dasar pengendalian, tanpa adanya rencana perencanaan tidak dapat dilakukan.
4.      Tanpa perencanaan dan rencana berarti tidak ada keputusan dan proses manajemen pun tidak ada.
Jika dikaitkan dengan pendidikan maka Philip H. Combs mengemukakan lima ciri perencanaan pendidikan yang dikuti oleh Uus Ruswandi dkk (2009:151) :
1.      Perencanaan pendidikan harus berpandangan jangka panjang
2.      Perencanaan pendidikan harus diintegrasikan dengan rencana ekonomi yang lebih luas dan perkembangan masyarakat.
3.      Perencanaan pendidikan harus merupakan suatu bagian integral pengelolaan pendidikan
4.      Perencanaan pendidikan harus memperhitungkan bagian kualitatif, karena perkembangan pendidikan bukan perluasan secara kualitatif saja. (Afifuddin, 2004:49)
b.      Pengorganisasian (organizing)
Sebelum dijelaskan hakikat pengorganisasian sebagai salah satu fungsi manajemen, maka terlebih dahulu dikemukakan arti organisasi. Sebab organisasilah yang menjadi wadah seluruh aktivis manajerial, tak terkecuali pengorganisasian. Menurut Soebagio Atmodiwirio (2000: 100) yang dikutip oleh Ade Aisyah dkk (2013:103) menjelaskan: Pengorganisasian dapat diartikan juga sebagai keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa, sehingga terciptalah suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Kerja sama itulah yang menetapkan adanya eksistensi organisasi, tanpa adanya kerja sama, bukanlah organisasi. Berbagai definisi dikemukakan oleh pakar organisasi, antara lain:
1)      Siagian
Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk tujuan bersama dan terikat secara formal dalam persekutuan.
2)      Chester I. Barnard    
Organisasi adalah suatu sistem tentang aktivitas-aktivitas kerja sama dua orang atau lebih, sesuatu yang tak berwujud dan bersifat pribadi, sebagian besar mengenai hubungan-hubungan.
3)      James D. Mooney
Organisasi itu adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai sesuatu tujuan bersama.
4)      John D. Millet
Organisasi adalah kerangka struktur dalam pekerjaan dari banyak orang dilakukan mencapai maksud bersama. Yang demikian itu adalah suatu sistem mengenai penguasaan pekerjaan di antara kelompok orang yang mengharuskan diri dalam tahap-tahap khusus dari suatu tugas bersama.
5)      Herbert Simon
Organisasi adalah pola komunikasi yang kompleks dan hubungan-hubungan lain dalam suatu kelompok manusia.
6)      Edgar Schein
Organisasi adalah koordinasi yang rasional dari aktivitas-aktivitas sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan yang jelas, melalui pembagian kerja dan fungsi, melalui jenjang, wewenang dan tanggung jawab.
7)      Luther Gulick
Organisasi adalah saling hubungan satuan-satuan kerja yang memberikan mereka kepada orang-orang yang ditempatkan dalam struktur wewenang, sehingga pekerjaan dapt dikoordinasikan oleh perintah para atasan kepada para bawahan yang menjangkau dari puncak sampai ke bawah dalam kesluruhan badan usaha.
Menurut Hasibuan, (2007:121) sebagaimana yang dikutip oleh Uus Ruswandi (2009:151) organisasi diartikan sebagai gambaran tentang pola-pola, skema, bagan yang menunjukan garis-garis perintah, kedudukan karyawan, hubungan-hubungan yang ada dan yang lainnya. Dengan demikian, pengorganisasian merupakan pengaturan seluruh sumberdaya pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan.
Hubungan Organisasi, Administrasi dan Manajemen dalam Pendidikan.
Organisasi Pendidikan
Administrasi
1)     

Manajemen dan Prosesing
Tertinggi



Manajemen dan Prosesing
Administrasi
2)      Madya
 



Manajemen dan Prosessing

Manajemen dan Prosessing

Manajemen dan Prosessing
Administrasi                                   Administrasi                                 Administrasi



3)      Terdepan                                    Terdepan                                     Terdepan


