BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Lembaga
Pendidikan merupakan suatu wadah lembaga yang menghantarkan seseorang
kedalam alur berfikir yang teratur dan sistematis. Dalam pengertiannya
Pendidikan adalah “usaha sadar dan direncanakan untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat bangsa dan negara”. Dalam pelaksanaannya sebuah lembaga pendidikan
kerap-kali dihadapkan pada problem-problem sistem pembelajaran, mulai dari
penyiapan sarana dan prasarana, materi, tujuan bahkan sampai pada penyiapan
proses.
Dalam
perkembangannya lembaga pendidikan sebagai sebuah lembaga yang bergerak
dibidang non-profit oriented, memaksa pelaksana pendidikan menggunakan
teori-teori yang sebelumnya sudah berkembang dalam dunia ekonomi. Maka tak
heran ketika kita mendengar adanya teori manajemen pendidikan, yang pada
dasarnya itu diambil dari teori-teori manajemen dalam dunia bisnis. Bukan
berarti setelah meminjam teori manajemen ekonomi sebuah lembaga pendidikan
menjadi komersial, tetapi semata-mata hanyalah digunakan sebagai landasan yang sistematis
untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan. Sehingga hasilnya pun tidak bisa
seperti yang diharapkan kalau seseorang menerapkan teori manajemen dalam bidang
bisnis.
Pada
saat sekarang dan masa yang akan datang, sesuai dengan masyarakat serta kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi manajemen diterapkan dalam berbagai aspek
kehidupan dan kelembagaan, seperti dibidang ekonomi, pemerintah, militer,
kemasyarakatan, dan pendidikan. Dalam rangka untuk membantu peningkatan mutu
pendidikan, para pengelola pendidikan dituntut untuk selalu memperkaya wawasan
pengetahuan serta kemampuan yang relevan dengan pekerjaannya.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sangat turut menentukan arah perkembangan
masyarakat dewasa ini, yang secara langsung berkaitan erat dengan dunia
pendidikan.namun persoalan yang sering muncul adalah menyangkut lulusan
yang apabila dihadapkan pada kebutuhan tenaga kerja, sangat terasa betapa
rendahnya kualitas sumber daya manusia di negara kita. Sebagian
masyarakat dari dunia
pendidikan mengklaim bahwa
faktor penyababnya adalah menyangkut sistem dan manajemen penyelenggaraan pendidikan.
1.2. Rumusan
Masalah
Adapun masalah-masalah yang ingin di gali dalam
pembuatan makalah ini yaitu seperti terangkum dalam pertanyaan-pertanyaan
berikut :
1. Apa
Pengertian Manajemen ?
2. Apa
Pengertian Landasan Manajemen ?
3. Mengapa
Manajemen Dijadikan Sebagai Landasan Pendidikan ?
4. Apa
Fungsi Manajemen Pendidikan ?
5. Apa
Tujuan Manajemen ?
6. Apa
Makna Manajemen ?
7. Bagaimana
Manajemen Pendidikan dalam Operasionalnya di Sekolah?
8. Manajemen
Sumber Daya Pendidik
a. Bagaimana
Hakikat Manajemen ?
b. Apa
Pengertian Manajemen Sumber Daya Pendidik ?
c. Bagaimana
Manajemen Guru Terhadap Pembelajaran ?
9. Bagaimana
Konsep Dasar Pendidikan Manajemen ?
10. Bagaimana
Konsep Manajemen Sekolah yang Berkarakter ?
11. Konsep
Dasar Manajemen Berbasis Sekolah
a. Apa
Tujuan MBS ?
b. Apa
Manfaat MBS ?
c. Apasaja
Manajemen Komponen-Komponen Sekolah ?
1.3.
Tujuan
Penulisan
makalah ini dilakukan untuk memenuhu tujuan-tujuan yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi kita semua dalam menambah imu pengetahuan dan wawasan. Secara
terperinci tujuan dari penelitian dan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk
Mengetahui Apa Pengertian Manajemen.
2. Untuk
Mengetahui Apa Pengertian Landasan Manajemen.
3. Untuk
Mengetahui Mengapa Manajemen Dijadikan Sebagai Landasan Pendidikan.
4. Untuk
Mengetahui Apa Fungsi Manajemen Pendidikan.
5. Untuk
Mengetahui Apa Tujuan Manajemen.
6. Untuk
Mengetahui Apa Makna Manajemen.
7. Untuk
Mengetahui Bagaimana Manajemen Pendidikan dalam Operasionalnya di Sekolah.
8. Untuk
Mengetahui Manajemen Sumber Daya Pendidik.
a. Untuk
Mengetahui Bagaimana Hakikat Manajemen.
b. Untuk
Mengetahui Apa Pengertian Manajemen Sumber Daya Pendidik.
c. Untuk
Mengetahui Bagaimana Manajemen Guru Terhadap Pembelajaran.
9. Untuk
Mengetahui Bagaimana Konsep Dasar Pendidikan Manajemen.
10. Untuk
Mengetahui Bagaimana Konsep Manajemen Sekolah yang Berkarakter.
11. Untuk
Mengetahui Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah.
a. Untuk
Mengetahui Apa Tujuan MBS.
b. Untuk
Mengetahui Apa Manfaat MBS.
c. Untuk
Mengetahui Apasaja Manajemen Komponen-Komponen Sekolah.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Manajemen
Menurut
John M. Echols (1993:372) yang dikutip oleh Gunawan (2012:237) Istilah
manajemen berasal dari kata manage (bahasa Inggris) yang berarti mengurus,
mengatur, melaksanakan dan mengelola, maka kata management yang bermakna
ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan.
Menurut
Rusman (2008) sebagaimana yang dikutip oleh Gunawan (2012:237), secara
terminologi manajemen adalah suatu proses yang berkenaan dengan usaha manusia
melalui bantuan manusia lain melalui cara yang efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Jadi manajemen merupakan suatu proses
sosial yang merupakan proses kerjasama antar dua orang atau lebih secara formal
(Heri Gunawan 2012:237).
Menurut Pariata Westa dkk (1978:13)
sebagaimana yang dikutip oleh Ade Aisyah dkk (2013:100) manajemen berasal dari
bahasa latin “manus”, dari bahasa Perancis “mono” dan dari bahasa Itali
“manage, menage dan meneggiare” yang berarti melatih kuda dalam
melangkah-langkahkan kakinya. Manajer diumpakan kuda. Mengapa demikian ? hal
ini karena kuda adalah binatang yang kuat dan berdaya mampu yang hebat. Dengan
demikian, seorang manajer pendidikan
harus orang yang kuat fisiknya, kuat mental, spiritual dan ilmu pengetahuan
(Ade Aisyah dkk, 2013:100). Pengertian manajemen menurut Terry (1953: 4) yang
dikutip oleh Ade Aisyah dkk (2013:100) adalah sebagai berikut: management is the
accomplishing of a pre determining objective through the effort of other
people”. Dengan demikian, arti majemen merupakan usaha untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya melalui usaha orang lain. Hersey dan Blancard
(1982:3) yang dikutip oleh Ade Aisyah dkk (2013:100) memberikan pengertian
manajemen sebagai berikut: “Management with and through individuals and groups
to accomplish organizational goals.”. Pengertian manjemen menurut Hersey yang
dikutip oleh Ade Aisyah dkk (2013:100) adalah merupakan kegiatan yang dilakukan
bersama melalui seseorang dan kelompok dengan maksud untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi. Menurut Stoner (1981) yang dikutip oleh Ade Aisyah
dkk (2013:101) mengemukakan arti manajemen sebagai... “the process of planning,
organizing, leading ang controlling the efforts of organizing members and of
using all other organizational resources to achieve stated organizational
goals.”
Kesimpulan dari rumusan di atas
bahwa manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,
menggerakan, mengendalikan dan mengembangkan segala upaya di dalam mengatur dan
mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasana untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien (Ade Aisyah dkk,
2013:101).
Menurut Mary Parker Follet (Stoner,
1986) yang dikutip oleh Ade Aisyah (2013:101) manajemen sebagai seni untuk
melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang. (The art of getting things done
through people). Definisi ini perlu mendapat perhatian karena berdasarkan
kenyataan, manajemen mencapai tujuan organisasi dengan cara mengatur orang
lain. Hal senada juga diungkapkan Henry M. Botinger, manajemen sebagai suatu
seni membutuhkan tiga unsur, yaitu; pandangan, pengetahuan tekhnis, dan
komunikasi. Ketiga unsur tersebut terkandung dalam manajemen. Oleh karena itu,
keterampilan perlu dikembangkan melalui pelatihan manajemen, seperti halnya
melatih seniman.
Manajemen pendidikan merupakan
bentuk kerja sama personel pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan itu.
Tujuan umum yang dicapai dalam kerja sama itu adalah pembentukan kepribadian
murid sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tingakat perkembangannya dalam
usian pendidikan. Tujuan ini dapat dijabarkan antara lain, yaitu kurikuler,
tujuan instruksional umum, dan tujuan instruksional khusus.
2.2. Pengertian
Landasan Manajemen
Manajemen berasal dari Bahasa inggris yaitu to
manage, berarti mengatur, mengelola melaksanakan dan memperlakukan. (Hamid,
tt: 172). Menurut George R. Terry (1954) sebagaimana yang dikutip oleh Uus
Ruswandi dkk (2009:146), Manajemen merupakan suatu proses yang khas yang
terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan serta penilaian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui sumberdaya manusia dan
sumber-sumber lainnya (Effendi, 1998:7). Menurut Siagian (1986) yang dikutip
oleh Uus Ruswandi dkk (2009:146), manajemen adalah suatu akttivitas menggerakan
orang lain, suatu kegiatan memimpin atas dasar sesuatu yang telah diputuskan.
Jadi,
Landasan Manajemen adalah suatu proses untuk mengorganisasi dan memakai
sumber-sumber dalam rangka menyelesaikan tujuan yang sudah ditentukan dan
dijadikan sebagai dasar pendidikan.
2.3. Manajemen
Sebagai Landasan Pendidikan
Menurut Made Pidarta (1998:4) yang dikutip oleh
Ruswandi dkk (2009:147 Dalam pendidikan, Manajemen dapat diartikan sebagai
aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah dicapai sebelumnya. Manajemen dipilih sebagai aktifitas kerja,
bukan sebagai individu agar konsisten dengan istilah administrasi dan
administrator sebagai pelaksanaannya dan supervisor sebagai pelaksaannya.
Menurut Sahertian (1981:18), yang dikutip oleh Uus
Ruswandi dkk (2009:147),Secara umum istilah supervisi berarti mengamati,
mengawasi, membimbing dan menstimulir kegiatan-kegiatan orang lain dengan
maksud untuk perbaikan. Dalam bidang pendidikan, supervisi mengandung konsep
umum yang sama, namun harus disesuaikan
dengan aktivitas-aktivitas pengajaran.
Salah satu usaha untuk meningkatkan pengjaran adalah
dengan melaksanakan suvervisi pendidikan. Dalam sepervisi kepala sekolah
mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk memajukan pengajaran dengan melalui
peningkatan profesi guru secara terus menerus (Uus Ruswandi dkk, 2009:147).
Menurut Sahertian (1981:293), yang dikutip oleh Uus
Ruswandi dkk (2009:147-148) Kembali pada fungsi supervisi, maka kepala sekolah
memegang peranan yang sangat penting dalam: 1) Membimbing guru agar dapat
memahami lebih jelas persoalan-persoalan dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik
serta membantu guru dalam mengatasi persoalan tersebut; 2) Membantu guru dalam
mengatasi kesukaran dalam mengajar; 3) Memberi bimbingan dan arahan yang
bijaksana terhadap guru baru; 4) Membantu guru memperoleh kecakapan mengajar
yang lebih baik dengan menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan sifat
materinya; 5) Membantu guru memperkaya pengalaman belajar sehingga suasana
pembelajaran bisa menggembirakan peserta dididk; dan 6) memberikan pimpinan
yang efektif dan demokratis.
Menurut Suryo subroto (2004:15-21), yang dikutip
oleh Uus Ruswandi dkk (2009;148-149) Manajemen dijadikan landasan dalam
pendidkan karena: pertama, manajemen pendidikan mempunyai pengertian
kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Kedua, manajemen pendidikan
mengandung pengertian proses untuk mencapai pendidikan, proses iti dimulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, dan penilaian. Ketiga.
Manajemen pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berfikir system. System
adalah keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian itu berinteraksi dalam suatu
proses untuk mengubah masukan menjadi keluaran. Keempat, manajemen
pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan, ini merupakan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan bagaimana dengan kemampuan administrator pendidikan
itu, ia dapat melaksanakan tut wuri handayani, ing madyo mangun karso, dan
ing ngarso sung tuludo dalam pencapaian pendidikan. Kelima, Manajemen
pendidikan juga dapat dilihat dari segi komunikasi, karena komunikasilah yang
dapat membuat kita memahami apa yang diinginkan teman sekerjanya.
2.4. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen yang dimaksud disini menurut Morris
(1976) yang dikutip oleh Ade Aisyah dkk (2013:102) adalah rangkaian berbagai kegiatan yang telah
ditetapkan dan memiliki hubungan serta saling ketergantungan antara yang satu
dengan yang lainnya yang dilaksanakan oleh orang-orang dalam organisasi atau
bagian-bagiannya yang diberikan tugas untuk melaksanakan kegiatan.
a. Perencanaan
(Planning).
Perencanaan merupakan tindakan awal dalam aktivitas
manajerial pada setiap organisasi. Karena itu, pernecanaan akan menentukan
adanya perbedaan kinerja (performance) satu organisasi lain dalam pelaksanaan
rencana untuk mencapai tujuan. Dalam perencanaan ada tujuan khusus. Tujuan
tersebut secara khusus sungguh-sungguh dituliskan dan dapat diperoleh semua
anggota organisasi. Dan perencanaan mencakup periode tahun tertentu. Jelasnya,
ada tindakan program khusus untuk mencapai tujuan ini, maka manajemen memiliki
kejelasan pengertian sebagai bagian yang mereka inginkan.
Beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
perencanaan itu memerlukan pemikiran yang cerdas dalam rangka menentukan
perbuatan di masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa perncanaan
berhubungan dengan penetapan tujuan yang berorientasi masa depan. Bila
dikaitkan dengan pendidikan, ini berarti persiapan menyusun keputusan tentang
masalah atau pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh sejumlah orang dalam rangka
membantu orang lain (terutama peserta didik) untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pentingnya perencanaan menurut (Hasibuan, 2007: 91)
yang dikutip oleh Uus Ruswandi dkk
(2009:150)
1. Tanpa
perencanaan dan rencana berarti tidak ada tujuan yang akan dicapai.
2. Tanpa
perencanaan dan rencana tidak ada pedoman pelaksanaan sehingga banyak
pemborosan.
3. Rencana
adalah dasar pengendalian, tanpa adanya rencana perencanaan tidak dapat
dilakukan.
4. Tanpa
perencanaan dan rencana berarti tidak ada keputusan dan proses manajemen pun
tidak ada.
Jika dikaitkan dengan pendidikan maka Philip H.