1.      Pada tingkat tertinggi
a.       Administrasi bertugas untuk melaksanakan keputusan-keputusan dari atasan (pemerintah pusat) dalam bentuk akktivitas manajemen dan prosessing.
b.      Manajemen bertugas untuk memadukan sumber-sumber pendidikan secara keseluruhan dan mengontrol atau mengawas agar tepat dengan tujuan pendidikan.
c.       Prosessing adalah melaksanakan alokasi sumber-sumber pendidikan untuk masing-masing unit tingkat madya yang sudah diputuskan oleh manajer tertinggi.
2.      Pada tingkat madya
a.       Administrasi bertugas untuk melaksanakan keputusan-keputusan dari unit tertinggi dalam bentuk aktifitas manajemen dan prosessing.
b.      Manajemen bertugas untuk memadukan sumber-sumber pendidikan yang diberikan oleh unit tertinggi dan ditambah hasil usaha pengadaan sendiri serta mengotrol/mengawas agar bisa tepat dengan tujuan pendidikan di unitnya.
c.       Prosessing adalah melaksanakan alokasi sumber-sumber pendidikan untuk massing-masing unit tingkat terdepan yang sudah diputuskan oleh manajer madya.
3.      Pada tingkat terdepan
a.       Administrasi bertugas untuk melaksanakan   keputusan-keputusan dari unit madya dalam bentuk aktivitas manajemen dan prosessing.
b.      Manajemen bertugas untuk memadukan sumber-sumber pendidikan yang diberikan oleh unit madya ditambah dari hasil usaha pengadaan sendiri dan mengotrol atau mengawas agagr tepat dengan tujuan pendidikan di unitnya.
c.       Prosessing adalah mendidik, mengajar, dan melatih para siswa.
c.       Pengaturan (Directing)
Sebagai langkah selanjutnya aktivitas manajerial ialah pengaturan/pengarahan (directing). Pendapat di atas menjelaskan bahwa melalui kegiatan pengarahan setiap orang dalam organisasi diajak atau dibujuk untuk memberikan konstribusinya melalui kerja sama untuk mencapai tujuan organisasi.
d.      Koordinasi (Coordinating)
Kordinasi adalah salah satu fungsi manajemen. Dalam organisasi keberadaan pengorganisasian sangat penting bagi terintegrasinya seluruh kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan. Stoner dalam Syafrudin (2005: 78) yang dikutipoleh Ade Aisyah dkk (2013:105) mengemukakan bahwa proses pengorganisasian di bagi menjadi lima tahapan, yaitu: perincian pekerjaan, pembagian pekerjaan, koordinasi pekerjaan, monitoring dan reorganisasi.
e.       Kepemimpinan (Leadership)
Dalam konteks manajemen, para manajer organisasi adalah pemimpin manajerial yang menjalankan kepemimpinan. Terry dan Rue dalam Husaini Usman (2008: 274) yang dikutipoleh Ade Aisyah dkk (2013:105) menyatakan kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seorang pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama secara sadar dalam hubungan tugas yang diinginkan.
f.       Komunikasi (Communicating)
Dalam berbagai organisasi, seperti perusahaan, perbankan, rumah sakit, sekolah dan perguruan tinggi diperlukan komunikasi diantara para anggotanya, sifat dasar komunikasi semuanya bertumpu pada proses pertukaran pesan di antara anggota organisasi tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Onong Uchjana Efendy, (2004: 9) yang dikutip oleh Ade Aisyah dkk (2013:105) Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.
g.      Pengawasan (Controlling)
Menurut Ade Aisyah dkk (2013:106) sebagai salah satu fungsi manajemen, pengawasan merupakan tindakan terakhir yang dilakukan para manajer pada suatu organisasi. Dengan pengawasan diharapkan penyimpangan dalam berbagai hal dapat dihindari sehingga tujuan dapat tercapai. Apa yang direncanakan, dijalankan dengan benar sesuai hasil musyawarah dan pendayagunaan sumber daya material yang akan mendukung terwujudnya organisasi.
Jadi pengawasan dalam pendidikan bukan sekedar mengontrol kegiatan yang dilaksanakan, apakah sudah sesuai rencana/program yang telah ditetapkan. Tetapi juga mencakup peningkatan kemampuan para guru, memperbaiki metode pengajaran, penentuan kondisi yang memungkinkan terciptanya situasi pengajaran yang efektif.

2.5.      Tujuan Manajemen
Menurut Shrode dan Voich (1974) yang dikutip oleh Ade Aisyah dkk (2013:106)  tujuan manajemen adalah produktivitas dan kepuasan. Mungkin saja tujuan ini tidak tunggal bahkan jamak atau rangkap, seperti peningkatan mutu pendidikan/lulusannya, keuntungan/profit yang tinggi, pemenuhan kesempatan kerja, pembangunan daerah/nasional, tanggung jawab sosial. Tuuan-tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian terhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman.
Jadi menurut Vromm, yang dikutip oleh Ade Aisyah dkk (2013:106) produktivitas merupakan fungsi dari motivasi dikalikan kemampuan. Artinya, tinggi rendahnya produktivitas dipengaruhi oleh motivasi dan kemampuan.

2.6.      Makna Manajemen
a.       Manajemen pendidikan mempunyai pengertian kerjasama untuk mencapai tujuan pendidikan. Seperti kita ketahui, tujuan pendidikan itu merentang dari tujuan yang sederhana sampai dengan tujuan kompleks, tergantung lingkup dan tingkat pengertian pendidikan mana yang dimaksud.
b.      Manajemen pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, dan penilaian.
c.       Manajemen pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir sistem. Sistem adalah keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian itu berinteraksi dalam suatu proses untuk mengubah masukan menjadi keluaran.
d.      Manajemen pendidikan juga dapat dilihat dari segi efektivitas pemanfaatan sumber. Jika manajemen dilihat dari sudut ini, perhatian tertuju kepada usaha untuk melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan pendidikan itu sudah mencapai sasaran yang ditetapkan dan apakah dalam pencapaian tujuan itu tidak mencapai pemborosan. Sumber yang dimaksud dapat berupa sumber manusia, uang sarana dan prasarana maupun waktu.
e.       Manajemen pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan. Manajemen pendidikan dilihat dari kepemimpinan merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana kemampuan yang dimiliki administrator pendidikan itu.
f.       Manajemen pendidikan juga dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan. Kita tahu bahwa melakukan kerja sama dan memimpin kegiatan sekelompok orang bukanlah pekerjaan yang mudah. Setiap kali, administrator dihadapkanpada berbagai macam masalah, dan ia harus memecahkan masalah itu.
g.      Manajemen pendidikan juga dapat dilihat dari segi komunikasi. Komunikasi dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha untuk membuat orang lain mengerti apa yang dimaksudkan orang lain itu.
h.      Manajemen sering kali diartikan dalam pengertian yang sempit yaitu kegiatan ketatausahaan yang intinya adalah kegiatan rutin catat-mencatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala aspeknya, serta mempersiapkan laporan.
Di atas telah di uraikan sedikit bahwa manajemen pendidikan dapat ditinjau dari sudut proses pencapaian tujuan pendidikan. Proses ini merupakan daur (siklus) yang dimulai dari perencanaa, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pembiayaan, pemantauan, dan penilaian (Ade Aisyah dkk, 2013:107-108).

2.7.      Manajemen Pendidikan dalam Operasionalnya di Sekolah
Dalam operasionalnya di sekolah, manajemen pendidikan dapat dilihat sebagai gugusan-gugusan tertentu. Gugusan-gugusan ini selanjutnya boleh disebut bidang garapan manajemen pendidikan. Tentang bidang-bidang garapan manajemen pendidikan dalam beberapa sumber terdapat beberapa perbedaan pendapat secara singkat kami kutipkan sebagai berikut (Ade Aisyah dkk, 2013;108-111).
a.       Hadari Nawawi
Disebut sebagai manajemen operatif (management of operative function). Kegiatannya meliputi:
1)      Tata usaha
2)      Perbekalan
3)      Kepegawaian
4)      Keuangan
5)      Hubungan masyarakat (humas)
b.      Edi Suardi
Kegiatan manajemen sekolah meliputi:
1)      Tatalaksana kurikulum
2)      Tatalaksana umum
3)      Tatalaksana murid
4)      Tatalaksana keuangan
5)      Tatalaksana personel
6)      Tatalaksana sarana material
7)      Komunikasi intern dan ekstern
c.       Ismed Syarif
Kegiatan manajemen umum meliputi:
1)      Kesiswaan
2)      Personalia
3)      Inventaris
4)      Pemeliharaan sarana
5)      Keuangan
6)      Hubungan masyarakat
d.      Direktorat Sarana Pendidikan
Dalam buku pedoman “ umum penyelenggaraan sekolah menengah”, ruang lingkup kegiatan manajemen sekolah meliputi:
1)      Program pengajaran
2)      Murid/siswa
3)      Kepegawaian
4)      Keuangan
5)      Perlengkapan
6)      Surat-menyurat
7)      Perpustakaan
8)      Pembinaan kesiswaan
9)      Hubungan sekolah dengan masyarakat
e.       Kurikulum 1975
Kegiatan manajemen sekolah meliputi:
1)      Kurikulum (pengajaran)
2)      Murid
3)      Personalia sekolah
4)      Tata laksana dan sarana fisik
5)      Kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat
f.       Kurikulm 1984
Manajmen sekolah meliputi pengaturan tentang:
1)      Proses belajar-mengajar
2)      Kesiswaan
3)      Personalia
4)      Peralatan pengajaran
5)      Gedung dan perlengkapan
6)      Keuangan
7)      Hubungan dengan masyarakat
Dari berbagai sumber diatas, dapat ditarik kesimpulan yang relevan dengan apa yang dimaksud oleh bidang-bidang garapan manajemen pendidikan. Bidang-bidang manajemen pendidikan ialah:
1.      Manajemen kurikulum.
2.      Manajemen kesiswaan.
3.      Manajemen personalia.
4.      Manajemen sarana pendidikan.
5.      Manajemen tata laksana sekolah.
6.      Pengorganisasian sekolah.
7.      Hubungan sekolah dengan masyarakat (humas).
Kedelapan hal tersebut boleh dikatakan sebagai delapan komponen manajemen pendidikan di sekolah atau delapan bidang garapan manajemen pendidikan di sekolah.