Combs mengemukakan lima ciri perencanaan pendidikan yang dikuti oleh Uus
Ruswandi dkk (2009:151) :
1. Perencanaan
pendidikan harus berpandangan jangka panjang
2. Perencanaan
pendidikan harus diintegrasikan dengan rencana ekonomi yang lebih luas dan
perkembangan masyarakat.
3. Perencanaan
pendidikan harus merupakan suatu bagian integral pengelolaan pendidikan
4. Perencanaan
pendidikan harus memperhitungkan bagian kualitatif, karena perkembangan pendidikan
bukan perluasan secara kualitatif saja. (Afifuddin, 2004:49)
b. Pengorganisasian
(organizing)
Sebelum dijelaskan hakikat pengorganisasian sebagai
salah satu fungsi manajemen, maka terlebih dahulu dikemukakan arti organisasi.
Sebab organisasilah yang menjadi wadah seluruh aktivis manajerial, tak
terkecuali pengorganisasian. Menurut Soebagio Atmodiwirio (2000: 100) yang
dikutip oleh Ade Aisyah dkk (2013:103) menjelaskan: Pengorganisasian dapat
diartikan juga sebagai keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat,
tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa, sehingga terciptalah
suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai kesatuan dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditentukan. Kerja sama itulah yang menetapkan adanya eksistensi
organisasi, tanpa adanya kerja sama, bukanlah organisasi. Berbagai definisi
dikemukakan oleh pakar organisasi, antara lain:
1) Siagian
Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara
dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk tujuan bersama dan terikat secara
formal dalam persekutuan.
2) Chester
I. Barnard
Organisasi
adalah suatu sistem tentang aktivitas-aktivitas kerja sama dua orang atau
lebih, sesuatu yang tak berwujud dan bersifat pribadi, sebagian besar mengenai
hubungan-hubungan.
3) James
D. Mooney
Organisasi itu
adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai sesuatu tujuan
bersama.
4) John
D. Millet
Organisasi
adalah kerangka struktur dalam pekerjaan dari banyak orang dilakukan mencapai
maksud bersama. Yang demikian itu adalah suatu sistem mengenai penguasaan
pekerjaan di antara kelompok orang yang mengharuskan diri dalam tahap-tahap
khusus dari suatu tugas bersama.
5) Herbert
Simon
Organisasi
adalah pola komunikasi yang kompleks dan hubungan-hubungan lain dalam suatu
kelompok manusia.
6) Edgar
Schein
Organisasi
adalah koordinasi yang rasional dari aktivitas-aktivitas sejumlah orang untuk
mencapai beberapa tujuan yang jelas, melalui pembagian kerja dan fungsi,
melalui jenjang, wewenang dan tanggung jawab.
7) Luther
Gulick
Organisasi
adalah saling hubungan satuan-satuan kerja yang memberikan mereka kepada
orang-orang yang ditempatkan dalam struktur wewenang, sehingga pekerjaan dapt
dikoordinasikan oleh perintah para atasan kepada para bawahan yang menjangkau
dari puncak sampai ke bawah dalam kesluruhan badan usaha.
Menurut Hasibuan, (2007:121) sebagaimana yang
dikutip oleh Uus Ruswandi (2009:151) organisasi diartikan sebagai gambaran
tentang pola-pola, skema, bagan yang menunjukan garis-garis perintah, kedudukan
karyawan, hubungan-hubungan yang ada dan yang lainnya. Dengan demikian,
pengorganisasian merupakan pengaturan seluruh sumberdaya pendidikan guna
mencapai tujuan pendidikan.
Hubungan
Organisasi, Administrasi dan Manajemen dalam Pendidikan.
Organisasi Pendidikan
Administrasi
1)
Manajemen
dan Prosesing
|
Manajemen
dan Prosesing
|
2)
Madya
Manajemen dan Prosessing
|
Manajemen dan Prosessing
|
Manajemen dan Prosessing
|
3) Terdepan Terdepan
Terdepan
1. Pada
tingkat tertinggi
a. Administrasi
bertugas untuk melaksanakan keputusan-keputusan dari atasan (pemerintah pusat)
dalam bentuk akktivitas manajemen dan prosessing.
b. Manajemen
bertugas untuk memadukan sumber-sumber pendidikan secara keseluruhan dan
mengontrol atau mengawas agar tepat dengan tujuan pendidikan.
c. Prosessing
adalah melaksanakan alokasi sumber-sumber pendidikan untuk masing-masing unit
tingkat madya yang sudah diputuskan oleh manajer tertinggi.
2. Pada
tingkat madya
a. Administrasi
bertugas untuk melaksanakan keputusan-keputusan dari unit tertinggi dalam
bentuk aktifitas manajemen dan prosessing.
b. Manajemen
bertugas untuk memadukan sumber-sumber pendidikan yang diberikan oleh unit
tertinggi dan ditambah hasil usaha pengadaan sendiri serta mengotrol/mengawas
agar bisa tepat dengan tujuan pendidikan di unitnya.
c. Prosessing
adalah melaksanakan alokasi sumber-sumber pendidikan untuk massing-masing unit
tingkat terdepan yang sudah diputuskan oleh manajer madya.
3. Pada
tingkat terdepan
a. Administrasi
bertugas untuk melaksanakan
keputusan-keputusan dari unit madya dalam bentuk aktivitas manajemen dan
prosessing.
b. Manajemen
bertugas untuk memadukan sumber-sumber pendidikan yang diberikan oleh unit
madya ditambah dari hasil usaha pengadaan sendiri dan mengotrol atau mengawas
agagr tepat dengan tujuan pendidikan di unitnya.
c. Prosessing
adalah mendidik, mengajar, dan melatih para siswa.
c. Pengaturan
(Directing)
Sebagai langkah selanjutnya aktivitas manajerial
ialah pengaturan/pengarahan (directing). Pendapat di atas menjelaskan bahwa
melalui kegiatan pengarahan setiap orang dalam organisasi diajak atau dibujuk
untuk memberikan konstribusinya melalui kerja sama untuk mencapai tujuan
organisasi.
d. Koordinasi
(Coordinating)
Kordinasi adalah salah satu fungsi manajemen. Dalam
organisasi keberadaan pengorganisasian sangat penting bagi terintegrasinya
seluruh kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan. Stoner dalam Syafrudin
(2005: 78) yang dikutipoleh Ade Aisyah dkk (2013:105) mengemukakan bahwa proses
pengorganisasian di bagi menjadi lima tahapan, yaitu: perincian pekerjaan,
pembagian pekerjaan, koordinasi pekerjaan, monitoring dan reorganisasi.
e. Kepemimpinan
(Leadership)
Dalam konteks manajemen, para manajer organisasi
adalah pemimpin manajerial yang menjalankan kepemimpinan. Terry dan Rue dalam
Husaini Usman (2008: 274) yang dikutipoleh Ade Aisyah dkk (2013:105) menyatakan
kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seorang pemimpin, mempengaruhi
orang lain untuk bekerja sama secara sadar dalam hubungan tugas yang diinginkan.
f. Komunikasi
(Communicating)
Dalam berbagai
organisasi, seperti perusahaan, perbankan, rumah sakit, sekolah dan perguruan
tinggi diperlukan komunikasi diantara para anggotanya, sifat dasar komunikasi
semuanya bertumpu pada proses pertukaran pesan di antara anggota organisasi
tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Onong Uchjana Efendy,
(2004: 9) yang dikutip oleh Ade Aisyah dkk (2013:105) Istilah komunikasi atau
dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata latin communication, dan bersumber
dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.
g. Pengawasan
(Controlling)
Menurut Ade Aisyah dkk (2013:106) sebagai salah satu
fungsi manajemen, pengawasan merupakan tindakan terakhir yang dilakukan para
manajer pada suatu organisasi. Dengan pengawasan diharapkan penyimpangan dalam
berbagai hal dapat dihindari sehingga tujuan dapat tercapai. Apa yang
direncanakan, dijalankan dengan benar sesuai hasil musyawarah dan pendayagunaan
sumber daya material yang akan mendukung terwujudnya organisasi.