2.8.      Manajemen Sumber Daya Pendidikan
2.8.1.      Hakikat Manajemen
Hakikat manajemen adalah merupakan proses pemberian bimbingan, pimpinan, pengaturan, pengendalian, dan pemberian fasilitas lainnya. Manakala kita menoleh ke belakang sebelum masa penjajahan Belanda dan memperhatikan sejarah bangsa Indonesia, manajemen sudah dikenal dan sudah ada sejak dahulu kala. Pengertian manajemen dapat disebut pembinaan, pengendalian pengelolaan, kepemimpinan, ketatalaksanaan yang merupakan proses kegairahan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sumber daya manusia yang mempunyai wawasan masa depan memperhitungkan kemampuan yang ada, untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang lebih baik di masa yang akan datang. Koordinasi antar manusia yang dikendalikan untuk mencapai tujuan merupakan salah satu proses manajemen. Ada lima elemen dasar manajemen sumber daya manusia (Ade Aisyah dkk,2013:111).
a.       Kegiatan sumber daya untuk mencapai tujuan,
b.      Proses dilakukan secara rasional,
c.       Melalui manusia lain,
d.      Menggunakan metode dan teknik tertentu,
e.       Dalam lingkungan organisasi tertentu.
2.8.2.      Pengertian Manajemen Sumber Daya Pendidik
Fenomena sosial pada masa kini dan masa depan dalam era globalisasi ini, yang sangat menentuksn adalah manajemen sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan modal dan kekayaan yang terpenting dari setiap kegiatan manusia. Manusia sebagai unsur terpenting mutlak dianalisis dan dikembangkan dengan cara tersebut. Waktu, tenaga, dan kemampuannya benar-benar dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan organisasi, maupun bagi kepentingan individu.
Manajemen sumber daya manusia terdiri dari empat suku kata yaitu manajemen, sumber daya, dan manusia, keempat suku kata terbukti tidak sulit untuk dipahami, yang dimaksud manajemen sumber daya manusia adalah proses pengendalian berdasarkan fungsi manajemen terhadap daya yang bersumber dari manusia. Sebagaimana dikemukakan oleh Drucker, merintis jalan ke arah falsafah manajemen sumber daya manusia harus dimasukan pada sasaran dan rencana strategis dari perusahaan. Ada lima prinsip pendekatan terhadap manajemen sumber daya manusia, yaitu:
a.       Sumber daya manusia adalah merupakan kekayaan yang paling penting, yang dimiliki oleh organisasi, sedangkan manajemen yang efektif adalah kunci bagi keberhasilan organisasi tersebut.
b.      Keberhasilan sangat mungkin dicapai manakala peraturan atau kebijaksanaan dan prosedur, serta mekanisme kerja, yang bertalian dengan manusia dari perusahaan saling berhubungan dan memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan perusahaan dan pencapaian strategis.
c.       Budaya dan nilai perusahaan, suasana organisasi dan perilaku manajerial yang berasal dari kultur tersebut akan memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil pencapaian terbaik.
d.      Manajemen sumber daya manusia berhubungan dengan integrasi semua anggota organisasi yang terlibat untuk mencapai tujuan.
e.       Empat prinsip tersebut harus tertanam dalam diri setiap anggota ditambah dengan ketakwaan dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pentingnya Manajemen Sumber Daya Manusia dalam pembangunan sebagai faktor pertama dan utama dalam proses pembangunan, SDM selalu menjadi subjek dan objek pembangunan. Proses administrasi pun sangat dipengaruhi oleh manajemen sumber daya manusia, dan ada tiga macam klasifikasi sumber daya manusia sebagaimana dikemukakan oleh Ermaya (1996:2) yang dikutip oleh Ade Aisyah dkk (2013:113) yaitu:
a.       Manusia atau orang-orangyang mempunyai kewenangan untuk menetapkan, mengendalikan dan mengarahkan pencapaian tujuan yang disebut administrator.
b.      Manusia atau orang-orang yang mengendalikan dan memimpin usaha agar proses pencapaian tujuan yang dilaksanakan bisa tercapai sesuai rencana disebut manajer.
c.       Manusia atau orang-orang yang memenuhi syarat tertentu, diangkat langsung melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing atau jabatan yang dipegangnya.

2.8.3.      Manajemen Guru Terhadap Pembelajaran
a.      Hakikat Guru
Menurut Saiful Bahri Djamarah (2002:73) yang dikutip oleh Ade Aisyah dkk (2013:114) secara keseluruhan guru adalah figur yang menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalammasyarakat atau di sekolah. Tidak ada seorang pun yang mengenal seorang guru. Figur guru itu bermacam-macam ada guru silat, guru mengaji, guru mata pelajaran, dan lain-lain. Ki Hajar Dewantara menyebutkan sosok guru sebagai tut wuri handayani, ing madyo mangun karso, ing ngarso sung tulodo. Selain itu, guru dalam pendidikan Islam menurut Ahmad Tafsir (1004:74) siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam, orang yang paling tanggung jawab tersebut adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik. Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hak:
1)      Karena kodrat, yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya, dan karena itu dia ditakdirkan pula beratnggung jawab mendidik anaknya.
2)      Karena kepentingan orang tua, yaitu orang tua berkepentingan terhadapa kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tua juga.
Apapun istilah yang dikedepankan tentang figur guru, yang pasti semua itu merupakan penghargaan yang diberikan terhadap jasa guru yang banyak mendidik umat manusia dari dulu hingga sekarang. Figur guru sebagai manusia serba bisa tanpa cela dan nista. Masyarakat melihat guru sebagi figur yang kharismatik. Kemuliaan seorang guru tercermin dari kepribadian sebagai manifestasi dari sikap dan perilaku dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sedikit cela dan nista dari pribadi guru maka masyarakat mencaci makinya habis-habisan dan hilanglah wibawa guru itu.
Menurut Mulyasa (2007:35), Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, dari sejak lahir bahkan samapai meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik; ketika mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.
Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Memreka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia, serta menyejahterakan masyarakat dan kemajuan negara serta bangsa.
b.      Guru sebagai Sumber Belajar
Menurut Piet. A. Sahertian (1992:34), yang dikutipoleh Ade Aisyah dkk (2013:116) yang dimaksud dengan peranan guru ialah keterlibatan aktif seseorang dalam suatu proses kerja dalam proses penampilan itu ia tampil sebagai sesuatu yang dimainkan. Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang angat penting. Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasnn materi pelajaran. Kita bisa menilai baik atau tidaknya seorang guru dapat dilihat dari penguasaan materi pelajaran. Dikatakan guru yang baik manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya. Apapun yang ditanyakan siswa berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang diajarkannya, ia akan bisa menjawab dengan penuh keyakinan. Tidak hanya itu saja, menguaai metode pengajaran juga sangat penting untuk seorang guru, dan tidak kalah penting menjadi teladan bagi para siswanya. Sebaliknya, guru yang kurang menguasai proses pembelajaran, biasanya ia akan menunjukkan perilaku-perilaku tertentu yang berakibat pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran, misalnya teknik penyampaian materi yang monoton, ia lebih sering duduk di kursi sambil membaca, suaranya lemah, tidak berani melakukan kontak mata dengan siswa, sering marah-marah dan lain-lain. Perilaku guru yang demikian bisa menyebabkan hilangnya kepercayaan pada diri siswa, sehingga guru akan sulit mengendalikan kelas.
c.       Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, gru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Berkenaan dengan wibawa, guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektuan dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan.
Guru juga harus mampu mengambil keputusan secara mandiri (independent), terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kompetensi, dan lingkungan. Guru harus mampu dan mengambil keputusan secara cepat, tepat waktu, dan tepat sasaran, terutama berkaitan dengan masalah pembelajaran dan peserta didik, tidak menunggu perintah atasan atau kepala sekolah. Sedangkan disiplin, dimaksudkan bahwa guru harus meamtuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten atas kesadaran profesional, karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan para peserta didik di sekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam menanamkan disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan perilakunya (Ade Aisyah dkk, 2013:117).
d.      Guru sebagai Pembimbing
Guru diharapkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuannya bertanggung jawab atas kelancaran pelajaran itu. Dalam hal ini istilah perjalan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih kompleks. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus di tempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Sebagai pembimbing, guru memiliki hak dan tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang direncanakannya (Ade Aisyah dkk, 2013:117).
e.       Guru sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latyihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Guru berperan sebagai pelatih artinya guru bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing (Ade Aisyah dkk, 2013:118).
f.       Guru sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Banyak guru cenderung menganggap bahwa konseling hanya berhubungan dengan seorang klien yang bermasalah, kebanyakan guru tidsk senang melaksanakan fungsi ini. Padahal salah satu tugas guru adalah menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaan, mau tidak mau kegiatan pembelajaran meletakannya pada posisi tersebut. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan, mereka akan membutuhkan guru sebagai penasehat selain orang tuanya. Makin efektif guru menangani setiap permasalahan makin banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk mendapatkan nasehat dan kepercayaan diri (Ade Aisyah dkk, 2013:118).

2.9.      Konsep Dasar Pendidikan Manajemen
Memahami sebuah pengertian atau hakikat sesuatu perlu berawal salahsatunya dari kosep sesuatu itu. Dengan demikian akan lebih dapat dimengerti tentang yang dibahas itu. Berhubungan dengan landasan manajemen maka perlu dipahami juga konsep dasar manajemen itu sendiri yang diharapkan akan lebih memberikan gambaran dan hubungan antar manajemen dengan pendidikan.

1.     

Pandangan Tentang Manajemen sebagai
 (Ilmu, Kiat atau Seni dan Profesi)
Kerangka konsep


Falsafah Manajemen
(Hakekat: Tujuan, Orang, Kerja)

Teori-teori Manajemen
(Klasik, Noeklasik, Modern)

Prinsip-prinsip Manajemen
(MBO, MBP, MBI, MIS)

Praktek Manajerial
1.        Perencanaan (planning)
2.        Pengorganisasian (organizing)
3.        Pimpinan (leading)
4.        Pengawasan (controlling)

 










Sumber-sumber Daya
1.        Manusia
2.        Sarana
3.        Biaya
4.        Teknologi
5.        Informasi


Mutu
Efesiensi
Relevansi
Kreativitas
 









2.      Deskripsi Konsep
a.       Esensi Falsafah Manajemen
Setiap jenis pengetahuan termasuk pengetahuan manajemen mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa, bagaimana dan untuk apa pengetahuan manajemen disusun. Ketiganya berkaitan satu sama lain (system). Pontologi ilmu terkait dengan epistimologi dan epistomologi terkait dengan aksiologidan begitupun seterusnya.
Dalam manajemen, falsafah manajemen pada hakikatnya menyediakan seperangkat pengetahuan untuk berfikir efektif dalam memecahkan segala permasalahan manajemen. Ini merupakan hakikat manajemen sebagai suatu disiplin ilmu dalam mengatasi masalah organisasi berdasarkan pendekatan yang intelegen.
b.      Esensi Teori Manajemen
Teori manajemen mempunyai peran atau membantu dalam menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan (satisfaction). Karakteristik teori manajemen secara garis besar harus mengacu pada pengalaman empiric, adanya keterkaitan antara suatu teori dengan teori lain, dan adannya pendekatan.
c.       Esensi prinsip Manajemen
Pentingnya prinsip dasar manajemen dalam praktek manajemen antara lain:
1)      Menentukan cara atau metode kerja
2)      Pemilihan pekerja dalam pengembangan keahliannya
3)      Pemilihan Kerja
4)      mementukan batas batas tugas
5)      membuat sepesifikasi tugas
6)      melakukan kebaikan pendidikan
7)      menentukan system dan besarnya imalannya. Semuanya itu di maksudkan untuk meningkatkann efektiitas, efesiensi  dan produktifitas kerja
d.      Kegiataan praktek manajerial
Praktek manajerial adalah kegiatan yang dilakukan oleh manajer. Apabila menajemen  dipandang sebagai serangkaian kegiatan (proses) maka proses itu akan mencakup bagaimana cara mengkoordinasikan dan menintegrasikan bergagai sumber untuk mencapai organisasi ( produktifirtas dan kepuasaan) dengan melibatkan orang, teknik informasi dan stuktur yang telah di rancang kegiatan manajerial itu meliputi aspek namun aspek yang paling utama   yaitu aspek perencanaan, perorganinasian pimpinan dan pengawasan
e.       Sumber daya pendidikan
Sumber daya terebut  diantaranya: manusia, sarana dan prasarana, biaya, teknologi dan informasi namun yang terpenting adalah sumber daya manusia, jadi tugas seorang menajer adalah  menyeleksi, menempatkan, melatih dan mengembangkan sumber daya manusia. (Nanang Fatah, 2004: 11-13) yang dikutip oleh Uus Ruswandi dkk (2009:158)
Sukses tidaknya suatu organisasi tergantung kepada sumber daya manusia yang menjadi anggotanya. Betapapun sempurna rencana-rencana organisasi pengawasan serta penelitian, tapi bila orang-orang tidak mau melakukan pekerjaan yang diwajibkan atau bila mereka tidak menjalankan tugasnya, maka seorang manajer tidak akan mencapai hasil yang maksimal dan memuaskan.