Jadi pengawasan dalam pendidikan bukan sekedar
mengontrol kegiatan yang dilaksanakan, apakah sudah sesuai rencana/program yang
telah ditetapkan. Tetapi juga mencakup peningkatan kemampuan para guru,
memperbaiki metode pengajaran, penentuan kondisi yang memungkinkan terciptanya
situasi pengajaran yang efektif.
2.5.
Tujuan Manajemen
Menurut Shrode dan Voich (1974) yang dikutip oleh
Ade Aisyah dkk (2013:106) tujuan
manajemen adalah produktivitas dan kepuasan. Mungkin saja tujuan ini tidak
tunggal bahkan jamak atau rangkap, seperti peningkatan mutu
pendidikan/lulusannya, keuntungan/profit yang tinggi, pemenuhan kesempatan
kerja, pembangunan daerah/nasional, tanggung jawab sosial. Tuuan-tujuan ini
ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian terhadap situasi dan kondisi
organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman.
Jadi menurut Vromm, yang dikutip oleh Ade Aisyah dkk
(2013:106) produktivitas merupakan fungsi dari motivasi dikalikan kemampuan.
Artinya, tinggi rendahnya produktivitas dipengaruhi oleh motivasi dan
kemampuan.
2.6.
Makna Manajemen
a. Manajemen
pendidikan mempunyai pengertian kerjasama untuk mencapai tujuan pendidikan.
Seperti kita ketahui, tujuan pendidikan itu merentang dari tujuan yang
sederhana sampai dengan tujuan kompleks, tergantung lingkup dan tingkat
pengertian pendidikan mana yang dimaksud.
b. Manajemen
pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan.
Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan,
dan penilaian.
c. Manajemen
pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir sistem. Sistem adalah
keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian itu berinteraksi dalam suatu proses
untuk mengubah masukan menjadi keluaran.
d. Manajemen
pendidikan juga dapat dilihat dari segi efektivitas pemanfaatan sumber. Jika
manajemen dilihat dari sudut ini, perhatian tertuju kepada usaha untuk melihat
apakah pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan pendidikan itu
sudah mencapai sasaran yang ditetapkan dan apakah dalam pencapaian tujuan itu
tidak mencapai pemborosan. Sumber yang dimaksud dapat berupa sumber manusia,
uang sarana dan prasarana maupun waktu.
e. Manajemen
pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan. Manajemen pendidikan
dilihat dari kepemimpinan merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana
kemampuan yang dimiliki administrator pendidikan itu.
f. Manajemen
pendidikan juga dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan. Kita tahu
bahwa melakukan kerja sama dan memimpin kegiatan sekelompok orang bukanlah
pekerjaan yang mudah. Setiap kali, administrator dihadapkanpada berbagai macam
masalah, dan ia harus memecahkan masalah itu.
g. Manajemen
pendidikan juga dapat dilihat dari segi komunikasi. Komunikasi dapat diartikan
secara sederhana sebagai usaha untuk membuat orang lain mengerti apa yang
dimaksudkan orang lain itu.
h. Manajemen
sering kali diartikan dalam pengertian yang sempit yaitu kegiatan ketatausahaan
yang intinya adalah kegiatan rutin catat-mencatat, mendokumentasikan kegiatan,
menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala aspeknya, serta mempersiapkan
laporan.
Di atas telah di uraikan sedikit bahwa manajemen
pendidikan dapat ditinjau dari sudut proses pencapaian tujuan pendidikan.
Proses ini merupakan daur (siklus) yang dimulai dari perencanaa,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pembiayaan, pemantauan, dan
penilaian (Ade Aisyah dkk, 2013:107-108).
2.7.
Manajemen Pendidikan dalam
Operasionalnya di Sekolah
Dalam operasionalnya di sekolah, manajemen
pendidikan dapat dilihat sebagai gugusan-gugusan tertentu. Gugusan-gugusan ini
selanjutnya boleh disebut bidang garapan manajemen pendidikan. Tentang
bidang-bidang garapan manajemen pendidikan dalam beberapa sumber terdapat
beberapa perbedaan pendapat secara singkat kami kutipkan sebagai berikut (Ade
Aisyah dkk, 2013;108-111).
a. Hadari
Nawawi
Disebut sebagai manajemen operatif (management of
operative function). Kegiatannya meliputi:
1) Tata
usaha
2) Perbekalan
3) Kepegawaian
4) Keuangan
5) Hubungan
masyarakat (humas)
b. Edi
Suardi
Kegiatan
manajemen sekolah meliputi:
1) Tatalaksana
kurikulum
2) Tatalaksana
umum
3) Tatalaksana
murid
4) Tatalaksana
keuangan
5) Tatalaksana
personel
6) Tatalaksana
sarana material
7) Komunikasi
intern dan ekstern
c. Ismed
Syarif
Kegiatan
manajemen umum meliputi:
1) Kesiswaan
2) Personalia
3) Inventaris
4) Pemeliharaan
sarana
5) Keuangan
6) Hubungan
masyarakat
d. Direktorat
Sarana Pendidikan
Dalam buku pedoman “ umum penyelenggaraan sekolah
menengah”, ruang lingkup kegiatan manajemen sekolah meliputi:
1) Program
pengajaran
2) Murid/siswa
3) Kepegawaian
4) Keuangan
5) Perlengkapan
6) Surat-menyurat
7) Perpustakaan
8) Pembinaan
kesiswaan
9) Hubungan
sekolah dengan masyarakat
e. Kurikulum
1975
Kegiatan
manajemen sekolah meliputi:
1) Kurikulum
(pengajaran)
2) Murid
3) Personalia
sekolah
4) Tata
laksana dan sarana fisik
5) Kegiatan
hubungan sekolah dengan masyarakat
f. Kurikulm
1984
Manajmen sekolah
meliputi pengaturan tentang:
1) Proses
belajar-mengajar
2) Kesiswaan
3) Personalia
4) Peralatan
pengajaran
5) Gedung
dan perlengkapan
6) Keuangan
7) Hubungan
dengan masyarakat
Dari berbagai sumber diatas, dapat ditarik
kesimpulan yang relevan dengan apa yang dimaksud oleh bidang-bidang garapan
manajemen pendidikan. Bidang-bidang manajemen pendidikan ialah:
1. Manajemen
kurikulum.
2. Manajemen
kesiswaan.
3. Manajemen
personalia.
4. Manajemen
sarana pendidikan.
5. Manajemen
tata laksana sekolah.
6. Pengorganisasian
sekolah.
7. Hubungan
sekolah dengan masyarakat (humas).
Kedelapan hal tersebut boleh dikatakan sebagai
delapan komponen manajemen pendidikan di sekolah atau delapan bidang garapan
manajemen pendidikan di sekolah.
2.8. Manajemen
Sumber Daya Pendidikan
2.8.1. Hakikat
Manajemen
Hakikat manajemen adalah merupakan proses pemberian
bimbingan, pimpinan, pengaturan, pengendalian, dan pemberian fasilitas lainnya.
Manakala kita menoleh ke belakang sebelum masa penjajahan Belanda dan
memperhatikan sejarah bangsa Indonesia, manajemen sudah dikenal dan sudah ada
sejak dahulu kala. Pengertian manajemen dapat disebut pembinaan, pengendalian
pengelolaan, kepemimpinan, ketatalaksanaan yang merupakan proses kegairahan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sumber daya manusia
yang mempunyai wawasan masa depan memperhitungkan kemampuan yang ada, untuk
mencapai daya guna dan hasil guna yang lebih baik di masa yang akan datang.
Koordinasi antar manusia yang dikendalikan untuk mencapai tujuan merupakan
salah satu proses manajemen. Ada lima elemen dasar manajemen sumber daya
manusia (Ade Aisyah dkk,2013:111).
a. Kegiatan
sumber daya untuk mencapai tujuan,
b. Proses
dilakukan secara rasional,
c. Melalui
manusia lain,
d. Menggunakan
metode dan teknik tertentu,
e. Dalam
lingkungan organisasi tertentu.
2.8.2.
Pengertian
Manajemen Sumber Daya Pendidik
Fenomena sosial pada masa kini dan masa depan dalam
era globalisasi ini, yang sangat menentuksn adalah manajemen sumber daya
manusia. Sumber daya manusia merupakan modal dan kekayaan yang terpenting dari
setiap kegiatan manusia. Manusia sebagai unsur terpenting mutlak dianalisis dan
dikembangkan dengan cara tersebut. Waktu, tenaga, dan kemampuannya benar-benar
dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan organisasi, maupun bagi
kepentingan individu.
Manajemen sumber daya manusia terdiri dari empat
suku kata yaitu manajemen, sumber daya, dan manusia, keempat suku kata terbukti
tidak sulit untuk dipahami, yang dimaksud manajemen sumber daya manusia adalah
proses pengendalian berdasarkan fungsi manajemen terhadap daya yang bersumber
dari manusia. Sebagaimana dikemukakan oleh Drucker, merintis jalan ke arah
falsafah manajemen sumber daya manusia harus dimasukan pada sasaran dan rencana
strategis dari perusahaan. Ada lima prinsip pendekatan terhadap manajemen
sumber daya manusia, yaitu:
a. Sumber
daya manusia adalah merupakan kekayaan yang paling penting, yang dimiliki oleh
organisasi, sedangkan manajemen yang efektif adalah kunci bagi keberhasilan
organisasi tersebut.
b. Keberhasilan
sangat mungkin dicapai manakala peraturan atau kebijaksanaan dan prosedur,
serta mekanisme kerja, yang bertalian dengan manusia dari perusahaan saling
berhubungan dan memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan perusahaan dan
pencapaian strategis.
c. Budaya
dan nilai perusahaan, suasana organisasi dan perilaku manajerial yang berasal
dari kultur tersebut akan memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil
pencapaian terbaik.
d. Manajemen
sumber daya manusia berhubungan dengan integrasi semua anggota organisasi yang
terlibat untuk mencapai tujuan.
e. Empat
prinsip tersebut harus tertanam dalam diri setiap anggota ditambah dengan
ketakwaan dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pentingnya Manajemen Sumber Daya Manusia dalam
pembangunan sebagai faktor pertama dan utama dalam proses pembangunan, SDM
selalu menjadi subjek dan objek pembangunan. Proses administrasi pun sangat
dipengaruhi oleh manajemen sumber daya manusia, dan ada tiga macam klasifikasi
sumber daya manusia sebagaimana dikemukakan oleh Ermaya (1996:2) yang dikutip
oleh Ade Aisyah dkk (2013:113) yaitu:
a. Manusia
atau orang-orangyang mempunyai kewenangan untuk menetapkan, mengendalikan dan
mengarahkan pencapaian tujuan yang disebut administrator.
b. Manusia
atau orang-orang yang mengendalikan dan memimpin usaha agar proses pencapaian
tujuan yang dilaksanakan bisa tercapai sesuai rencana disebut manajer.
c. Manusia
atau orang-orang yang memenuhi syarat tertentu, diangkat langsung melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing atau jabatan yang
dipegangnya.
2.8.3.
Manajemen
Guru Terhadap Pembelajaran
a.
Hakikat
Guru
Menurut Saiful Bahri Djamarah (2002:73) yang dikutip
oleh Ade Aisyah dkk (2013:114) secara keseluruhan guru adalah figur yang
menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalammasyarakat atau di
sekolah. Tidak ada seorang pun yang mengenal seorang guru. Figur guru itu
bermacam-macam ada guru silat, guru mengaji, guru mata pelajaran, dan
lain-lain. Ki Hajar Dewantara menyebutkan sosok guru sebagai tut wuri
handayani, ing madyo mangun karso, ing ngarso sung tulodo. Selain
itu, guru dalam pendidikan Islam menurut Ahmad Tafsir (1004:74) siapa saja yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam, orang yang
paling tanggung jawab tersebut adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik.
Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hak:
1) Karena
kodrat, yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya, dan
karena itu dia ditakdirkan pula beratnggung jawab mendidik anaknya.
2) Karena
kepentingan orang tua, yaitu orang tua berkepentingan terhadapa kemajuan
perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tua juga.
Apapun istilah yang dikedepankan tentang figur guru,
yang pasti semua itu merupakan penghargaan yang diberikan terhadap jasa guru
yang banyak mendidik umat manusia dari dulu hingga sekarang. Figur guru sebagai
manusia serba bisa tanpa cela dan nista. Masyarakat melihat guru sebagi figur
yang kharismatik. Kemuliaan seorang guru tercermin dari kepribadian sebagai
manifestasi dari sikap dan perilaku dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu
sedikit cela dan nista dari pribadi guru maka masyarakat mencaci makinya
habis-habisan dan hilanglah wibawa guru itu.
Menurut Mulyasa (2007:35), Semua orang yakin bahwa
guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di
sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia
adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang
lain, dari sejak lahir bahkan samapai meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa
setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya
peserta didik; ketika mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia
menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.
Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru
dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Memreka
memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak,
guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia, serta menyejahterakan
masyarakat dan kemajuan negara serta bangsa.
b.
Guru
sebagai Sumber Belajar
Menurut Piet. A.
Sahertian (1992:34), yang dikutipoleh Ade Aisyah dkk (2013:116) yang dimaksud
dengan peranan guru ialah keterlibatan aktif seseorang dalam suatu proses kerja
dalam proses penampilan itu ia tampil sebagai sesuatu yang dimainkan. Peran
guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang angat penting. Peran sebagai
sumber belajar berkaitan erat dengan penguasnn materi pelajaran. Kita bisa
menilai baik atau tidaknya seorang guru dapat dilihat dari penguasaan materi
pelajaran. Dikatakan guru yang baik manakala ia dapat menguasai materi
pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar
bagi anak didiknya. Apapun yang ditanyakan siswa berkaitan dengan materi
pelajaran yang sedang diajarkannya, ia akan bisa menjawab dengan penuh
keyakinan. Tidak hanya itu saja, menguaai metode pengajaran juga sangat penting
untuk seorang guru, dan tidak kalah penting menjadi teladan bagi para siswanya.
Sebaliknya, guru yang kurang menguasai proses pembelajaran, biasanya ia akan
menunjukkan perilaku-perilaku tertentu yang berakibat pada tidak tercapainya
tujuan pembelajaran, misalnya teknik penyampaian materi yang monoton, ia lebih
sering duduk di kursi sambil membaca, suaranya lemah, tidak berani melakukan
kontak mata dengan siswa, sering marah-marah dan lain-lain. Perilaku guru yang
demikian bisa menyebabkan hilangnya kepercayaan pada diri siswa, sehingga guru
akan sulit mengendalikan kelas.
c.