2.10.        Konsep Manajemen Sekolah yang Berkarakter
Menurut Kemendiknas 2010, yang dikutip oleh Gunawan (2012:239) Manajemen sekolah yang berkarakter baik (mengandung nilai-nilai karakter) adalah pemanfaatan dan pemberdayaan seluruh sumber daya yang dimiliki sekolah, melalui proses dan pendekatan dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, berdasarkan dan mencerminkan nilai-nilai dan norma-norma yang luhur, baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, berbangsa maupun lingkungan. Dalam pengertian ini pendidikan karakter tidak dimaksudkan sebagai payung manajemen sekolah, melainkan sebagai upaya menerapkan nilai-nilai karakter dalam penyelenggaraan manajemen di sekolah, atau dengan kata lain bahwa nilai-nilai karakter diatanamkan secara terpadu kedalam pengelolaan sekolah.
Prinsip-prinsip Implemetasi Manajemen Sekolah Berkarakter
Dalam implementasi manajemen sekolah yang mengandung nilai-nilai karakter terdapat prinsip-prinsip yang hendaknya diterapkan oleh sekolah antara lain :


1.      Kejelasan Tugas dan Pertanggungjawaban
Prinsip ini menekankan bahwa disekolah hendaknya ada kejelasan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) setiap respon yang ada, sehingga tertuang secara jelas tugas masing-masing personil di sekolah. Dalam mengimplementasikan prinsipini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai amanah,terbuka dan tanggung jawab. Artinya pada saat seseorang diberi tugas itu amanah atau tidak. Terbuka artinya memberikan kesempatan kepada semua orang yang memenuhi kriteria untuk diberi tugas itu. Kemudian, pihak-pihak yang terkait dengan hal tersebut hendaknya melakukan prosedur dan mekanisme secara bertanggung jawab sehingga hasil dari keseluruhan proses dapat dipertanggungjawabkan.
2.      Pembagian Kerja Berdasarkan Profesional
Prinsip ini mengarahkan bahwa dalam memberikan tugas atau pekerjaan kepada seseorang, hendaknya didasarkan pada keahlian dan kemampuan yang bersangkutan (the right man on the right place). Penempatan seseorang dalam suatu jabatan harus sesuai dengan tuntutan job description dari posisi yang akan ditempati, dan orang yang akan diberi tugas hendaknya memenuhi kriteria yang di syaratkan. Dalam mengimplementasikan prinip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai rasional, komitmen, dan berfikir jauh kedepan. Artinya penempatan orang pada posisi tertentu hendaknya di dasarkan pada pertimbangan yang masuk akal karena yang bersangkutan memiliki komitmen yang tinggi dalam hal tersebut diarahkan pada tercapainya tujuan yang hendak dicapai di masa depan.  
3.      Kesatuan Arah Kebijakan
Prinsip ini menegaskan bahwa dalam penyelenggaraan sekolah, hendaknya ada kesatuan arah kebijakan yang dapat dijadikan dasar pelaksanaan bagi warga sekolah sehingga tidak terjadi simpang siur dan kebingungan. Atau dengan kata lain perlu dihindari terjadinya kebijakan yang tumpang tindih dan kontradiktif. Dalam mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai kebijaksanaan, demokratis,dan manusiawi. Artinya, penetapan kesatuan arah kebijakan tersebut hendaknya dilaksanakan secara bijaksana, dengan mempertimbangkan dan mengakomodasikan masukan dan aspirasi yang berkembang serta dilakukan secara persuasive dan manusiawi.
4.      Teratur
Prinsip ini menekankan bahwa dalam penyelenggaraan sekolah, hendaknya ada aturan yang disepakati dan menjadi pijakan bagi semua warga sekolah dalam melaksanakan tugas-pokok-fungsi dan interaksi diantara mereka sehingga terwujud keteraturan. Dalam mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai kebersamaan, kooperatif dan dinamis. Artinya, keteraturan itu muncul karena kesamaan perasaan dan tujuan yang hendak dicapai, yang diwujudkan secara kongkrit dalam bentuk kemauan dan kerja bersama-sama dengan semua warga sekolah. Disamping itu keteraturan bersifat dinamis, yakni tetap mengakomodir perubahan-perubahan yang positif dan konstruktif sehingga semakin lama semakin meningkat kualitas keteraturannya.
5.      Disiplin
Prinsip ini mengharuskan setiap warga sekolah untuk selalu taat asas, patuh dan konsisten terhadap aturan yang dibuat dan disepakati bersama. Dlam mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai kukuh hati, menghargai waktu dan berani berbuat benar. Artinya, kedisiplinan yang dilakukan tersebut merupakan perwujudan dari sikap dan tindakan kukuh pada hukum dan menghargai waktu, karena terdorong oleh semangat berani berbuat benar dan bukan factor taut pada pimpinan atau terhadap sanksi.
6.      Adil (seimbang)
Prinsip keadilan mengarah pada terwujudnya keseimbangan antara ha dengan kewajiban, penghargaan dengan hasil karya, punishment dengan tingkat kesalahan, baik yang dilakukan oleh guru, staff, tata usaha maupun para peserta didik dan warga sekolah lainnya. Dalam mengimplementsikan prinsip ini, hendak nya tercermin antara lain nilai-nilai empati, lugas dan pemaaf. Artinya, keadilan (keseimbangan) yang hendak di upayakan dan di tegakkan disekolah itu dilandasi oleh adanya pengertian, kepedulian dan kemauan untuk dapat menempatkan sesuatu pada posisi yang tepat, tanpa mengurangi sikap lugas pada aturan yang berlaku dan sifat pemaaf kepada yang menyadari akan kekhilafan dan kesalahannya.
7.      Inisiatif
Prinsif ini menekankan bahwa setiap orang yang ada disekolah hendaknya memiliki keinginan, pikiran dan gagasan untuk terus menerus mengambil prakarsa, melakukan hal-hal baru yang positif. Kemampuan berinisiatif sangat menunjang keberhasilan sekolah dalam meraih tujuan yang ditetapkan. Dalam mengimplementasikan prinsif ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai berani mengambil resiko, rendah hati, dan sabar. Artinya, inisiatif tersebut dilakukan demi mengembangkan dan kemajuan sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah, pendidik dan peserta didik harus berni mengambil resiko. Namun demikian tetap dengan sikap rendah hati dan sabar dalam menyikapi perubahan dan kemajuan yang diharapkan.
8.      Semangat Kebersamaan
Prinsip ini menekankan kesadaran kepada setiap warga sekolah adalah sebagai bagian yang integral dan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan bagian lainnya. Rasa kebersamaan (the common) merupakan modal social (social capital) yang hendaknya dikembangkan di sekolah.
Kebersaman merupakan asset social sekolah yang sangat berharga, karena dengan kebersamaan itu suatu pekerjaan akan lebih mudah dan cepat diselesaikan. Dalam mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai baik sangka, saling menghormati dan mandiri. Artinya semangat kebersamaan tersebut dilandasi dan dibarengi dengan sikap baik sangka dan saling menghormati antar sesame warga sekolah dan antar warga sekolah dengan stakeholders lainnya, dengan tetap menjaga dan memperhatikan sifat kemandiriannya.
9.      Sinergis
Prinsip ini menekankan bahwa pengelolaan sekolah hendaknya dilakukan secara terpadu, saling mengisi dan melengkapi antara satu bidang dengan bidang atau urusan yang lainnya. Dalam kenyataannya, tidak ada bidang atau urusan yang berdiri sendiri dan terpisah dengan yang lainnya. Dalam mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai menghargai karya orang lain, tenggang rasa dan rela berkorban. Artinya dalam pengelolaan dan penanganan sesuatu masing-masing pihak yang terkait mau menghargai karya orang lain, tenggang rasa dan ada kemungkinan dituntut kerelaannya untuk berkorban.
10.   Ikhlas
Prinsip ini mengarahkan bahwa pekerjaan yang telah diberikan hendaknya dilaksanakan dengan tekat sungguh-sungguh untuk berbuat sebaik mungkin dan dengan penuh kesadaran. Disamping itu ada kemungkinan bahwa yang dilakukannya itu semata-mata sebagai wujud tanggung jawab terhadap aanah yang diberikan kepadanya. Dalam mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain  nilai-nilai pengabdian, tawakal dan syukur. Artinya, segala yang dilakukannya itu diapresiasikan sebagai pengejawatahan pengabdiannya kepada Allah Yang Maha Kuasa, bakti kepada bangsa dan Negara serta kemaslahatan untuk sesama.

2.11.        Konsep Dasar Manajemen Barbasis Sekolah
Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school-based management”. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat, ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevensi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat.
MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta didik.
Menurut Fattah (2000) yang dikutip oleh Mulyasa (2003:24-25) Kewenangan yang bertumpu kepada sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan beberpa keuntungan berikut :
1.      Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta didik, orang tua, dan guru;
2.      Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya local;
3.      Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah;
4.      Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancang ulang sekolah, dan perubahan perencanaan.

2.11.1.  Tujuan MBS
MBS merupan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi, yang dinyatakan dalam GBHN. Hal tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro, meso, maupun mikro (Mulyasa, 2003:25).
MBS bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi, antara lain, diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumberdaya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu dapat diperoleh, antara lain melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolahdan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya system insentif serta disinsentif. Peningkatan pemerataan antara lain diperoleh melalui partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan karena pada sebagian masyarakat tumbuh rasa kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah (Mulyasa, 2003:25).