Guru
Sebagai Pendidik
Guru adalah
pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta
didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, gru harus memiliki standar kualitas
pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui nilai, norma moral, dan
sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma
tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam
pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Berkenaan dengan
wibawa, guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual,
emosional, moral, sosial, dan intelektuan dalam pribadinya, serta memiliki
kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sesuai dengan
bidang yang dikembangkan.
Guru juga harus
mampu mengambil keputusan secara mandiri (independent), terutama dalam berbagai
hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta
bertindak sesuai dengan kompetensi, dan lingkungan. Guru harus mampu dan
mengambil keputusan secara cepat, tepat waktu, dan tepat sasaran, terutama
berkaitan dengan masalah pembelajaran dan peserta didik, tidak menunggu
perintah atasan atau kepala sekolah. Sedangkan disiplin, dimaksudkan bahwa guru
harus meamtuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten atas
kesadaran profesional, karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan para peserta
didik di sekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam
menanamkan disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai
tindakan dan perilakunya (Ade Aisyah dkk, 2013:117).
d.
Guru
sebagai Pembimbing
Guru diharapkan
sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuannya bertanggung jawab
atas kelancaran pelajaran itu. Dalam hal ini istilah perjalan tidak hanya
menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral,
dan spiritual yang lebih kompleks. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan
tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus
di tempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Sebagai pembimbing, guru memiliki
hak dan tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang direncanakannya (Ade Aisyah
dkk, 2013:117).
e.
Guru
sebagai Pelatih
Proses
pendidikan dan pembelajaran memerlukan latyihan keterampilan, baik intelektual
maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Guru
berperan sebagai pelatih artinya guru bertugas melatih peserta didik dalam
pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing (Ade Aisyah
dkk, 2013:118).
f.
Guru
sebagai Penasehat
Guru adalah
seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka
tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak
dapat berharap untuk menasehati orang. Banyak guru cenderung menganggap bahwa
konseling hanya berhubungan dengan seorang klien yang bermasalah, kebanyakan
guru tidsk senang melaksanakan fungsi ini. Padahal salah satu tugas guru adalah
menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaan, mau tidak mau kegiatan
pembelajaran meletakannya pada posisi tersebut. Peserta didik senantiasa
berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan, mereka akan membutuhkan
guru sebagai penasehat selain orang tuanya. Makin efektif guru menangani setiap
permasalahan makin banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk
mendapatkan nasehat dan kepercayaan diri (Ade Aisyah dkk, 2013:118).
2.9. Konsep
Dasar Pendidikan Manajemen
Memahami sebuah pengertian atau hakikat sesuatu
perlu berawal salahsatunya dari kosep sesuatu itu. Dengan demikian akan lebih
dapat dimengerti tentang yang dibahas itu. Berhubungan dengan landasan
manajemen maka perlu dipahami juga konsep dasar manajemen itu sendiri yang
diharapkan akan lebih memberikan gambaran dan hubungan antar manajemen dengan
pendidikan.
1.
Pandangan
Tentang Manajemen sebagai
(Ilmu, Kiat atau Seni dan Profesi)
|
Falsafah
Manajemen
(Hakekat:
Tujuan, Orang, Kerja)
|
Teori-teori
Manajemen
(Klasik,
Noeklasik, Modern)
|
Prinsip-prinsip
Manajemen
(MBO, MBP,
MBI, MIS)
|
Praktek
Manajerial
1.
Perencanaan
(planning)
2.
Pengorganisasian
(organizing)
3.
Pimpinan
(leading)
4.
Pengawasan
(controlling)
|
Sumber-sumber
Daya
1.
Manusia
2.
Sarana
3.
Biaya
4.
Teknologi
5.
Informasi
|
Mutu
Efesiensi
Relevansi
Kreativitas
|
2. Deskripsi
Konsep
a.
Esensi
Falsafah Manajemen
Setiap jenis pengetahuan termasuk pengetahuan
manajemen mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa, bagaimana dan untuk
apa pengetahuan manajemen disusun. Ketiganya berkaitan satu sama lain (system).
Pontologi ilmu terkait dengan epistimologi dan epistomologi terkait dengan
aksiologidan begitupun seterusnya.
Dalam manajemen, falsafah manajemen pada hakikatnya
menyediakan seperangkat pengetahuan untuk berfikir efektif dalam memecahkan
segala permasalahan manajemen. Ini merupakan hakikat manajemen sebagai suatu
disiplin ilmu dalam mengatasi masalah organisasi berdasarkan pendekatan yang
intelegen.
b.
Esensi Teori
Manajemen
Teori manajemen mempunyai peran atau membantu dalam
menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas,
dan kepuasan (satisfaction). Karakteristik teori manajemen secara garis besar
harus mengacu pada pengalaman empiric, adanya keterkaitan antara suatu teori
dengan teori lain, dan adannya pendekatan.
c.
Esensi
prinsip Manajemen
Pentingnya prinsip dasar manajemen dalam praktek
manajemen antara lain:
1) Menentukan
cara atau metode kerja
2) Pemilihan
pekerja dalam pengembangan keahliannya
3) Pemilihan
Kerja
4) mementukan
batas batas tugas
5) membuat
sepesifikasi tugas
6) melakukan
kebaikan pendidikan
7) menentukan
system dan besarnya imalannya. Semuanya itu di maksudkan untuk meningkatkann
efektiitas, efesiensi dan produktifitas
kerja
d.
Kegiataan
praktek manajerial
Praktek
manajerial adalah kegiatan yang dilakukan oleh manajer. Apabila menajemen dipandang sebagai serangkaian kegiatan
(proses) maka proses itu akan mencakup bagaimana cara mengkoordinasikan dan
menintegrasikan bergagai sumber untuk mencapai organisasi ( produktifirtas dan
kepuasaan) dengan melibatkan orang, teknik informasi dan stuktur yang telah di
rancang kegiatan manajerial itu meliputi aspek namun aspek yang paling
utama yaitu aspek perencanaan,
perorganinasian pimpinan dan pengawasan
e.
Sumber daya
pendidikan
Sumber daya terebut
diantaranya: manusia, sarana dan prasarana, biaya, teknologi dan
informasi namun yang terpenting adalah sumber daya manusia, jadi tugas seorang
menajer adalah menyeleksi, menempatkan,
melatih dan mengembangkan sumber daya manusia. (Nanang Fatah, 2004: 11-13) yang
dikutip oleh Uus Ruswandi dkk (2009:158)
Sukses tidaknya suatu
organisasi tergantung kepada sumber daya manusia yang menjadi anggotanya.
Betapapun sempurna rencana-rencana organisasi pengawasan serta penelitian, tapi
bila orang-orang tidak mau melakukan pekerjaan yang diwajibkan atau bila mereka
tidak menjalankan tugasnya, maka seorang manajer tidak akan mencapai hasil yang
maksimal dan memuaskan.
2.10.
Konsep
Manajemen Sekolah yang Berkarakter
Menurut
Kemendiknas 2010, yang dikutip oleh Gunawan (2012:239) Manajemen sekolah yang
berkarakter baik (mengandung nilai-nilai karakter) adalah pemanfaatan dan
pemberdayaan seluruh sumber daya yang dimiliki sekolah, melalui proses dan
pendekatan dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, berdasarkan
dan mencerminkan nilai-nilai dan norma-norma yang luhur, baik terhadap Tuhan
YME, diri sendiri, sesama manusia, berbangsa maupun lingkungan. Dalam
pengertian ini pendidikan karakter tidak dimaksudkan sebagai payung manajemen
sekolah, melainkan sebagai upaya menerapkan nilai-nilai karakter dalam
penyelenggaraan manajemen di sekolah, atau dengan kata lain bahwa nilai-nilai
karakter diatanamkan secara terpadu kedalam pengelolaan sekolah.
Prinsip-prinsip
Implemetasi Manajemen Sekolah Berkarakter
Dalam
implementasi manajemen sekolah yang mengandung nilai-nilai karakter terdapat
prinsip-prinsip yang hendaknya diterapkan oleh sekolah antara lain :
1. Kejelasan
Tugas dan Pertanggungjawaban
Prinsip ini
menekankan bahwa disekolah hendaknya ada kejelasan tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) setiap respon yang ada, sehingga tertuang secara jelas tugas
masing-masing personil di sekolah. Dalam mengimplementasikan prinsipini,
hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai amanah,terbuka dan tanggung jawab.
Artinya pada saat seseorang diberi tugas itu amanah atau tidak. Terbuka artinya
memberikan kesempatan kepada semua orang yang memenuhi kriteria untuk diberi
tugas itu. Kemudian, pihak-pihak yang terkait dengan hal tersebut hendaknya
melakukan prosedur dan mekanisme secara bertanggung jawab sehingga hasil dari
keseluruhan proses dapat dipertanggungjawabkan.
2. Pembagian
Kerja Berdasarkan Profesional
Prinsip ini
mengarahkan bahwa dalam memberikan tugas atau pekerjaan kepada seseorang,
hendaknya didasarkan pada keahlian dan kemampuan yang bersangkutan (the right
man on the right place). Penempatan seseorang dalam suatu jabatan harus sesuai
dengan tuntutan job description dari posisi yang akan ditempati, dan orang yang
akan diberi tugas hendaknya memenuhi kriteria yang di syaratkan. Dalam mengimplementasikan
prinip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai rasional, komitmen, dan
berfikir jauh kedepan. Artinya penempatan orang pada posisi tertentu hendaknya
di dasarkan pada pertimbangan yang masuk akal karena yang bersangkutan memiliki
komitmen yang tinggi dalam hal tersebut diarahkan pada tercapainya tujuan yang
hendak dicapai di masa depan.
3. Kesatuan
Arah Kebijakan
Prinsip ini
menegaskan bahwa dalam penyelenggaraan sekolah, hendaknya ada kesatuan arah
kebijakan yang dapat dijadikan dasar pelaksanaan bagi warga sekolah sehingga
tidak terjadi simpang siur dan kebingungan. Atau dengan kata lain perlu
dihindari terjadinya kebijakan yang tumpang tindih dan kontradiktif. Dalam
mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai
kebijaksanaan, demokratis,dan manusiawi. Artinya, penetapan kesatuan arah
kebijakan tersebut hendaknya dilaksanakan secara bijaksana, dengan
mempertimbangkan dan mengakomodasikan masukan dan aspirasi yang berkembang
serta dilakukan secara persuasive dan manusiawi.
4. Teratur
Prinsip ini
menekankan bahwa dalam penyelenggaraan sekolah, hendaknya ada aturan yang
disepakati dan menjadi pijakan bagi semua warga sekolah dalam melaksanakan
tugas-pokok-fungsi dan interaksi diantara mereka sehingga terwujud keteraturan.
Dalam mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain
nilai-nilai kebersamaan, kooperatif dan dinamis. Artinya, keteraturan itu
muncul karena kesamaan perasaan dan tujuan yang hendak dicapai, yang diwujudkan
secara kongkrit dalam bentuk kemauan dan kerja bersama-sama dengan semua warga
sekolah. Disamping itu keteraturan bersifat dinamis, yakni tetap mengakomodir
perubahan-perubahan yang positif dan konstruktif sehingga semakin lama semakin
meningkat kualitas keteraturannya.
5. Disiplin
Prinsip ini
mengharuskan setiap warga sekolah untuk selalu taat asas, patuh dan konsisten
terhadap aturan yang dibuat dan disepakati bersama. Dlam mengimplementasikan
prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai kukuh hati, menghargai
waktu dan berani berbuat benar. Artinya, kedisiplinan yang dilakukan tersebut
merupakan perwujudan dari sikap dan tindakan kukuh pada hukum dan menghargai
waktu, karena terdorong oleh semangat berani berbuat benar dan bukan factor
taut pada pimpinan atau terhadap sanksi.
6. Adil
(seimbang)
Prinsip keadilan
mengarah pada terwujudnya keseimbangan antara ha dengan kewajiban, penghargaan
dengan hasil karya, punishment dengan tingkat kesalahan, baik yang dilakukan
oleh guru, staff, tata usaha maupun para peserta didik dan warga sekolah
lainnya. Dalam mengimplementsikan prinsip ini, hendak nya tercermin antara lain
nilai-nilai empati, lugas dan pemaaf. Artinya, keadilan (keseimbangan) yang
hendak di upayakan dan di tegakkan disekolah itu dilandasi oleh adanya pengertian,
kepedulian dan kemauan untuk dapat menempatkan sesuatu pada posisi yang tepat,
tanpa mengurangi sikap lugas pada aturan yang berlaku dan sifat pemaaf kepada
yang menyadari akan kekhilafan dan kesalahannya.
7. Inisiatif
Prinsif ini
menekankan bahwa setiap orang yang ada disekolah hendaknya memiliki keinginan,
pikiran dan gagasan untuk terus menerus mengambil prakarsa, melakukan hal-hal
baru yang positif. Kemampuan berinisiatif sangat menunjang keberhasilan sekolah
dalam meraih tujuan yang ditetapkan. Dalam mengimplementasikan prinsif ini,
hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai berani mengambil resiko, rendah
hati, dan sabar. Artinya, inisiatif tersebut dilakukan demi mengembangkan dan
kemajuan sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah, pendidik dan peserta didik
harus berni mengambil resiko. Namun demikian tetap dengan sikap rendah hati dan
sabar dalam menyikapi perubahan dan kemajuan yang diharapkan.
8. Semangat
Kebersamaan
Prinsip ini
menekankan kesadaran kepada setiap warga sekolah adalah sebagai bagian yang
integral dan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan bagian
lainnya. Rasa kebersamaan (the common) merupakan modal social (social capital)
yang hendaknya dikembangkan di sekolah.
Kebersaman
merupakan asset social sekolah yang sangat berharga, karena dengan kebersamaan
itu suatu pekerjaan akan lebih mudah dan cepat diselesaikan. Dalam
mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai
baik sangka, saling menghormati dan mandiri. Artinya semangat kebersamaan tersebut
dilandasi dan dibarengi dengan sikap baik sangka dan saling menghormati antar
sesame warga sekolah dan antar warga sekolah dengan stakeholders lainnya,
dengan tetap menjaga dan memperhatikan sifat kemandiriannya.
9. Sinergis
Prinsip ini
menekankan bahwa pengelolaan sekolah hendaknya dilakukan secara terpadu, saling
mengisi dan melengkapi antara satu bidang dengan bidang atau urusan yang
lainnya. Dalam kenyataannya, tidak ada bidang atau urusan yang berdiri sendiri
dan terpisah dengan yang lainnya. Dalam mengimplementasikan prinsip ini,
hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai menghargai karya orang lain,
tenggang rasa dan rela berkorban. Artinya dalam pengelolaan dan penanganan
sesuatu masing-masing pihak yang terkait mau menghargai karya orang lain, tenggang
rasa dan ada kemungkinan dituntut kerelaannya untuk berkorban.
10. Ikhlas
Prinsip ini
mengarahkan bahwa pekerjaan yang telah diberikan hendaknya dilaksanakan dengan
tekat sungguh-sungguh untuk berbuat sebaik mungkin dan dengan penuh kesadaran.
Disamping itu ada kemungkinan bahwa yang dilakukannya itu semata-mata sebagai
wujud tanggung jawab terhadap aanah yang diberikan kepadanya. Dalam
mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai pengabdian, tawakal dan syukur.