2.11.2.  Manfaat MBS
MBS memberikan dan kekuasaan yang besar pada sekolah, disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategis MBS sesuai dengan kondisi setempat, sekolah dapat lebih meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi kepada pada tugas. Keleluasan dalam mengelola sumber daya dan dalam menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala sekolah, dalam peranannya sebagai manajer maupun pimpinan sekolah. Dengan diberikannya kesempatan kepada sekolah untuk menyusun kurikulum, guru didorong untuk berinovasi, dengan melakukan eksperimentasi-eksperimentasi di lingkungan sekolahnya. Dengan demikian, MBS mendorong profesionalisme guru dan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah. Melalui penyusunan elektif, rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta didik dan masyarakat sekolah. Prestasi peserta didikdapat dimaksimalkan melalui peningkatan partisipasi orang tua, misalnya, orang tua dapat mengawasi langsung proses belajar anaknya.
MBS menekankan keterlibatan maksimal berbagai pihak, seperti pada sekolah-sekolah swasta, sehingga menjamin partisipasi staff, orang tua, peserta didik, dan masyarakat yang lebih luas dalam perumusan-perumusan keputusan tentang pendidikan. Kesempatan berpartisipasi tersebut dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap sekolah.

2.11.3.  Manajemen Komponen-Komponen Sekolah
Sedikitnya terdapat tujuh komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik dalam rangka MBS, yaitu :
1.      Manajemen kurikulum dan program pengajaran
Merupakan kegiatan perencanaan, pelaksaan dan penilaian kurikulum.
2.      Manajemen tenaga kependidikan
Manajemen tenaga kependidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efesien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi menyenangkan.
3.      Manajemen kesiswaan
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik mulai masuk sampai dengan keluarya peserta didik tersebut dari suatu sekolah.
4.      Manajemen keuangan dan pembiayaan
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efesiensi pengelolaan pendidikan,
5.      Manajemen sarana dan prasarana pendidikan
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dalam menunjang proses pendidikan.
6.      Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah.
7.      Manajemen layanan khusus
Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan sekolah (Mulyasa, 2003:39-52).


BAB III
PENUTUP

3.1.      Kesimpulan
Manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakan, mengendalikan dan mengembangkan segala upaya di dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasana untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Landasan Manajemen adalah suatu proses untuk mengorganisasi dan memakai sumber-sumber dalam rangka menyelesaikan tujuan yang sudah ditentukan dan dijadikan sebagai dasar pendidikan.
Fungsi manajemen adalah rangkaian berbagai kegiatan yang telah ditetapkan dan memiliki hubungan serta saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya yang dilaksanakan oleh orang-orang dalam organisasi atau bagian-bagiannya yang diberikan tugas untuk melaksanakan kegiatan.
a.       Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan tindakan awal dalam aktivitas manajerial pada setiap organisasi.
b.      Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian merupakan keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa, sehingga terciptalah suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
c.       Pengaturan (Directing)
d.      Koordinasi (Coordinating)
e.       Kepemimpinan (Leadership)
f.       Komunikasi (Communicating)
g.      Pengawasan (Controlling)
Manajemen Guru Terhadap Pembelajaran diantaranya : Hakikat Guru, Guru sebagai Sumber Belajar, Guru Sebagai Pendidik, Guru sebagai Pembimbing, Guru sebagai Pelatih, Guru sebagai Penasehat.
Manajemen Komponen-Komponen Sekolah, diantaranya :Manajemen kurikulum dan program pengajaran, Manajemen tenaga kependidikan, Manajemen kesiswaan, Manajemen keuangan dan pembiayaan, Manajemen sarana dan prasarana pendidikan, Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat, Manajemen layanan khusus.

3.2.      Saran
Agar manajemen di suatu sekolah bisa berjalan dan tertata dengan baik, maka harus terciptanya prinsip-prinsip implemetasi manajemen sekolah, yang diantaranya diadakannya:
1.      Kejelasan tugas dan pertanggungjawaban, sehingga setiap tugas mendapatkan pertanggungjawaban yang benar dari orang yang dibebani tugas  
2.      Pembagian kerja berdasarkan professional, agar orang yang dibebani tugas sesuai dengan keahlian yang dimilikinya, sehingga hasilnya akan Nampak maksimal.
3.      Kesatuan arah kebijakan, agar kesatuan arah kebijakan yang dapat dijadikan dasar pelaksanaan bagi warga sekolah sehingga tidak terjadi simpang siur dan kebingungan
4.      Teratur, disiplin, adil (seimbang), inisiatif, semangat kebersamaan, sinergis, dan ikhlas.
Dengan demikian suatu sekolah yang memiliki prinsip seperti diatas, maka sekolah dengan manajemen tersebut akan tercipta dengan baik dan sempurna.


DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Ade. Dkk .,2013. Landasan Pendidikan. Bandung:Alfabeta
Gunawan, Heri. Dkk., 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:Alfabeta
Mulyasa, E.,2003. Manajemen Berbasisi Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Ruawandi, Uus., 2009. Landasan Pendidikan. Bandung: CV Insan Mandiri









Tidak ada komentar:

Posting Komentar