Artinya, segala yang dilakukannya itu diapresiasikan sebagai pengejawatahan
pengabdiannya kepada Allah Yang Maha Kuasa, bakti kepada bangsa dan Negara
serta kemaslahatan untuk sesama.
2.11.
Konsep
Dasar Manajemen Barbasis Sekolah
Istilah
manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school-based management”. Istilah ini pertama kali muncul di
Amerika Serikat, ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevensi pendidikan
dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat.
MBS
merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada
sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para
peserta didik.
Menurut
Fattah (2000) yang dikutip oleh Mulyasa (2003:24-25) Kewenangan yang bertumpu
kepada sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki tingkat
efektivitas tinggi serta memberikan beberpa keuntungan berikut :
1. Kebijaksanaan
dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta didik, orang
tua, dan guru;
2. Bertujuan
bagaimana memanfaatkan sumber daya local;
3. Efektif
dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar,
tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah;
4. Adanya
perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru, manajemen
sekolah, rancang ulang sekolah, dan perubahan perencanaan.
2.11.1.
Tujuan
MBS
MBS merupan
salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam
penguasaan ilmu dan teknologi, yang dinyatakan dalam GBHN. Hal tersebut
diharapkan dapat dijadikan landasan dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia
yang berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro, meso, maupun mikro
(Mulyasa, 2003:25).
MBS bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mutu,
dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi, antara lain, diperoleh
melalui keleluasaan mengelola sumberdaya partisipasi masyarakat dan
penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu dapat diperoleh, antara
lain melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan
sekolahdan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah,
berlakunya system insentif serta disinsentif. Peningkatan pemerataan antara
lain diperoleh melalui partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah
lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan karena pada
sebagian masyarakat tumbuh rasa kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah
(Mulyasa, 2003:25).
2.11.2.
Manfaat
MBS
MBS memberikan
dan kekuasaan yang besar pada sekolah, disertai seperangkat tanggung jawab.
Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya
dan pengembangan strategis MBS sesuai dengan kondisi setempat, sekolah dapat
lebih meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi
kepada pada tugas. Keleluasan dalam mengelola sumber daya dan dalam menyertakan
masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala sekolah,
dalam peranannya sebagai manajer maupun pimpinan sekolah. Dengan diberikannya
kesempatan kepada sekolah untuk menyusun kurikulum, guru didorong untuk
berinovasi, dengan melakukan eksperimentasi-eksperimentasi di lingkungan
sekolahnya. Dengan demikian, MBS mendorong profesionalisme guru dan kepala
sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah. Melalui penyusunan elektif,
rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin layanan
pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta didik dan masyarakat sekolah.
Prestasi peserta didikdapat dimaksimalkan melalui peningkatan partisipasi orang
tua, misalnya, orang tua dapat mengawasi langsung proses belajar anaknya.
MBS menekankan keterlibatan maksimal berbagai pihak,
seperti pada sekolah-sekolah swasta, sehingga menjamin partisipasi staff, orang
tua, peserta didik, dan masyarakat yang lebih luas dalam perumusan-perumusan
keputusan tentang pendidikan. Kesempatan berpartisipasi tersebut dapat
meningkatkan komitmen mereka terhadap sekolah.
2.11.3.
Manajemen
Komponen-Komponen Sekolah
Sedikitnya
terdapat tujuh komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik dalam rangka
MBS, yaitu :
1. Manajemen
kurikulum dan program pengajaran
Merupakan
kegiatan perencanaan, pelaksaan dan penilaian kurikulum.
2. Manajemen
tenaga kependidikan
Manajemen tenaga kependidikan bertujuan untuk
mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efesien untuk mencapai
hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi menyenangkan.
3. Manajemen
kesiswaan
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan
terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik mulai masuk sampai dengan
keluarya peserta didik tersebut dari suatu sekolah.
4. Manajemen
keuangan dan pembiayaan
Keuangan dan
pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang
efektivitas dan efesiensi pengelolaan pendidikan,
5. Manajemen
sarana dan prasarana pendidikan
Sarana
pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan
dalam menunjang proses pendidikan.
6. Manajemen
hubungan sekolah dengan masyarakat
Hubungan sekolah
dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan
dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah.
7. Manajemen
layanan khusus
Manajemen layanan
khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan sekolah (Mulyasa,
2003:39-52).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakan, mengendalikan dan mengembangkan segala upaya di
dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasana untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Landasan Manajemen adalah suatu proses untuk
mengorganisasi dan memakai sumber-sumber dalam rangka menyelesaikan tujuan yang
sudah ditentukan dan dijadikan sebagai dasar pendidikan.
Fungsi manajemen adalah rangkaian berbagai kegiatan
yang telah ditetapkan dan memiliki hubungan serta saling ketergantungan antara
yang satu dengan yang lainnya yang dilaksanakan oleh orang-orang dalam
organisasi atau bagian-bagiannya yang diberikan tugas untuk melaksanakan
kegiatan.
a. Perencanaan
(Planning)
Perencanaan
merupakan tindakan awal dalam aktivitas manajerial pada setiap organisasi.
b. Pengorganisasian
(organizing)
Pengorganisasian
merupakan keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas,
tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa, sehingga terciptalah suatu
organisasi yang dapat digerakkan sebagai kesatuan dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditentukan
c. Pengaturan
(Directing)
d. Koordinasi
(Coordinating)
e. Kepemimpinan
(Leadership)
f. Komunikasi
(Communicating)
g. Pengawasan
(Controlling)
Manajemen Guru Terhadap Pembelajaran diantaranya : Hakikat
Guru, Guru sebagai Sumber Belajar, Guru Sebagai Pendidik, Guru sebagai
Pembimbing, Guru sebagai Pelatih, Guru sebagai Penasehat.
Manajemen Komponen-Komponen Sekolah, diantaranya :Manajemen
kurikulum dan program pengajaran, Manajemen tenaga kependidikan, Manajemen
kesiswaan, Manajemen keuangan dan pembiayaan, Manajemen sarana dan prasarana
pendidikan, Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat, Manajemen layanan
khusus.
3.2.
Saran
Agar manajemen di suatu sekolah bisa berjalan dan
tertata dengan baik, maka harus terciptanya prinsip-prinsip implemetasi
manajemen sekolah, yang diantaranya diadakannya:
1. Kejelasan
tugas dan pertanggungjawaban, sehingga setiap tugas mendapatkan pertanggungjawaban
yang benar dari orang yang dibebani tugas
2. Pembagian
kerja berdasarkan professional, agar orang yang dibebani tugas sesuai dengan
keahlian yang dimilikinya, sehingga hasilnya akan Nampak maksimal.
3. Kesatuan
arah kebijakan, agar kesatuan arah kebijakan yang dapat dijadikan dasar
pelaksanaan bagi warga sekolah sehingga tidak terjadi simpang siur dan
kebingungan
4. Teratur,
disiplin, adil (seimbang), inisiatif, semangat kebersamaan, sinergis, dan ikhlas.
Dengan demikian
suatu sekolah yang memiliki prinsip seperti diatas, maka sekolah dengan
manajemen tersebut akan tercipta dengan baik dan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah,
Ade. Dkk .,2013. Landasan Pendidikan.
Bandung:Alfabeta
Gunawan,
Heri. Dkk., 2012. Pendidikan Karakter
Konsep dan Implementasi. Bandung:Alfabeta
Mulyasa,
E.,2003. Manajemen Berbasisi Sekolah.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Ruawandi,
Uus., 2009. Landasan Pendidikan. Bandung:
CV Insan Mandiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar